Jarang Jajan, Anak 3 Tahun di Tegal Makan Tanah dan Pecahan Tembok

Orangtuanya jarang membelikan jajan karena keterbatasan ekonomi

13 September 2021

Jarang Jajan, Anak 3 Tahun Tegal Makan Tanah Pecahan Tembok
Freepik/Jcomp

Seorang anak berusia tiga tahun di Kelurahan Debong Lor, Kecamatan Tegal Barat sering memakan pasir dan pecahan tembok. Bocah berinisial VF ini merupakan anak ketiga dari pasangan Umrotun (Mama) dan Carmo (Papa). 

Hal tersebut telah dilakukan oleh VF sejak usia 2 tahun. Menurutnya makan tanah dan pecahan tembok adalah hal yang enak. 

Untuk lebih lengkapnya, Popmama.com telah merangkum informasinya seperti berikut ini. 

1. Sudah makan tanah dan pecahan tembok sejak usia 2 tahun 

1. Sudah makan tanah pecahan tembok sejak usia 2 tahun 
themagpieproject

Menurut sang Mama, VF telah mengonsumsi tanah dan batu sejak usia 2 tahun. Hal tersebut pertama kali diketahui oleh Mamanya saat melihat VF bermain sendiri. 

"Saat itu, (VF) main sendiri di dalam rumah dan saya tinggal masak. Saat saya lihat dia sedang makan tanah dari pecahan tembok," kata Umrotun Khasanah, Mama dari VF. 

Mamanya pun tak tahu alasan pasti mengapa sang buah hati gemar makan tanah dan pecahan tembok. Ia menduga hal tersebut terjadi karena sang anak tak diberi jajan karena kendala ekonomi. 

Umrotun sudah menegur anaknya dan memintanya sang anak tak melakukan hal tersebut kembali. Namun, saat tak diawasi oleh sang Mama, VF kembali makan tanah dan pecahan tembok. Hal itu akhirnya menjadi kebiasaan sampai sekarang.

"Kalau dilarang dia nangis. Akhirnya keterusan sampai sekarang," kata Umrotun.

Editors' Pick

2. Hingga kini belum pernah diperiksa ke dokter, jika sakit perut hanya diberi puyer 

2. Hingga kini belum pernah diperiksa ke dokter, jika sakit perut ha diberi puyer 
Pexels/ready made

Walaupun sudah mengetahui hal ini sejak satu tahun lalu, Umrotun tak pernah membawa buah hatinya tersebut ke dokter baik untuk berobat atau berkonsultasi.

Hal tersebut kembali lagi karena keterbatasan ekonomi keluarga. 

Umrotun mengatakan, walaupun sang anak memakan tanah dan pecahan tanah tiap hari, VF tak memiliki gangguan kesehatan yang berarti. 

"Paling hanya sakit perut biasa," ucap Umrotun. 

"Kalau anak saya mengeluh sakit perut paling saya beri obat puyer," lanjutnya.

Walau demikian, Umrotun tetap ingin memeriksakan VF ke dokter guna mengetahui keadaan kesehatan sang buah hati yang sesungguhnya. 

“Ya, pengennya sih periksa ke dokter biar tahu gimana gitu kondisi kesehatan anak saya. Tapi, kami tidak punya biaya buat periksa anak,” katanya.

3. Penghasilan yang tidak tetap 

3. Penghasilan tidak tetap 
Pexels/Karolina Grabowska

Carmo adalah seorang teknisi elektronik panggilan sehingga keluarganya tak memiliki penghasilan yang tetap. Sedangkan Umrotun merupakan seorang ibu rumah tangga. 

"Penghasilan (suami) memang tidak menentu. Kalau ada orang yang datang mau servis baru dapat uang. Paling Rp10.000 sampai Rp25.000," kata Umrotun.

4. Tak pernah mendapat bantuan dari pemerintah karena tak memiliki kelengkapan administrasi 

4. Tak pernah mendapat bantuan dari pemerintah karena tak memiliki kelengkapan administrasi 
Freepik/Maksymiv-yura

Keadaan keluarga VF belum pernah mendapatkan bantuan hingga saat ini. Hal itu karena Umrotun dan Carmo hanya menikah siri sehingga mereka tak memiliki kartu keluarga. Tak hanya itu, ketiga anaknya pun tak memiliki akta kelahiran. 

Ketidaklengkapan administrasi tersebutlah yang membuat keluarga VF tak pernah mendapat bantuan dari pemerintah. 

"Memang belum pernah dapat bantuan sama sekali, mungkin karena tidak punya kartu keluarga (KK). Anak-anak juga belum punya akta kelahiran," jelas Umrotun. 

Semoga kedepannya keluarga VF mendapat bantuan untuk memeriksakan tubuhnya dan pastinya semoga VF selalu dalam keadaan sehat dan bahagia. 

Baca juga:

The Latest