Cara Menghadapi Anak Preschool yang Perfeksionis
Walaupun memiliki sifat perfeksionis sangat baik, namun juga dapat memberikan dampak buruk pada anak
2 Oktober 2021

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Anak yang memiliki sifat perfeksionis biasanya membuat orangtua tidak perlu takut untuk gagal karena anak memiliki kesadarannya sendiri dalam mengerjakan sesuatu hal. Namun, perfeksionis tidak selalu berdampak baik pada anak, tetapi juga memberi dampak buruk.
Menurut studi psikolog dari Hewitt dan Flett, perfeksionis terbagi atas tiga jenis yang disebabkan oleh alasan yang berbeda-beda.
Ketiga jenis tersebut, yakni perfeksionis berorientasi diri sendiri, perfeksionis berorientasi orang lain dan perfeksionis dorongan lingkungan sekitar.
Perfeksionis orientasi sendiri, biasanya anak akan menanamkan pikiran bahwa mereka harus menjadi sesempurna mungkin. Anak yang seperti ini biasanya memiliki perasaan takut gagal dalam mengerjakan sesuatu.
Sedangkan perfeksionis berorientasi orang lain biasanya anak mempunyai standar yang cukup tinggi terhadap orang-orang sekitarnya. Anak pun kerap akan mengkritik dan menghakimi orang lain.
Sementara perfeksionis berorientasi pada lingkungan sekitar, biasanya anak akan terdorong untuk membuktikan kemampuannya dengan tujuan untuk memenuhi standar orang lain. Hal ini kerap terjadi ketika ia mempunyai tuntutan dari orang tuanya.
Apabila anak yang perfeksionis tidak bisa menyelesaikan tugas atau kegiatannya ia cenderung akan menyalahkan diri sendiri, mudah malu, frustasi dan sering kesulitan dalam melakukan sesuatu hal.
Lalu, bagaimana caranya Mama menghadapi anak prasekolah yang perfeksionis?
Berikut Popmama.com sudah merangkum informasinya untuk Mama.
1. Mengajari anak agar dapat menerima kelemahannya
Anak yang perfeksionis biasanya terdorong dari suara-suara yang berada di kepalanya, sehingga sang anak pun berusaha untuk menghindari kesalahan dalam melakukan sesuatu.
Jika anak merasakan hal seperti itu, Mama dapat menanyakan pada mereka apakah mereka merasa frustasi atau tidak. Kemudian, Mama dapat memberikan penjelasan kepada anak bahwa tidak apa melakukan kesalahan.
Beri penjelasan dan tekankan pada anak bahwa ia tidak harus hidup sempurna. Ajarkan lah bahwa dengan terjadinya kesalahan hal itu akan membuat anak menjadi belajar dari kesalahannya tersebut.
Selain itu, Mama juga dapat mengajarkan anak bahwa ia memiliki beberapa hal yang perlu diprioritaskan sehingga anak tidak perlu berfokus pada satu kegiatan saja.
Editors' Pick
2. Menghindari memberikan ekspektasi yang tinggi pada anak
Dalam melakukan sesuatu hal yang anak kerjakan, sebaiknya tidak perlu memaksanya untuk melakukan hal yang lebih dari sesuatu yang ia perbuat. Jangan sampai menuntut anak untuk dapat menjadi sesempurna mungkin tanpa melakukan kesalahan.
Anak yang perfeksionis biasanya akan merasa cemas dan frustasi apabila ia tidak dapat memenuhi ekspektasi orang lain, terlebih orangtuanya.
Coba berikan tawaran bantuan pada anak ketika ia mengalami kesulitan, tindakan tersebut akan membuat anak merasa lebih baik dibandingkan harus memaksanya untuk melakukan hal tersebut sendiri.
Memiliki harapan tinggi pada anak tentu saja boleh, namun orangtua juga harus melihat apakah yang diharapkan sesuai dengan kemampuan anak dan apakah anak merasa terbebani menjalankannya atau tidak.