Apa itu Hepatitis Autoimun yang Buat Seorang Anak 3 Tahun Meninggal?

3 minggu sebelumnya, pasien terkena Covid-19 ringan dan langsung membaik dalam 5 hari

16 Mei 2022

Apa itu Hepatitis Autoimun Buat Seorang Anak 3 Tahun Meninggal
Freepik/lifeforstock
Ilustrasi

Seorang anak berusia tiga tahun baru-baru ini dikabarkan meninggal dunia karena hepatitis autoimun. Tiga minggu sebelumnya, ia dinyatakan positif covid-19 ringan, lalu gejalanya membaik dalam lima hari. 

"3 minggu sebelumnya, pasien terkena Covid-19 ringan dan gejalanya membaik dalam 5 hari. Tiba-tiba pasien mengalami kuning dan BAK-nya berkurang, sehingga dilarikan ke rumah sakit. Sebelumnya pasiennya tidak memiliki penyakit hati," ucap dr. Adam Prabata.

Setelah melakukan pengecekan, ternyata pasien terkena hepatitis autoimun yang berhubungan dengan Covid-19.

"Hasil tes virus hepatitis menunjukkan hasil negatif. Kriteria multisystem inflammatory diseases in children (MIS-C) tidak terpenuhi pada pasien ini. Antibodi virus penyebab Covid-19 (IgG dan IgM) terdeteksi pada pasien ini," tutur dr. Adam Prabata.

dr. Adam Prabata menuturkan, kasus hepatitis autoimun yang berhubungan dengan Covid-19 seperti pasien ini termasuk kasus yang jarang, namun tetap perlu menjadi perhatian. Apalagi saat ini pun ada hepatitis akut misterius yang belum dipastikan penyebabnya.

Agar Mama mengetahui lebih jelas terkait hepatitis autoimun, beriku ini Popmama.com akan membagikan penyebab, gejala, dan pengobatan hepatitis autoimun

Simak agar bisa lebih waspada, Ma!

1. Penyebab hepatitis autoimun

1. Penyebab hepatitis autoimun
Freepik/Pvproduction
Ilustrasi

Hepatitis autoimun merupakan penyakit peradangan pada hati atau liver akibat sistem kekebalan tubuh menyerang hati. 

Mengutip dari dari National Organization for Rare Disorders, sampai saat ini penyebab hepatitis autoimun belum diketahui pasti. Namun, para ahli menduga penyakit ini mungkin disebabkan oleh dua faktor, yakni interaksi antara gen yang mengontrol sistem imun serta pengaruh virus dan obat-obatan tertentu. 

Obat-obatan yang diduga berkaitan dengan penyakit ini, seperti minocycline, nitrofurantoin, dan hidralazin. Sementara infeksi atau virus yang diduga memicu penyakit ini adalah hepatitis (A, B, C, dan D), herpes simpleks, dan cytomegalovirus (CMV).

2. Gejala hepatitis autoimun

2. Gejala hepatitis autoimun
Freepik/user18526052
Ilustrasi

Setiap orang yang mengalami hepatitis autoimun memiliki gejala yang berbeda-beda. Bahkan, ada beberapa kasus yang tidak mengalami gejala. 

Namun, ada beberapa tanda dan gejala umum yang sering terjadi seperti: 

  • Kelelahan
  • Menguningnya kulit dan bagian putih mata (jaundice)
  • Ketidaknyamanan perut
  • Hati yang membesar
  • Pembuluh darah abnormal pada kulit (spider angioma)
  • Ruam kulit
  • Nyeri sendi
  • Hilangnya periode menstruasi

Ketika gejala umum tersebut tak dihiraukan dan membuat penyakit autoimun semakin parah, biasanya akan muncul tanda dan gejala lain seperti:

  • Feses berwarna pucat atau abu-abu,
  • penumpukan cairan pada perut (asites),
  • pembengkakan limpa (splenomegali),
  • pembengkakan pada kaki (edema),
  • menurunnya fungsi otak,
  • mudah memar dan berdarah,
  • munculnya batu kantong empedu, 
  • berhentinya siklus menstruasi pada wanita (amenore).

3. Pengobatan hepatitis autoimun

3. Pengobatan hepatitis autoimun
Freepik/jcomp
Ilustrasi

Pengobatan yang dilakukan oleh penderita hepatitis autoimun bukan untuk memperlambat atau menghentikan serangan sistem imun pada organ hati ada beberapa cara. Pada tahap awal, dokter akan meresepkan  pasien obat kortikosteroid (seperti prednisone) dan azathioprine untuk dikonsumsi. 

Sebagian besar pasien mengalami masa remisi setelah pengobatan ini selama 2-3 tahun. Ketika masa remisi, gejala akan berkurang dan ada perbaikan fungsi hati. Biasanya, setelah itu dokter akan memberikan obat dengan dosis yang lebih kecil daripada di tahap awal. 

Tujuannya untuk mengontrol gejala dan perkembangan penyakit serta menghindari efek samping obat yang digunakan seperti diabetes, osteoporosis, osteonecrosis, hipertensi, katarak, dan glaukoma.

Ketika pengobatan tersebut tidak efektif untuk menghambat perkembangan penyakit, maka pasien harus menjalani transplantasi hati, mengganti hati yang rusak dengan hati baru yang sehat dari pendonor. 

Di samping pengobatan dari dokter, adapun beberapa hal yang perlu dilakukan yakni menjalani pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi dan olahraga. Selain itu, hindari konsumsi minuman beralkohol karena dapat merusak hati.

Itulah beberapa informasi terkait hepatitis autoimun. Semoga Mama dan anak-anak tak mengalaminya, ya. Untuk itu, jangan pernah sepelekan pola hidup sehat ya, Ma!

Baca juga:

The Latest