Bermain Jadi Cara Stimulasi Anak yang Efektif dan Menyenangkan

Bermain sebagai stimulasi anak guna mengoptimalkan tumbuh-kembangnya, yuk simak ulasan ini Ma

1 Desember 2022

Bermain Jadi Cara Stimulasi Anak Efektif Menyenangkan
Freepik/donot6

Sejatinya, setiap anak akan mengalami tumbuh-kembang secara natural. Namun, sebagai orangtua ada baiknya untuk membantu memaksimalkan atau menstimulasi proses tersebut. Sehingga anak Mama dan Papa dapat menguasai berbagai kemampuan yang mampu menyokong kegiatannya di masa mendatang.

Dikutip dari RSUP Persahabatan, stimulasi adalah kegiatan atau aktivitas untuk merangsang kemampuan dasar anak agar si Kecil supaya dapat tumbuh kembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.

Salah satu caranya, yakni dengan cara bermain. Menurut Putu Andani M.Psi, Psikolog, bermain memiliki banyak manfaat untuk si kecil.

“Walaupun sepele ternyata memiliki pengaruh yang besar untuk mendukung tumbuh kembang anak Mama,” ujarnya dalam acara webinar daring yang diselenggarakan Primaku dan ELC pada Selasa (29/11/2022).

Berikut Popmama.com berikan ulasan cara stimulasi perkembangan anak sesuai usia, bermain jadi cara yang efektif. Yuk simak secara bersama-sama ya, Ma.

Klasifikasi dan Contoh Mainan Berdasarkan Usia si Kecil

Klasifikasi Contoh Mainan Berdasarkan Usia si Kecil
Ayesha Puri/Popmama.com

Putu Andina mengelompokkan mainan berdasarkan usia anak menjadi empat. Klasifikasi ini disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi si Kecil. Berikut uraiannya:

  • Usia 0-12 bulan

Saat usia-usia ini, anak masih memiliki penglihatan yang belum begitu jelas. Fase ini merupakan tahapan bayi belajar angkat kepala, berguling, duduk, sering memasukkan benda ke mulut dan tertarik dengan bunyi.

Pilihlah mainan yang mampu merangsang berbagai indera atau sensorinya. Contohnya  mainan dengan warna kontras, kerincingan, mainan gantung, dan sebagainya

  • Usia 1-2 tahun

Anak sedang mengalami perkembangan motorik, anak tertarik dan mengamati reaksi sebab-akibat, serta mulai sadar dengan tubuhnya. Pilih mainan atau aktivitas yang melatih adanya koordinasi anggota tubuh anak.

Contoh mainan seperti alat musik sederhana (drum), balok atau donat tower, mengelompokkan benda berdasarkan warna atau bentuk, dan lain-lain.

  • Usia 3-5 tahun

Butuh banyak stimulasi untuk kemampuan motorik dan koordinasi yang tujuannya mendukung kemampuan pra-akademis. Mainan pra-akademis berupa kegiatan yang akan membantu menunjang anak belajar akademisnya lebih mudah.

Sebelum belajar huruf maka harus belajar bentuk, menyusun sesuatu menjadi bentuk tertentu. Di usia ini, anak sering menirukan orang lain dan mulai bermain dengan teman (mulai bersosialisasi). Contoh kicthen set, dokter-dokteran, mainan pura-pura, mainan transportasi (mobil-mobilan, truk, pesawat), push bike, balance board.

  • Usia 6-7 tahun

Anak mulai memperlihatkan kegemaran terhadap suatu mainan. Semakin senang dan sering bermain dengan teman sebaya. Menyukai olahraga yang lebih advance.

Editors' Pick

Pilih Mainan yang Aman dan Amati Cara Bermain Anak Sebelum Membeli Mainan

Pilih Mainan Aman Amati Cara Bermain Anak Sebelum Membeli Mainan
Ayesha Puri/Popmama.com

Putu Andina menyampaikan pentingnya pemberian sesuai usia anak. Sebelum membeli mainan, perlu dicatat dan diingat Mama dan Papa adalah apakah mainan tersebut bisa membantu stimulasi atau hanya untuk hiburan bagi anak.

Ada jenis mainan yang berjenis open ended dan close ended. Permainan struktural berupa balok yang dapat dibentuk berbagai bentuk merupakan contoh open ended. Sementara gawai bersifat close ended dan hanya sekadar entertaimen atau hiburan saja. Orangtua sebisa mungkin menyeimbangkan permainan open dan close ended.

Selain itu, Mama dan Papa juga perlu memperhatikan bagaimana cara bermain anak. Apakah aktif atau pasif. Tidak kalah penting adalah keamanan dari mainan-mainan tersebut. Early Learning Center (ELC) adalah spesialis mainan untuk anak yang mampu mendukung tumbuh kembang anak sesuai dengan usianya.

“ELC menggunakan bahan yang berkualitas baik dari bahan plastik atau kayu. Menyediakan beragam mainan untuk si Kecil dari usia early birth sampai usia 8 tahun,” ungkap Bella dari perwakilan ELC.

Bella menambahkan setiap mainan memiliki childs development icons yang membantu orangtua untuk menyesuaikan dengan usia anak-anaknya. Sehingga mainan yang diberikan tepat guna dan tepat sasaran.

ELC sudah memiliki 68 toko yang tersebar di 17 kota besar di Indonesia. Jelang pergantian tahun dan musim liburan, ELC mengadakan kampanye Enjoy The Play in This Season of Wonder.

Alasan Bermain Mampu Dukung Kemampuan Belajar si Kecil

Alasan Bermain Mampu Dukung Kemampuan Belajar si Kecil
Freepik/pressfoto

Anak-anak yang memiliki kesempatan bermain terbukti memiliki tubuh sehat, bahagia, resilien, dan mempunyai kemampuan sosial yang baik. Mereka juga memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik. Kemampuan ini menjadi bekal dasr akademis si Kecil di masa depan.

Putu Andina mengungkapkan penelitian-penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh postif dari kegiatan bermain terhadap kemampuan belajar anak. Hasil riset tersebut, yakni:

  • Anak yang sering bermain balok mempunyai kemampuan matematika yang lebih baik.
  • Anak yang lebih banyak berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sosialnya memiliki pemahaman terhadap bacaan yang lebih baik.
  • Anak yang secara fisik aktif dan sehat mempunyai performa akademis yang lebih baik.
  • Anak yang mengikuti program belajar berbasis bermain saat usia dini memiliki hasil belajar yag lebih baik di primary school atau Taman Kanak-Kanak (TK).

Stimulasi Pada Anak Harus Tepat, Jangan Over atau Under

Stimulasi Anak Harus Tepat, Jangan Over atau Under
Freepik/jcomp

Stimulasi memang penting dan perlu untuk anak. Namun, ingat bahwa sesuatu yang berlebihan adalah tidak baik. Sama halnya jika Mama terlalu banyak memberikan stimulasi untuk si Kecil akan mengakibatkan over stimulation.

Over memberikan stimulasi terjadi ketika orangtua terus menerus memberikan anak banyak kegiatan. Anak menjadi tidak memiliki waktu yang cukup untuk istirahat (break). Kondisi ini akan berpengaruh terhadap emosinya, misalnya tantrum.

Sebaliknya, orangtua yang tidak pernah memberikan stimulasi pada anak menyebabkan under stimulasi atau kekurangan stimulasi. Alhasil, tumbuh kembang anak menjadi terhambat.

Namun, Putu Andina menjelaskan hal ini tumpang tindih. Pada umur 2-3 tahun merupakan puncak tantrum bagi si Kecil. Tantrum di sini memiliki makna ganda, yaitu sebagai pertanda anak over stimulations atau memang sedang mengalami puncak tantrum.

Jadi, tidak semua tantrum adalah tanda over stimulation. Jadi Mama perlu mengecek kembali kegiatan anak. Mungkin saja selama ini anak terlalu banyak kegiatan high energi yang menyebabkan anak kelelahan.

Apakah Ada Pengaruh untuk Anak Jika Diberikan Mainan yang Tidak Sesuai Usia?

Apakah Ada Pengaruh Anak Jika Diberikan Mainan Tidak Sesuai Usia
Freepik/Guzov Ruslan

Dalam sesi tanya jawab, salah satu peserta bertanya mengenai pengaruh ketidaksesuaian mainan dengan usia. Mungkin pertanyaan ini juga timbul di benak Mama dan Papa.

Menurut Putu Andina, hal ini bisa berpengaruh dan tidak. Ada pengaruhnya apabila orangtua terus mendorong (push) anak terlalu jauh. Padahal di usia anak tersebut belum waktunya anak untuk mampu melakukan apa yang Mama perintahkan. Efek jangka panjangnya adalah anak merasa tidak mampu melakukan sesuatu.

Berbeda jika orangtua mengerti kondisi anak melalui observasi dan tidak mendorong anak untuk bisa melakukan apa yang disuruh. Artinya pengaruh ini bergantung pada bagaimana orangtua memfasilitasi anak bermain.

Itulah paparan mengenai cara stimulasi perkembangan anak sesuai usia. Kegiatan untuk merangsang kemampuan anak memang penting namun hindari paksaan atau perintah yang berlebih kepada si Kecil. 

Baca Juga:

The Latest