"Terlalu banyak bisa jadi hal buruk", artinya apa pun yang berlebihan bisa menimbulkan risiko. Mama mungkin pernah mendengar kata pepatah lama ini.
Tapi, apakah pepatah tersebut berlaku untuk pemberian susu yang dianggap sebagai makanan lengkap, terutama untuk balita yang sedang tumbuh?
Para Mama di mana pun memastikan anak-anak mereka mendapatkan asupan susu harian dan tak sedikit anak yang menikmati minuman putih penuh nutrisi ini.
Namun ketika balita terlalu banyak minum susu hingga menggantikan asupan kalori padat, ini mungkin adalah tanda si Kecil mengalami kecanduan susu. Lantas, apa itu kecanduan susu?
Yuk kenali lebih dalam gejala dan cara mengatasi balita yang kecanduan susu, yang telah Popmama.com rangkum di bawah ini!
1. Apa itu kecanduan susu?
Freepik/bublikhaus
Dilansir dari Nutrition Care, kecanduan susu adalah kondisi ketika anak masih mengandalkan susu cair sebagai sumber protein dan kalori utama, jauh melewati usia 12 bulan.
Menurut Fostering and Autism, anak yang kecanduan susu bisa mengonsumsi sekitar 40-60 ons susu atau lima sampai delapan cangkir susu sehari, dan menggantikan kalori padat karena asupan susu.
Sehingga hasilnya, menurunkan asupan makanan lain yang dibutuhkan anak-anak pada usia dua atau tiga tahun. Karena ketika si Kecil menerima makanan, ia seringkali memilih hanya produk susu, seperti yogurt manis, keju, es krim.
Beberapa makanan padat acak mungkin ada dalam makanan, tetapi tak seimbang. Karena umumnya kekurangan sayuran, daging, buah-buahan, atau makanan yang kaya akan mineral esensial, vitamin, dan lemak otak yang sehat.
2. Berapa banyak susu yang dapat diberikan pada balita?
Freepik
Susu dapat menjadi bagian bergizi dari diet sehat untuk anak. Ini adalah sumber protein, lemak, potasium, vitamin D, dan kalsium yang sangat baik untuk anak-anak yang tidak memiliki alergi protein susu atau intoleransi laktosa.
Namun, balita bisa mengonsumsi terlalu banyak hal. Mama dapat memastikan si Kecil minum susu dalam jumlah yang sehat dengan mengikuti pedoman diet balita atau rekomendasi khusus yang dibuat dokter untuk anak.
Jika mengikuti American Academy Of Pediatrics (AAP), para ahli merekomendasikan 16 ons susu murni atau sekitar 2 cangkir untuk bayi antara 12-24 bulan. Untuk balita yang berusia antara 2-3 tahun, membutuhkan 24 ons atau 3 cangkir sehari.
Editors' Pick
3. Apa gejala kecanduan susu pada balita?
Freepik/Racool-studio
Jika Mama ingin memastikan anak mengalami kecanduan susu atau tidak, selain dari jumlah asupan yang diberikan dalam sehari, ada beberapa gejala yang muncul jika balita mengalami kecanduan susu, yaitu:
Memiliki pertahanan taktil oral
Balita yang kecanduan susu tidak suka makan dan mengunyah. Ia cenderung defensif ketika diminta untuk mengonsumsi makanan padat.
Dilansir dari Nutrition Care menjelaskan bahwa ini menyebabkan keterampilan mengunyah tertunda. Fakta bahwa anak lebih membutuhkan dot, ibu jari, atau botol untuk menenangkan diri, dapat menunda keterampilan mengunyahnya.
Menyukai segala produk susu
Balita dengan kecanduan susu sering menerima makanan yang mengandung susu. Ini termasuk keju, yogurt, dan es krim. Ia juga jarang makan buah, sayur, daging, atau makanan lain.
Kehadiran shiner alergenik
Ketika anak mengalami kecanduan susu, Mama mungkin juga memerhatikan tanda-tanda shiner alergenik pada balita, yaitu si Kecil menunjukkan wajah yang pucat, lingkaran hitam di bawah mata, dan bintik-bintik putih di kukunya.
Tanda lainnya
Balita yang kecanduan susu juga memiliki masalah perkembangan. Ia memiliki pola pertumbuhan yang lambat karena tidak mengonsumsi makanan yang seimbang. Selain itu, anak juga sering menderita sembelit.
4. Bagaimana cara menguji kecanduan susu?
Freepik/prostooleh
Tes polipeptida urin adalah cara terbaik untuk memastikan apakah seorang balita memiliki kecanduan susu.
Ahli laboratorium akan melakukan skrining untuk mencari jejak peptida, jika protein dari susu dicerna dengan buruk. Jika tes urin mengkonfirmasi adanya fragmen protein, ini berarti peptida juga telah beredar ke otak.
Masih dilansir dari Nutrition Care, mencatat bahwa peptida sangat mirip dengan opiat.
Casomorphin (fragmen protein) dari susu yang dicerna mengikat otak balita dengan cara yang sama seperti heroin dan morfin. Ini secara bertahap menghasilkan kecanduan susu.
5. Apa saja risiko kecanduan susu pada balita?
Freepik/Jcomp
Minum terlalu banyak susu terbukti merugikan kesehatan si Kecil, terutama jika anak tidak toleran laktosa. Sehingga ada beberapa risiko yang terjadi bila balita mengalami kecanduan susu, berikut diantaranya:
Anemia susu
Dilansir dari Hello Motherhood menjelaskan, anemia susu adalah jenis kekurangan zat besi di mana darah tidak memiliki cukup oksigen untuk memasok organ dan jaringan. Hal ini karena susu memiliki kadar zat besi yang rendah.
Sedangkan zat besi sangat penting untuk pembentukan hemoglobin, alias bagian yang bertanggung jawab untuk membawa oksigen. Selain itu, kelebihan susu juga menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh balita.
Menurut Parents, reaksi susu pada sistem pencernaan balita yang sedang berkembang, dapat mengakibatkan kehilangan darah di usus yang menyebabkan anemia defisiensi besi.
Kenaikan berat badan yang buruk
Balita yang kecanduan susu memiliki kelebihan kadar kalsium. Namun demikian, ia membutuhkan lebih dari kalsium untuk tumbuh kembang yang sehat.
Karena si Kecil tidak mengkonsumsi nutrisi yang diperlukan, ia dapat mengalami kenaikan berat badan yang buruk dan cenderung mengembangkan sistem kekebalan yang lemah dan komplikasi kesehatan lainnya.
Mengakibatkan masalah pencernaan
dilansir dari Health Shots, Minum terlalu banyak susu juga dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti kembung, kram, dan diare. Jika tubuh balita tidak dapat memecah laktosa dengan benar, ini bisa mengakibatkan perut kembung dan masalah pencernaan lainnya dapat terjadi
6. Bagaimana cara mengatasi kecanduan susu pada balita?
Freepik/Gpointstudio
Jika Mama khawatir si Kecil kecanduan susu atau berisiko mengalami salah satu masalah di atas, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsumsi susu pada balita. Dilansir dari Very Well Family, berikut beberapa caranya:
Kurangi asupan susu secara bertahap: Salah satu cara mudah untuk mengurangi asupan susu balita adalah dengan tidak mengisi cangkir sepenuhnya. Alih-alih memberikan satu cangkir penuh, kini masukkan setengah atau 3/4 gelas. Mama juga dapat menawarkan air sebagai gantinya.
Model perilaku sehat: Balita melihat dan belajar dari perilaku orangtuanya. Jika Mama mengonsumsi makanan yang sehat dan membatasi konsumsi tidak berlebihan, balita akan cenderung melakukan hal yang sama.
Tawarkan berbagai makanan dan camilan sehat: Menyajikan pilihan makanan bergizi lainnya dapat mendorong anak untuk memilih mengonsumsi makanan padat kalori daripada meminumnya.
Beralih ke susu rendah lemak: Menawarkan susu rendah lemak atau tanpa lemak dapat mengurangi asupan lemak dan kalori anak, bahkan jika ia terus minum susu sedikit lebih banyak dari yang ideal.
Bicaralah dengan dokter tentang keengganan makanan: Mintalah bantuan ekstra jika anak tampaknya tidak mengonsumsi makanan dengan tekstur dan lebih suka minum susu, karena anak mungkin memiliki keengganan makanan
Nah itulah beberapa gejala dan cara mengatasi balita yang kecanduan susu. Yup, susu dapat menjadi bagian yang sehat dan penting dari diet balita. Namun pastikan susu tidak memberikan dampak negatif terhadap kesehatan dan asupan gizi harian anak.
Sehingga, penting untuk memerhatikan kebiasaan makan anak, mengikuti rekomendasi asupan harian, dan berbicara dengan dokter jika Mama mencurigai balita mungkin kecanduan susu dengan mengesampingkan makanan lain.