10 Masalah Umum pada Perilaku Balita dan Cara Mengatasinya

Hindari untuk memarahi anak ya, Ma!

24 Juni 2022

10 Masalah Umum Perilaku Balita Cara Mengatasinya
Freepik/A3pfamily

Seperti yang Mama tahu pada usia balita, si Kecil seringkali menunjukkan berbagai masalah perilaku. Meskipun ini adalah bagian normal dari pertumbuhan, mengabaikannya dapat membuat perilaku seperti tersebut menjadi kebiasaan hingga beranjak dewasa nanti.

Usia balita seringkali sulit bagi balita dan juga orangtuanya. Karena pada usia ini, anak lebih memahami dan merasakan daripada mengungkapkannya dengan kata-kata. Hingga akhirnya anak merasa kewalahan secara emosional, yang menghasilkan tangisan, teriakan, amukan, dan lain-lain.

Bagaimanapun, kabar baiknya adalah bahwa masalah perilaku ini bersifat sementara dan akan berkurang dan akhirnya hilang seiring bertambahnya usia. Sebagai orangtua, Mama dapat mengelola masalah perilaku pada balita.

Berikut ini Popmama.com akan membahas tentang 10 masalah umum pada perilaku balita serta bagaimana cara mengatasinya. Terapkan beberapa solusi sederhana dan mudah diikuti ini ya, Ma!

1. Berteriak

1. Berteriak
Freepik/Studiomay

Anak kecil merupakan kumpulan energi, dan ia menyadari bahwa dirinya bisa berteriak dan menjerit sekencang apapun. Umumnya, setiap kali anak melakukan ini, Mama berlari dari mana pun Mama berada dan memberinya perhatian.

Bagi seorang anak, berteriak tidak menyiratkan perilaku marah, karena sebenarnya anak belum tahu bahwa berteriak itu bukanlah hal yang baik.

Solusinya:

Situasinya bisa menjadi lebih buruk jika Mama balas berteriak kepada si Kecil karena anak mungkin berpikir tidak apa-apa untuk berteriak. Sebaliknya, Mama bisa mengajarinya perbedaan antara suara yang keras dan lembut.

Setelah mendengar anak berteriak dengan suara keras, minta anak untuk mendengarkan Mama. Tunjukkan bagaimana cara teriak dengan suara lembut dan minta anak mengikutinya. Jadi, pada saat anak berteriak, minta ia untuk menggunakan suara lembutnya. Pastikan Mama menggunakan suara lembut saat melakukan ini.

2. Menendang dan menggigit

2. Menendang menggigit
Freepik/Somemeans

Pada usia dua atau tiga tahun, balita mungkin menunjukkan tanda-tanda agresi dengan menggigit dan menendang semua yang ada dalam jangkauannya. Namun ketahui bahwa anak mungkin melakukannya untuk menarik perhatian Mama.

Kuncinya adalah tidak menanggapinya setiap kali ia melakukannya, karena ini bisa berubah menjadi kebiasaan. Namun, seperti kebiasaan serupa lainnya, kebiasaan ini juga akan memudar seiring berjalannya waktu.

Solusinya:

Jika anak selalu melakukan tindakan agresif ini, pastikan ia tahu bahwa tindakan tersebut dapat mengundang konsekuensi tertentu. Daripada berteriak serta menendang atau menggigit orang di sekitar, Mama bisa buat area kursi 'nakal' di rumah, dan buat anak duduk di sana sampai anak merasa tenang.

3. Amarah atau amukan

3. Amarah atau amukan
Freepik/Demkat

Antara usia satu hingga tiga tahun, anak balita mudah terpapar berbagai emosi. Si Kecil mungkin tidak bisa mengekspresikan dirinya dengan baik, meski ia bisa mengerti semua yang Mama katakan. Hal ini bisa membuat anak frustasi dan menyebabkan amarah dan amukan.

Menangis dengan keras, berteriak, dan melempar barang-barang adalah bentuk umum dari amukan pada saat-saat seperti itu.

Solusinya:

Ada cara yang cukup sederhana untuk mengatasi perilaku balita seperti ini, yaitu adalah dengan tetap menenangkan diri. Jika Mama terlalu berteriak atau ikut melempar, maka keadaan bisa menjadi lebih buruk.

Jangan meninggikan suara atau memaksa anak untuk diam. Turunkan badan ke ketinggian mata anak, dan pegang tangannya. Memeluknya dapat membantu menenangkan balita saat ia merasa nyaman. Tegaskan kembali bahwa Mama mencintainya dan semuanya akan baik-baik saja.

Dan jika tidak berhasil, biarkan anak melampiaskan amukannya dan kemudian jelaskan semuanya dengan tenang.

4. Mengatakan tidak

4. Mengatakan tidak
Freepik/Alexandrgrant

Si Kecil mungkin baru-baru ini menemukan konsekuensi dari mengucapkan kata "Tidak". Karena ia sering mendengar kata ini dari Mama, dan berusaha keras untuk menggunakannya saat menanggapi Mama.

Solusinya:

Saat menangani masalah perilaku balita, Mama harus selalu ingat bahwa anak mama yang lebih muda. Bereaksi dengan suara keras, dapat merusak situasi yang sudah rapuh. Sebaliknya, jadilah teladan bagi anak dengan tetap tenang agar ia bisa melakukannya juga. Ini adalah cara agar anak mendapatkan perhatian Mama serta menyalurkan energi berlebihnya.

Editors' Pick

5. Memotong pembicaraan

5. Memotong pembicaraan
Freepik/Odua

Ingatan jangka pendek anak belum berkembang, yang berarti anak selalu ingin mengatakan sesuatu sebelum melupakannya. Hal ini dapat terlihat mengganggu percakapan Mama dengan teman-teman atau rekan kerja, meskipun tidak masuk akal bagi balita.

Pada usia ini, anak belum dapat memahami bahwa ia harus mengelola dan menanggapi cara berbicara dengan orang-orang di sekitarnya. Namun, ia baru akan mengerti konsep ini setelah berumur 4 tahun atau lebih.

Solusinya:

Dalam situasi seperti ini, hal terbaik adalah mengurangi situasi di mana anak dapat mengganggu Mama berbicara, dan mengalihkan perhatiannya saat ia biasa melakukannya.

Jadwalkan waktu dengan teman-teman di tempat Mama bisa mengobrol dan balita bisa bermain, baik dengan anak lain atau dengan mainan atau permainan yang tersedia. Praktikkan perilaku ini dengan pasangan yang juga bisa memerhatikan anak ketika bermain.

6. Berbohong

6. Berbohong
Freepik/Bilahata

Saat usia masih kecil, anak mungkin tidak dapat membedakan antara kenyataan dan imajinasinya sampai ia mencapai usia 3 atau 4 tahun. Konsep berbohong ini sebenarnya masih tidak dikenalnya, sehingga anak juga tidak mengerti apa arti kebenaran.

Namun, anak memiliki imajinasi yang aktif pada usia ini dan dia akan menciptakan makhluk serta manusia imajiner, menolak melakukan sesuatu hingga menumpahkan susu.

Solusinya:

Menuduh anak melakukan tindakan tertentu sebenarnya tidak akan membantu. Sebaliknya, ciptakan situasi atau dorong dialog sehingga anak lebih mudah untuk mengaku daripada menyangkalnya.

Jika Mama membebani anak dengan daftar panjang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan, anak mungkin kewalahan dan terpaksa berbohong. Sehingga, ciptakan lingkungan yang penuh kepercayaan dan katakan padanya bahwa Mama memercayainya dan anak juga harus memercayai Mama.

7. Menjambak atau menarik rambut

7. Menjambak atau menarik rambut
Freepik/User16285795

Mirip dengan menendang dan menggigit, menarik rambut juga merupakan cara untuk mengekspresikan perasaannya dan menciptakan lingkungan yang terkendali di sekitar dirinya.

Balita sangat ingin mendapatkan reaksi dari orangtua atau saudaranya ketika ia menjambak rambut, karena pasti mendapatkan reaksi tertentu.

Ia juga bisa saja menarik rambut orang lain hanya untuk bersenang-senang karena anak menyukai reaksinya saja, atau bisa juga gangguan kontrol impulsif jika ia menarik rambutnya sendiri.

Solusinya:

Tunjukkan padanya bahwa menarik rambut tidak akan berhasil, dan tidak akan membawa reaksi apapun. Hentikan perilakunya setiap kali Mama melihatnya dan jelaskan bahwa itu juga tidak berhasil untuk orang lain.

Bicaralah dengannya tentang perilaku ini saat dia tidak melakukannya. Katakan padanya bahwa tindakan ini tidak akan menimbulkan reaksi orang lain dengan cara apa pun.

8. Merengek

8. Merengek
Freepik/preechab

Bayangkan ketika anak bergantung pada Mama untuk semua hal penting dalam hidupnya yang meliputi makan, minum, dan bahkan membersihkan diri setelah buang air besar. Jika anak ingin menarik perhatian Mama, ia mulai menangis atau merengek.

Anak kemudian merasa bahwa dengan cara ini, Mama akan memberikan semua yang ia butuhkan dan kemudian menjadi perilaku standarnya.

Solusinya:

Jika Mama mendengar anak merengek, tatap matanya dan yakinkan ia bahwa Mama mendengarkan dan peduli. Tanggapi dengan cepat jika balita meminta dengan suara lembut untuk mendukung bahwa perilaku tersebut adalah contoh perilaku yang benar.

Hindari berteriak atau marah ketika anak merengek akibat rasa lapar dan lelah, karena pada saat itulah rengekan bisa meningkat dan semakin parah.

9. Takut pada kerumunan

9. Takut kerumunan
Freepik/Parinyabinsuk

Sebagai balita, anak mungkin akan menjadi sulit diatur dan tidak dapat diatur ketika ia dikelilingi oleh banyak orang. Ini bisa terjadi di mal, restoran, atau di pesta yang ramai. Takut pada kerumunan ini bisa menyebabkan anak menangis, berteriak, hingga merusak barang-barang, yang akhirnya mengundang perhatian pengunjung lainnya.

Solusinya:

Jika balita tidak terbiasa menghadapi banyak orang asing di tempat yang tidak dikenalnya dan hanya ingin menempel pada Mama atau bahkan memaksa untuk meninggalkan tempat itu. Jangan abaikan ini.

Peluk balita dengan lembut dan pegang tangannya untuk memberi tahu bahwa Mama ada bersamanya dan ia aman. Ambil satu langkah pada satu waktu, dan secara bertahap ajak anak ke tempat kerumunan.

Akhirnya, berikan tepuk tangan karena anak telah menghadapi situasi dengan berani ketika dia melakukannya tanpa menangis atau berteriak.

10. Menggigit kuku

10. Menggigit kuku
Freepik

Menggigit kuku bisa menjadi kebiasaan pada anak dan mungkin anak mulai melakukannya secara tidak sadar dan terkadang bahkan tanpa pemicunya.

Ini menjadi hal yang biasa bagi anak-anak, sehingga si Kecil mungkin tidak menyadarinya. Ini terjadi ketika anak merasa bosan atau stres. Ikuti solusi ini untuk mengatasi kebiasaan jorok ini pada anak balita

Solusinya:

Semakin sering Mama memarahi, mengomel, atau mendorongnya untuk meninggalkan kebiasaan gigit kuku, Mama justru dapat melihat anak terus melakukannya. Anak akan mengatasi kebiasaan ini segera setelah ia tahu orang lain mengawasinya, tetapi ini bisa memakan waktu.

Sementara itu, temukan cara untuk mengurangi stres dan kebosanan anak. Seperti bantu anak untuk menemukan aktivitas fisik yang cocok untuk mengeluarkan tenaga. Jangan mengomelinya apalagi di depan umum.

Sebagai gantinya, buat kode rahasia di antara Mama dan anak sehingga Mama bisa mengingatkannya untuk berhenti tanpa perlu mengomeli.

Nah di atas merupakan contoh 10 masalah umum pada perilaku anak balita. Masalah perilaku di antara balita lebih mungkin diselesaikan melalui kebijaksanaan dan akal sehat, daripada paksaan dan amukan.

Dukung dan pahami anak, karena perilaku ini bisa muncul karena stres atau ia merasakan hal asing dan aneh di sekitarnya. Semakin awal masalah ini ditangani dengan bijaksana, semakin baik. Karena tidak akan berdampak pada anak saat ia memasuki usia sekolah dan dewasa juga.

Baca juga:

The Latest