Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Guru Ngaji Cabuli 10 Santri di Jaksel, Modus Beri Pelajaran Agama!

Guru Ngaji Cabuli Santrinya
Dok. Antara

Kasus pelecehan seksual terhadap anak kembali terjadi mengguncang publik, kali ini terjadi di lingkungan yang seharusnya menjadi tempat belajar nilai-nilai agama dan moral. Seorang guru ngaji berinisial AF (54) di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, diduga telah mencabuli belasan santrinya yang masih anak-anak. Ironisnya, pelaku memanfaatkan kedekatan dengan anak-anak serta kedudukannya sebagai tokoh agama untuk melancarkan aksi bejatnya.

Peristiwa ini menjadi tamparan keras bagi para orangtua. Tak sedikit orangtua yang mempercayakan pendidikan agama anak kepada guru ngaji di lingkungan sekitar dengan harapan anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang saleh dan berakhlak baik. Namun, kepercayaan itu justru disalahgunakan oleh orang yang seharusnya menjadi panutan.

Yang lebih menyedihkan, para korban yang masih anak-anak dan mengalami tekanan luar biasa sebelum akhirnya berani melapor. Kasus ini menjadi pengingat penting bagi para orangtua untuk lebih waspada dan terbuka terhadap kondisi psikologis anak. Seperti apa informasi selengkapnya? Berikut Popmama.com telah merangkum informasinya lebih lanjut.

1. Modus berkedok pengajaran agama

Modus Belajar Agama
Freepik

Menurut Kepala Unit Pelayanan Perempuan dan Anak Polres Jakarta Selatan AKP Citra Ayu, pelaku melakukan pelecehan dengan modus mengajarkan materi keagamaan, khususnya tentang hadas atau keadaan tidak suci.

“Pada saat pembelajaran ada salah satu modusnya itu adalah mengajari pelajaran terkait hadas,” kata Citra di Polres Jaksel, Senin (30/6/2025).

AF menjadikan rumahnya sebagai tempat mengaji dan memanfaatkan situasi itu untuk mendekati korban. Kegiatan yang seharusnya menanamkan nilai agama justru disalahgunakan untuk melakukan tindakan tercela.

2. Pelecehan terjadi sejak 2021, dan korban masih di bawah umur

Para Korban Dilecehkan sejak Masih di bawah Umur
Freepik/pikisuperstar

Selain itu, AKP Citra juga menyebut bahwa pelecehan telah dilakukan sejak tahun 2021, dan hingga saat ini sudah ada 10 anak yang menjadi korban. Namun jumlah ini kemungkinan bisa bertambah. Mayoritas korban masih berusia antara 9 sampai 12 tahun, dan selama bertahun-tahun mereka menyimpan rasa takut untuk melapor karena diancam oleh pelaku.

Anak-anak diintimidasi akan dipukul atau ditampar jika berani menceritakan kejadian tersebut kepada orangtua atau orang lain. Selain mengancam, pelaku juga diduga mengiming-imingi uang antara Rp10 ribu hingga Rp25 ribu agar korban tetap diam dan tidak menceritakan perbuatannya.

“Anak-anak ini kenapa ketakutan baru melaporkan sekarang, karena mereka ini diintimidasi. Bahwa mereka akan diancam dipukul atau ditampar, apabila bilang atau melaporkan ke orang tua atau melaporkan ke orang lain,” ujar Citra.

3. Pelaku ditangkap usai beberapa korban berani melapor

Ditangkap usai Beberapa Korban Berani Melapor
IDN Times/Imam Faishal

Setelah bertahun-tahun menyimpan trauma, beberapa anak akhirnya berani berbicara dan melaporkan kejadian tersebut kepada orangtua mereka. Laporan diterima pihak kepolisian pada Kamis, 26 Juni 2025, dan setelah pencarian selama dua hari, AF berhasil diamankan di kediamannya pada Sabtu, 28 Juni 2025. Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Murodih mengatakan, pelaku telah ditangkap oleh jajaran Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Metro Jakarta Selatan.

"Pelaku (AF) sudah diamankan Unit PPA," kata Murodih saat dikonfirmasi, Sabtu (28/6/2025).

4. Korban mendapatkan pendampingan psikologis

Korban Mendapat Pendampingan Psikologis
Freepik

Saat ini pihak kepolisian telah melakukan visum terhadap para korban dan memberikan pendampingan psikologis untuk membantu pemulihan mental mereka. Polisi juga mengimbau siapa pun yang mungkin pernah menjadi korban untuk segera melapor, dan menjamin identitas korban maupun keluarga akan dirahasiakan.

“Kami fokus pada pemulihan mental anak-anak yang menjadi korban. Identitas korban akan tetap dilindungi sepenuhnya,” tegas AKP Citra.

Itulah informasi mengenai guru ngaji cabuli 10 santri di Jaksel. Kasus ini menjadi pelajaran penting bahwa pelecehan bisa terjadi bahkan di lingkungan yang terlihat paling aman sekalipun. Dengan menciptakan lingkungan yang suportif dan penuh kasih, Mama dan Papa dapat membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan berani bicara ketika mereka merasa ada yang salah.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us