7 Kebiasaan Buruk yang Bisa Membahayakan Kesehatan Gigi Anak

Seringkali tak disadari, kebiasaan ini bisa merusak gigi anak sejak usia dini

19 Februari 2022

7 Kebiasaan Buruk Bisa Membahayakan Kesehatan Gigi Anak
Pixabay/PublicDomainPictures

Menjaga kebiasaan hidup bersih dan sehat harus dimulai sejak usia dini. Sama seperti ketika Mama mengajari si Kecil untuk makan sehat dan mandi setiap hari, Mama juga harus mengajarkannya menyikat gigi, menggunakan benang gigi, dan mengikis lidah dua kali sehari untuk menghindari masalah gigi.

Selain mengajarkan anak untuk merawat gigi, Mama juga harus mewaspadai kebiasaan yang dilakukan anak dan mungkin tidak baik untuk kesehatan mulutnya. Jika dibiarkan, kebiasaan ini bisa terus dilakukan anak hingga usia remaja tanpa menyadari bagaimana mereka membahayakan kesehatan giginya.

Untuk mencegah hal tersebut, kali ini Popmama.com akan membahas 7 kebiasaan buruk yang bisa membahayakan kesehatan gigi anak. Yuk simak!

1. Mengisap jari

1. Mengisap jari
trimmellortho.com

Sejak berada di rahim Mama, hampir setiap anak memiliki kebiasaan mengisap jempol. Ini sebagian besar tidak disengaja dan sering membantu menenangkan anak ketika tidur. Tetapi melanjutkan kebiasaan ini dapat mengganggu struktur rahang dan giginya.

Sambil mengisap ibu jari, lidah mendorong gigi setiap kali anak menelan. Hal ini berisiko menyebabkan gigi depan si Kecil mungkin lebih menonjol dan membuat kelainan pada bentuk mulut dan giginya. Sangat penting untuk membuat balita mulai mengurangi kebiasaan ini dan membantu menghilangkannya.

2. Memberikan susu sebelum waktu tidur balita

2. Memberikan susu sebelum waktu tidur balita
Freepik/Rawpixel.com

Untuk menenangkan balita yang menangis, banyak orangtua yang memberikan botol susu saat menidurkannya. Namun, banyak orangtua yang tidak sadar adalah bahwa kebiasaan ini cukup berbahaya.

Dilansir dari manchestereveningnews.co.uk, faktanya, laktosa yang merupakan sejenis gula, ditemukan dalam susu sapi, ASI, dan banyak susu formula untuk anak. Laktosa berisiko membuat anak mengalami kerusakan gigi.

Adlyn Burton, seorang ahli kebersihan gigi dan terapis Love The Dentist, telah melihat anak-anak berusia tiga tahun membutuhkan pencabutan dan penambalan karena lubang di giginya.

Ia pun mengatakan, membiarkan anak terus menggunakan botol bayi untuk minum susu setelah usia satu tahun adalah faktor utama penyebab kerusakan gigi. Terutama jika anak dibiarkan minum susu sebelum tidur di malam hari.

Untuk mencegahnya, Mama dapat memberikan anak susu terlebih dahulu, kemudian bersihkan mulutnya, dan berikan si Kecil air putih.

Editors' Pick

3. Menggigit kuku

3. Menggigit kuku
verywellfamily.com

Beberapa anak mengembangkan kebiasaan buruk menggigit kuku mereka, ketika merasa gelisah atau hanya sekadar iseng mengobati rasa bosan.

Namun sayangnya, selain membuat kuku lebih tajam dan dapat menyebabkan luka, kebiasaan menggigit kuku bisa meningkatkan risiko gigi terkelupas, retak, dan aus. Selain itu, kebiasaan yang satu ini juga dapat merusak jaringan gusi akibat goresan dari kuku.

Dampak lainnya yang mungkin seringkali terjadi adalah, bakteri dari kuku juga bisa menyebar di mulut dan kemudian ke perut yang menyebabkan sakit perut hingga diare.

4. Menggeretakkan gigi (grinding teeth)

4. Menggeretakkan gigi (grinding teeth)
Freepik/Wayhomestudio

Tak hanya pada orang dewasa, kebiasaan grinding teeth ini sering terjadi pada anak-anak yang orangtuanya cenderung menggertakkan gigi di siang atau malam hari. Alasan utama di balik kebiasaan ini bisa jadi adalah gangguan pada fisik, psikologis, hingga genetik. 

Grinding teeth dapat menyebabkan gigi retak, patah, atau goyang. Selain itu gigi mengalami peningkatan sensitivitas, otot rahang yang sering lelah atau terkunci hingga bahkan kehilangan gigi. 

Ini juga bisa menjadi masalah kompleks pada anak-anak dan Mama mungkin memerlukan bantuan spesialis untuk mengobatinya.

5. Tidak menyikat gigi setelah mengonsumsi camilan dan minuman manis

5. Tidak menyikat gigi setelah mengonsumsi camilan minuman manis
Freepik/prostooleh

Hampir setiap anak-anak menyukai makanan dan minuman manis, bukan? Bahkan mungkin si Kecil menyukai permen, jus buah kemasan, cokelat, dan sebagainya.

Meskipun ide menyikat gigi setelah makan mungkin melekat, kebanyakan orang dewasa dan terutama anak-anak tidak mengikuti saran ini. Ketika balita tidak akan selalu bisa menyikat gigi setelah makan, residu dan kotoran dari camilan yang ia makan akan menempel di giginya sampai dihilangkan.

Hal yang sama berlaku untuk minuman yang mereka konsumsi sepanjang hari. Jika camilan atau minuman ini mengandung banyak gula, maka gigi balita akan berisiko lebih tinggi berlubang hingga mengalami pembusukan.

6. Menyikat gigi terlalu keras

6. Menyikat gigi terlalu keras
Pixabay/collusor

Penting untuk mengajari si Kecil kebiasaan menyikat gigi yang baik sejak dini serta memastikan ia memiliki alat yang tepat. Jelaskan kepada mereka bahwa tujuan menyikat gigi adalah untuk menghilangkan kotoran dan plak secara perlahan dari gigi dan garis gusi, bukan untuk menggosok gigi.

Ketika banyak orangtua dan guru yang berbicara pentingnya menggosok gigi, banyak anak kecil yang terlalu agresif saat menyikat gigi. Menyikat terlalu keras atau dengan sikat gigi nilon yang keras, dapat menyebabkan kerusakan akar dan gigi.

7. Tidak pernah memeriksakan kesehatan gigi ke dokter gigi anak

7. Tidak pernah memeriksakan kesehatan gigi ke dokter gigi anak
Freepik/fromkazanwithlove

Balita memang belum bisa pergi ke dokter gigi sendiri, namun mengajak anak untuk memeriksakan kesehatan gigi di dokter gigi sejak usia dini, dapat membangun kebiasaan rutin ke dokter gigi hingga usia anak mencapai dewasa.

Kebiasaan buruk yang ditanam ini adalah menunggu sampai ada masalah sebelum membawa anak ke dokter gigi. American Dental Association menyarankan agar anak-anak mengunjungi dokter gigi dalam waktu enam bulan setelah gigi pertama mereka muncul dan tidak lebih dari ulang tahun pertama mereka.

Selama kunjungan pertama itu, dokter gigi anak akan mencari gigi berlubang dan masalah mulut lainnya, menilai risiko kerusakan gigi, dan menginstruksikan orangtua tentang cara yang tepat untuk membersihkan gigi balita.

Setelah kunjungan pertama, anak harus terus melakukan pemeriksaan rutin setidaknya setiap enam bulan sekali. Jika ia berada pada peningkatan risiko kerusakan gigi, dokter giginya dapat merekomendasikan kunjungan yang lebih sering.

Nah itulah beberapa kebiasaan buruk yang bisa membahayakan kesehatan gigi anak. Dengan informasi di atas, semoga membantu Mama agar semakin memberikan perhatian khusus pada kebiasaan anak yang merusak kesehatan giginya.

Yuk jaga senyum si Kecil agar tetap sehat dan indah!

Baca juga:

The Latest