Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

7 Permainan yang Meningkatkan Kemampuan Emosional Anak

Anak-anak dan guru bermain  bersama
Pexels/RDNE Stock Project

Rasa risau kerap datang saat kita menyadari bahwa anak mulai terlalu asyik bermain gadget. Sebagai alternatif, penting sekali bagi orangtua untuk memperkenalkan permainan yang lebih sehat dan interaktif. Mengajak anak bermain bersama teman-temannya dengan permainan tradisional bisa menjadi solusi yang menyenangkan sekaligus bermanfaat.

Tahukah Mama, permainan tradisional tidak hanya melatih kecerdasan, tetapi juga sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan emosional anak.

Permainan tradisional memberikan kesempatan bagi anak untuk merasakan beragam emosi seperti kesenangan, frustasi, dan kekecewaan dalam lingkungan yang sewajarnya. Berbeda dengan permainan di gadget yang cenderung sulit dikontrol, permainan tradisional lebih mudah diawasi dan secara spontan mengajarkan anak nilai-nilai seperti sportivitas, kerja sama, dan empati.

Di artikel ini, Popmama.com telah merangkum dari berbagai sumber mengenai 7 permainan tradisional yang bisa membantu meningkatkan kecerdasan emosional anak. Siapa tahu, Mama pun pernah memainkannya waktu kecil! Yuk, simak selengkapnya!


1. Jenga

Anak bermain jenga
Pexels/Ketut Subiyanto

Jenga adalah permainan papan kayu bersusun. Cara memainkannya adalah pemain mengambil balok dan meletakkannya di atas menara kayu. Balok diambil dari bawah dan diletakkan ke atas terus-menerus hingga menara itu runtuh. Pemain terakhir yang berhasil memindahkan balok tanpa menjatuhkan menara adalah pemenangnya.

Permainan ini sedikit mirip dengan UNO Stacko, perbedaannya hanyalah UNO Stacko lebih ketat peraturannya karena menyangkut warna dari balok yang dimainkan. 

Permainan ini mengembangkan kemampuan self-control dan kesabaran karena untuk memenangkannya, diperlukan fokus dan strategic thinking yang baik. 

Proses decision-making yang dilibatkannya melatih anak untuk tidak cepat panik ketika teman-temannya yang lain menunggunya berpikir. Latihan ini dapat mengajarkan anak untuk melatih untuk mengatur impulsive actions-nya. 

2. Pictionary/Tebak gambar

Bermain tebak gambar
Pexels/Ksenia Chernaya

Pictionary adalah permainan tebak gambar. Dalam permainan ini, satu pemain akan memvisualisasikan kata rahasia melalui gambar di atas kertas sementara pemain yang lain menebak apa kata rahasia itu dengan waktu yang dibatasi. 

Goals-nya adalah untuk menebak dengan benar sebanyak mungkin kata rahasia sebelum waktunya habis. 

Sebenarnya, game browser yang lumayan populer yaitu Gartic juga mengaplikasikan metode yang sama. Namun, bagaimanapun memainkannya secara tradisional dengan kertas dan krayon akan menimbulkan sensasi yang berbeda. 

Game ini dirancang untuk anak umur 8 tahun ke atas karena membutuhkan kemampuan untuk menginterpretasi visual clues dan kemampuan untuk mengomunikasikan hal secara nonverbal (melalui gambar). Anak yang lebih muda mungkin akan kesulitan untuk memainkannya karena tahapan kognisinya yang berbeda. 

Kemampuan emosional yang diajarkan dari permainan ini adalah teamwork atau kerja sama. Tim penggambar dan penebak sama-sama harus bekerja bersama untuk menyelesaikan visual clues, dan mereka harus bekerja sama untuk menyatukan pikiran untuk memecahkan kata rahasianya.

3. Catur

Anak bermain catur
Pexels/Vlada Karpovic

Catur direkomendasikan untuk dimainkan anak usia 8 tahun ke atas karena tingkat kompleksitasnya yang cukup tinggi. Bahkan bagi sebagian orang dewasa, permainan ini masih bisa terasa menantang.

Permainan ini dimainkan oleh dua orang dan berfokus pada strategi serta taktik. Setiap pemain mengontrol enam jenis bidak: raja, ratu, gajah, kuda, benteng, dan pion. Goals permainan adalah untuk menskakmat bidak raja lawan. 

Dari sisi perkembangan emosional, catur sangat efektif dalam menumbuhkan kemampuan decision-making pada anak. Permainan ini menuntut pemikiran strategis dan pengambilan keputusan yang cermat. Anak dilatih untuk fokus, memperhatikan setiap kemungkinan gerakan lawan, serta mengantisipasi berbagai outcome dari langkah yang diambil.

Dengan bermain catur, anak tidak hanya belajar berpikir beberapa langkah ke depan, tetapi juga melatih kesabaran dan kemampuan bereaksi dengan tenang dalam situasi penuh tekanan.

4. Scrabble

Orangtua dan anak bermain scrabble
Pexels/Pavel Danilyuk

Scrabble adalah salah satu jenis board game yang dapat dimainkan oleh 2 hingga 4 orang. Dalam permainan ini, setiap pemain membentuk kata-kata yang terdaftar dalam kamus, menggunakan balok-balok huruf yang tersedia. 

Setiap huruf memiliki nilai poin tertentu, dan pemain akan terus menambahkan kata di papan hingga seluruh kotak terisi. Pemenang adalah pemain dengan total poin tertinggi.

Berbeda dengan teka-teki silang (TTS), scrabble lebih menekankan pada kemampuan penguasaan kosakata dan strategi penempatan huruf untuk mendapatkan poin maksimal.

Selain meningkatkan pengetahuan bahasa, scrabble juga membantu mengembangkan kemampuan emosional, khususnya cognitive flexibility; yaitu kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi yang berubah. Pemain dituntut untuk menyesuaikan strategi berdasarkan huruf yang dimiliki dan peluang yang tersedia di papan.

Permainan ini juga melatih kesabaran dan creative problem-solving, terutama saat harus membentuk kata dari kombinasi huruf yang sulit. 

Dengan balok-balok yang variatif, permainan ini menjadi latihan yang menyenangkan sekaligus menantang bagi anak dalam mengasah kemampuan berpikirnya.

5. Monopoli

Anak bermain monopoli
Pexels/cottonbro studio

Monopoli adalah salah satu board game paling terkenal di dunia. Setiap pemain akan berpindah-pindah di atas papan permainan dengan membeli, memperdagangkan, dan mengembangkan properti yang mereka miliki di masing-masing negara. 

Pemain harus mengumpulkan kekayaan dengan menarik uang sewa dari properti yang mereka miliki, membangun rumah dan hotel, serta yang paling penting adalah bagaimana menghindari kebangkrutan.

Dari sisi pengembangan emosional, Monopoli sangat efektif dalam menumbuhkan kesadaran financial literacy dan kesabaran. Anak-anak belajar konsep dasar seperti penganggaran (budgeting), menabung, berinvestasi, serta mengenali risiko dalam pengelolaan uang.

Kesabaran juga menjadi aspek penting karena permainan ini memakan waktu dan membutuhkan perencanaan jangka panjang. 

Pemain dituntut untuk berpikir strategis, mengendalikan emosi, dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan agar bisa bertahan hingga akhir dan keluar sebagai pemenang.

6. Bebentengan

Bermain bentengan
Pexels/Antonius Ferret

Bebentengan adalah permainan tradisional yang dimainkan oleh dua kelompok, masing-masing terdiri dari empat hingga delapan anak. Setiap tim memilih satu lokasi sebagai markas, yang biasanya ditandai dengan tiang, batu besar, atau tembok. Markas ini disebut sebagai "benteng".

Permainan ini menggabungkan kecakapan strategi dan teamwork. Tujuan utamanya adalah untuk melindungi benteng sendiri sambil berusaha merebut benteng lawan dan menangkap anggota tim musuh.

Dari sisi perkembangan emosional, bebentengan sangat baik untuk melatih komunikasi dan interaksi sosial. Anak-anak akan belajar bekerja sama sebagai satu tim, berbagi perannnya, dan merundingkan strategi. Mereka juga dilatih untuk beradaptasi dengan kondisi kelompok, memahami peran masing-masing, dan saling mendukung satu sama lain.

Yang tak kalah penting, permainan ini menumbuhkan empati sebab anak akan lebih peka terhadap kekuatan dan kelemahan anggota tim maupun lawan. Dalam prosesnya, mereka belajar menghargai perbedaan yang dimiliki pemain masing-masing.

7. Galah asin

Anak bermain dengan temannya
Pexels/Antonius Ferret

Berbeda namun sejenis dengan bebentengan, permainan galah asin berfokus pada penjagaan enam bagian garis. Untuk memenangkan permainan, tim penyerang harus mampu melewati semua garis penjagaan hingga mencapai baris terakhir, lalu kembali ke garis awal tanpa tersentuh oleh pemain dari tim penjaga. 

Dari segi aktivitas fisik, galah asin lebih intens dibandingkan bebentengan karena melibatkan lebih banyak gerakan berlari dan menghindar. Apabila Mama ingin anak lebih banyak bergerak secara fisik, permainan ini bisa jadi opsi.

Selain manfaat fisik, permainan ini juga menumbuhkan kemampuan emosional seperti kebersamaan (togetherness), kemampuan cepat bertindak, dan sportivitas. 

Anak-anak belajar pentingnya komunikasi dalam tim, mengambil dengan keputusan cepat, dan menerima hasil permainan dengan lapang dada; menang maupun kalah. 

Nah, itulah 7 permainan tradisional yang meningkatkan kemampuan emosional anak. Permainannya sederhana tapi menyenangkan, bukan? Mama juga bisa menemani anak dengan ikut bermain bersamanya, lho. Selain menumbuhkan kemampuan emosionalnya, momen itu juga bisa merekatkan hubungan Mama dan anak.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us