7 Cara Melatih Anak untuk Empati Sejak Dini

Sebagai orangtua, Mama tentu ingin anaknya tumbuh menjadi pribadi yang peka, peduli, dan mampu memahami perasaan orang lain.
Sayangnya di tengah dunia yang serba cepat dan penuh distraksi, anak-anak bisa saja tumbuh tanpa cukup latihan empati dan akhirnya menjadi “tone deaf” secara emosional.
Istilah tone deaf sebenarnya berasal dari dunia musik, menggambarkan seseorang yang tidak bisa membedakan nada.
Namun, dalam konteks sosial, tone deaf merujuk pada seseorang yang tidak peka terhadap situasi atau perasaan orang lain.
Misalnya, anak yang menertawakan temannya yang sedang sedih, atau tidak menyadari bahwa gurunya sedang lelah. Bukan karena mereka jahat, tapi karena belum terlatih untuk membaca dan merespons emosi dengan tepat.
Empati bukanlah bakat bawaan semata, ia adalah keterampilan yang bisa dilatih sejak dini.
Oleh karena itu, Popmama.com telah menulis rangkuman bagaimana cara Mama mendidik anak untuk empati sejak dini, yuk disimak!
1. Kenalkan emosi

Empati bukan muncul begitu saja. Empati tumbuh dari kemampuan anak untuk mengenali, memahami, dan merespons perasaan, baik perasaan sendiri maupun orang lain. Mengenalkan empati dimulai dari satu hal sederhana, yaitu mengenal emosi.
Ketika anak belajar mengenali dan memahami beragam emosi dalam dirinya sendiri, ia menjadi lebih mampu merasakan dan menghargai perasaan orang lain.
Selanjutnya, saat Mama membantu anak menamai perasaan seperti “sedih,” “kesal,” “bangga,” atau “takut,” anak belajar bahwa emosi itu nyata dan valid.
Anak yang terbiasa menyebut emosi akan lebih terbuka dalam berbicara dan mendengarkan. Ini memperkuat hubungan sosial dan rasa saling menghargai.
Mereka mulai memahami bahwa setiap orang bisa merasakan hal-hal yang berbeda, dan itu tidak apa-apa. Ini adalah langkah awal menuju empati.
Jadi, dengan mengajarkan anak untuk mengenali emosi secara sadar, Mama secara langsung menumbuhkan dasar yang kuat agar anak bisa merasakan dan merespons emosi orang lain dengan tepat, membangun hubungan sosial yang sehat dan harmonis.
2. Dengarkan ceritanya

Anak-anak belajar empati bukan dari ceramah, tapi dari pengalaman. Ketika Mama mendengarkan cerita mereka tentang mainan yang rusak, teman yang tidak mau berbagi, atau mimpi aneh semalam, anak merasa dihargai.
Mereka belajar bahwa perasaan itu boleh diungkapkan dan bahwa orang lain juga punya perasaan yang layak didengar.
Dengan mendengarkan dengan penuh perhatian saat anak bercerita, Mama menunjukkan bahwa perasaan dan pemikiran anak dihargai, sekaligus mengajarkan anak untuk menjadi pendengar yang baik terhadap orang lain.
Cara ini membantu anak belajar memahami dan merasakan perasaan orang lain karena saat anak bercerita.
Mama bisa mengajukan pertanyaan terbuka, seperti “Bagaimana perasaanmu saat itu?” atau “Apa yang kamu pikirkan kalau kamu jadi temanmu?” sehingga anak belajar menempatkan diri pada posisi orang lain.
Kadang anak hanya ingin didengar, bukan dinasihati. Biarkan mereka menyelesaikan cerita dulu sebelum Mama memberi arahan.
Rutinitas mendengarkan dan berdiskusi ini akan menumbuhkan rasa empati anak karena si Kecil belajar mengenali berbagai emosi dan perspektif yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari.
3. Ajak lihat dari sisi orang lain

Mengajak anak melihat dari sisi orang lain adalah salah satu cara paling efektif untuk menumbuhkan empati sejak dini.
Anak-anak secara alami cenderung fokus pada diri sendiri, bukan karena egois, tetapi karena perkembangan otaknya memang sedang belajar memahami dunia dari sudut pandang pribadi.
Di sinilah peran Mama sangat penting, yaitu membantu anak “melangkah keluar” dari dirinya dan mulai memahami bahwa orang lain punya perasaan, pengalaman, dan sudut pandang yang berbeda.
Cara ini membuat anak lebih bisa memosisikan diri pada posisi orang lain, sehingga mereka tidak hanya paham secara kognitif, tetapi juga peka secara emosional terhadap perasaan orang lain.
Untuk mengajak anak melihat dari sisi orang lain, Mama bisa melakukan berbagai cara, salah satunya adalah dengan bermain peran.
Ajak anak berperan seolah-olah menjadi orang lain, misalnya menjadi teman yang sedang sedih atau Papa yang sedang lelah setelah bekerja. Setelah itu, tanyakan bagaimana perasaan dan apa yang mungkin ingin mereka lakukan dalam posisi tersebut.
4. Libatkan dalam aksi kecil

Empati bukan sekadar tahu bahwa orang lain punya perasaan, tapi juga mau bertindak untuk peduli. Aksi kecil adalah jembatan antara “tahu” dan “melakukan.”
Saat anak diajak membantu, memberi, atau menunjukkan perhatian dalam hal-hal sederhana, mereka belajar bahwa kebaikan itu berdampak. Mereka merasakan bahwa mereka bisa membuat orang lain merasa lebih baik dan itu membentuk hati yang peduli.
Aksi kecil juga memberi anak rasa tanggung jawab sosial, bahwa mereka adalah bagian dari lingkungan yang saling mendukung.
Ketika anak diajak melakukan tindakan konkret yang menunjukkan kepedulian, seperti berbagi atau membantu orang lain, mereka belajar langsung tentang arti rasa peduli dan kasih sayang.
Contoh nyata yang bisa Mama lakukan bersama anak antara lain adalah mengajak anak memilih dan menyumbangkan mainan atau pakaian yang sudah tidak terpakai kepada anak yang membutuhkan.
Dengan mengajak anak aktif berpartisipasi dalam aksi kecil yang bernilai sosial ini, empati dalam diri anak akan semakin tumbuh karena mereka belajar merasakan manfaat dan kebahagiaan dari membantu orang lain.
5. Ceritakan pengalaman dan kisah

Cerita adalah jendela hati, dan bagi anak-anak, kisah nyata maupun fiksi bisa menjadi alat yang sangat kuat untuk menumbuhkan empati.
Saat Mama menceritakan pengalaman atau kisah, anak tidak hanya mendengar kata-kata, tapi juga belajar merasakan, membayangkan, dan memahami sudut pandang orang lain.
Melalui cerita, anak dapat terhubung secara emosional dengan pengalaman orang lain. Cerita membuka wawasan anak terhadap beragam perasaan dan situasi yang mungkin belum mereka alami secara langsung, sehingga membantu anak memahami perspektif dan perasaan orang lain dengan lebih baik.
Untuk menumbuhkan perasaan empati, Mama bisa melakukannya dengan menceritakan pengalaman Mama atau orang lain yang mengandung nilai empati, misalnya saat Mama membantu teman kesulitan, lalu menanyakan bagaimana perasaan anak dan apa yang bisa dia pelajari dari situasi tersebut.
Melalui cara ini, anak tidak hanya belajar dari cerita yang didengar tapi juga terlatih untuk merasakan dan menempatkan diri pada posisi orang lain, membangun dasar empati yang kuat sejak kecil.
6. Hargai perbedaan dan validasi perasaan

Menghargai perbedaan dan memvalidasi perasaan anak adalah cara penting dalam mendidik empati sejak dini.
Ketika Mama menghargai perbedaan, anak belajar bahwa setiap orang unik dengan cara berpikir, merasakan, dan bereaksi yang berbeda. Hal ini mengajarkan anak untuk tidak menghakimi orang lain berdasarkan perbedaan yang ada, melainkan menghormati dan menerima keberagaman tersebut.
Sementara itu, memvalidasi perasaan anak artinya mengakui dan menerima perasaan anak apa adanya tanpa mengabaikan atau meremehkannya, membuat anak merasa aman dan dihargai.
Saat perasaan anak dihargai, anak lebih mudah membuka diri dan belajar mengenali perasaan orang lain. Ini akan menumbuhkan kemampuan empati karena anak memahami bahwa perasaan itu penting dan berhak dihormati, termasuk perasaan orang lain.
Hal yang dapat Mama lakukan untuk mengajarkan anak menghargai adalah dengan mengajak anak berdiskusi tentang perbedaan, misalnya ketika anak bertemu teman yang berbeda suku, bahasa, atau kebiasaan, jelaskan bahwa perbedaan itu adalah hal yang alami dan harus dihormati.
Cara ini dapat membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang peka terhadap perasaan orang lain dan mampu menghormati perbedaan, sehingga empati dalam dirinya semakin berkembang kuat sejak dini.
7. Jadi teladan

Empati bukan pelajaran satu arah. Ia tumbuh dari interaksi, pengamatan, dan pengalaman. Anak yang melihat orangtuanya bersikap penuh pengertian, menghargai perasaan orang lain, dan peduli terhadap sekitar, akan belajar bahwa itulah cara yang baik untuk bersikap.
Ketika Mama menunjukkan sikap empati secara nyata, seperti peduli, mendengarkan, dan menghargai perasaan orang lain, anak akan menangkap pesan tersebut dan mulai menginternalisasi nilai empati dalam dirinya.
Hal paling mudah yang dapat Mama lakukan adalah meminta maaf kepada anak jika Mama melakukan kesalahan, sehingga anak belajar bahwa meminta maaf adalah tanda empati dan tanggung jawab.
Nah Ma, itu dia beberapa cara untuk melatih anak empati sejak dini. Melatih kemampuan empati sangat penting bagi anak agar si Kecil tumbuh menjadi pribadi yang lembut dan penuh kasih sayang.



















