Baca artikel Popmama lainnya di IDN App

6 Tahun Pertama Anak Pengaruhi Seluruh Hidupnya

6 Tahun Pertama Anak Pengaruhi Seluruh Hidupnya
pexels/Vidal Balielo Jr.

Tahukah Mama bahwa 6 tahun pertama hidup anak adalah tahap terpenting dalam pembentukan intelektualnya?

Iklan - Scroll untuk Melanjutkan

Secara garis besar, otak manusia berkembang paling cepat pada awal kehidupan.

Sekitar 90% ukuran otak dewasa telah terbentuk sebelum si Kecil berulang tahun keenam!

Hal ini penting untuk Mama ketahui karena perkembangan otak berdampak langsung pada perkembangan kognitif anak mama.

Perkembangan kognitif adalah tahapan kemampuan seorang anak dalam memperoleh makna dan pengetahuan

dari pengalaman serta informasi yang ia dapatkan.

Perkembangan kognitif meliputi proses mengingat, pemecahan masalah, dan juga pengambilan keputusan.

Jadi, perkembangan kognitif adalah landasan kemampuan belajar, berbahasa, berlogika, dan mengendalikan emosi si Kecil sepanjang hidupnya.

Berikut telah Popmama.com rangkum informasi seputar bagaimana 6 tahun pertama anak pengaruhi seluruh hidupnya. Lengkap dengan strategi sederhana yang dapat Mama lakukan untuk menunjang perkembangan si Kecil.

1. 0–12 bulan: ledakan sinaps & eksplorasi sensorimotor

Ibu Hamil dan Anak Batita
Freepik

Dilansir dari Harvard Center on Children Development, bayi membentuk ​700 hingga 1.000 sambungan saraf baru per detik

saat mereka menggerakkan tubuh, menatap wajah manusia lain, dan merasakan tekstur.

Pengalaman sensorik ini membangun kabel dasar di otak, dan sinaps yang jarang dipakai akan dipangkas oleh otak untuk membuat jaringan yang lebih efisien.

Pada tahap ini, Mama bisa menunjang pertumbuhan si Kecil dengan beberapa strategi berikut:

  • Serve and return: balas ocehan, tatapan, dan gerakan si Kecil secara responsif.

  • Rangsang pancaindra lewat sentuhan kulit ke kulit, lagu nina bobo, dan jalan-jalan singkat ke luar rumah.

  • Ciptakan rutinitas tidur dan makan yang teratur agar sistem memori dan regulasi si Kecil mulai mengenali pola.

2. 1-2 tahun: rekognisi bahasa

Ibu menggendong anak perempuannya
Freepik

Pada usia ini, otak anak mama memasuki sebuah tahap yang disebut oleh para ahli sebagai vocabulary explosion.

Dilansir dari Science Daily, kosakata bisa melonjak dari belasan menjadi kurang lebih 50 kata, lalu semakin bertambah dengan cepat.

Si Kecil juga mulai mengenali benda sebagai simbol, misalnya mengenali balok sebagai “telepon.”

Perkembangan ini merupakan dasar berpikir abstrak di masa depan.

Mama bisa memberikan dukungan praktis dengan ikut menstimulasi perkembangan bahasa si Kecil. Yaitu dengan melakukan beberapa hal berikut:

  • Penuhi hari dengan percakapan dua arah. sebutkan nama benda yang disentuh anak, lalu beri jeda agar ia bisa mengulangi nama benda tersebut.

  • Baca buku bergambar setiap hari. Tunjuk gambar dan ajukan pertanyaan sederhana, bukan sekadar membacakan.

  • Gunakan gestur (lambaian, acungan jempol) untuk mengaitkan kata dengan makna. Hal ini akan membantu pemrosesan multimodal.

3. 2-3 tahun: munculnya fungsi eksekutif & pengendalian diri

Ibu dan anak bahagia di taman
Freepik/Tirachardz

Usia ini adalah tahap penting bagi perkembangan memori, kontrol impuls, dan fleksibilitas kognitif. Ketiga aspek ini adalah aspek terpenting dalam fungsi eksekutif manusia.

Harvard Center on Child Development menyebut bahwa kemampuan menunggu giliran dan mengikuti dua instruksi berurutan berkembang secara pesat di tahap ini.

Waktu ini juga bisa Mama gunakan untuk memprediksi kesiapan sekolah serta kesehatan mental jangka panjang.

Beberapa strategi yang bisa Mama lakukan untuk menunjang perkembangan kognitif si Kecil di tahap ini adalah:

  • Ajak si Kecil bermain aturan sederhana, seperti permainan simon says atau menggunakan balok warna-warni dengan memberikan instruksi sederhana seperti “susun balok merah di atas biru.”

  • Latih pemecahan masalah lewat tanya-jawab.

  • Validasi emosi si Kecil dengan sambil mengenalkan nama perasaan tersebut, seperti “Mama tahu kamu kecewa” atau “Mama paham kamu marah.”

4. 3–4 tahun: numerasi & berpikir kategoris

Ibu dan anak yang tertawa
Freepik/freepic.diller

Pada usia ini, si Kecil mulai memahami konsep bilangan kecil, pola, dan klasifikasi benda, seperti perbedaan antara hewan dengan kendaraan.

Studi longitudinal oleh sekelompok peneliti dari Universitas Stavanger, Norwegia menemukan bahwa ketika si Kecil menunjukkan keterampilan matematika di usia ini,

hal tersebut adalah indikator terkuat untuk mulai mengembangkan potensi pencapaian akademiknya hingga masa remaja.

Mama bisa memberi dukungan terhadap perkembangannya dengan melakukan hal-hal sederhana berikut:

  • Libatkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Seperti menghitung sendok saat menata meja, membandingkan tinggi mainan balok, serta mengajak si Kecil mencari pola pada kain bajunya.

  • Sediakan puzzle, lego, permainan sorting warna/bentuk untuk menstimulasi penalaran spasial.

  • Jangan terburu-buru mengoreksi jika si Kecil salah paham. Biarkan ia menjelaskan mengapa ia bisa sampai ke kesimpulan tersebut, agar penalaran logisnya terasah.

5. 4–6 tahun: integrasi bahasa, memori, & kemampuan self regulation

Anak mencium pipi ibu di rumah
Freepik/Prostooleh

Di usia ini, otak anak mama mendekati 90% ukuran dewasa. Jaringan yang tersisa akan dipadatkan dan disempurnakan lewat pengalaman terarah.

Penelitian World Health Organization (WHO) menyebut bahwa pada usia 4-6 tahun, muncul kemampuan untuk menempatkan diri pada perspektif orang lain, narasi kompleks, serta perencanaan multi langkah.

Tahap ini adalah usia yang tepat untuk memantapkan kesiapan literasi, seperti koneksi bunyi-huruf, kosakata, dan pemahaman cerita, yang merupakan penentu kuat keberhasilan si Kecil di sekolah dasar.

Mama dapat memberikan dukungan praktis dengan beberapa cara berikut:

  • Lakukan aktivitas membaca bersama, namun mulailah melibatkan diskusi terbuka di tengah-tengah cerita. Seperti, “kira-kira apa yang akan dilakukan tokoh ini selanjutnya?”

  • Lakukan proyek jangka pendek bersama anak (menanam kacang, membuat kolase) untuk melatih kemampuan perencanaan, memori, dan evaluasi hasil.

  • Gunakan kalender gambar sederhana agar anak belajar memprediksi dan mengelola waktu. Seperti menempelkan stiker gigi ke kalender di hari Mama akan membawa si Kecil ke dokter gigi, lalu katakan “dua malam lagi kita ke dokter gigi.”

Itulah informasi mengenai 6 tahun pertama anak pengaruhi seluruh hidupnya. Semoga dapat membantu Mama dalam menunjang periode emas perkembangan kognitif si Kecil, ya!

Share
Editorial Team

5 Cara agar Anak Suka Belajar Sains di Rumah, Terapkan dari Sekarang!

1.png
Freepik

Rasa ingin tahu adalah dasar utama dalam proses belajar si Kecil, terutama dalam bidang sains.

Anak yang gemar bertanya, mengeksplorasi lingkungan, dan mencoba hal baru cenderung memiliki minat belajar yang tinggi dan kemampuan berpikir kritis yang lebih baik.

Untuk menumbuhkan rasa cinta anak mama terhadap sains, orangtua tidak harus menunggu anak masuk sekolah atau membeli alat-alat laboratorium khusus.

Tanpa Mama sadari, rumah adalah tempat paling ideal untuk memulai perjalanan ilmiah anak . Mulai dari dapur, halaman, hingga kamar mandi bisa menjadi laboratorium kecil yang memancing rasa ingin tahu.

American Psychological Association (APA) menyatakan bahwa anak-anak belajar paling baik ketika mereka dilibatkan secara aktif dalam kegiatan eksploratif dan didorong untuk bertanya.

Dengan menciptakan lingkungan belajar yang merangsang rasa ingin tahu, Mama dapat membantu si Kecil mengembangkan kecintaan terhadap sains sejak dini.

Bahkan menurut National Scientific Council on the Developing Child, proses belajar yang bersifat eksploratif di masa kanak-kanak sangat berperan dalam pembentukan fungsi eksekutif otak, termasuk keterampilan berpikir logis, analitis, dan pemecahan masalah.

Jadi, menumbuhkan kecintaan anak terhadap sains juga dapat membekali si Kecil dengan keterampilan penting untuk masa depan.

Di artikel ini, Popmama.com telah merangkum 5 cara agar anak suka belajar sains di rumah. Catat, ya, Ma! Agar rasa ingin tahu dan pengetahuan si Kecil bisa berkembang di rumah.

1. Eksperimen sederhana bersama orangtua

Untitled design.png
Freepik/prostooleh

Dapur adalah tempat yang penuh kejutan ilmiah bagi anak mama.

Aktivitas seperti membuat adonan roti yang mengembang karena ragi, mencampurkan baking soda dengan cuka yang menghasilkan gelembung, atau melihat es meleleh bisa jadi pengantar awal tentang reaksi kimia dan perubahan wujud zat.

Misalnya, saat memanggang kue, Mama bisa menjelaskan bahwa panas mengubah adonan menjadi padat melalui proses yang disebut koagulasi.

Saat merebus air, anak bisa melihat bagaimana air berubah dari cair menjadi gas, sebagai contoh nyata dari proses penguapan.

Ajak si Kecil untuk aktif mengamati dan bertanya, seperti: “kenapa adonannya bisa naik?”, “kenapa air jadi mendidih saat dipanaskan?”

Pengalaman langsung seperti ini membantu anak membangun koneksi antara teori dan praktik sejak dini, yang melatih kemampuannya untuk berpikir kritis.

2. Mengamati tumbuhan dan hewan sekitar rumah