Seorang Balita Menelan Beterai Remote TV hingga Alami Luka Lambung

Karena sudah berkarat dalam perut, proses operasi harus dilangsungkan

2 Februari 2022

Seorang Balita Menelan Beterai Remote TV hingga Alami Luka Lambung
Freepik/f16-iso100, Instagram.com/dr.ariani

Memasukkan sesuatu ke dalam mulut merupakan salah satu cara bayi dan balita menjelajahi dunia baru di sekelilingnya. Meski hal ini baik untuk membuat anak belajar mengenali dunia, ini bisa menimbulkan dampak buruk pada kesehatan anak.

Misalnya menelan benda-benda berbahaya seperti baterai kecil, magnet berwarna-warni, atau koin mengilap. Baterai menjadi salah satu benda yang paling mudah ditemui di rumah. Hal ini karena banyak perangkat peralatan rumah harus dilengkapi dengan baterai, termasuk mainan anak.

Jika tidak berhati-hati dan diawasi dengan baik, balita dapat menelan baterai tanpa sepengetahuan orangtua. 

Nyatanya, kejadian ini telah terjadi pada seorang balita di Indonesia yang tak sengaja menelan baterai remote tv hingga akhirnya menjadi berkarat dan melukai lambung.

Seorang Balita Menelan Beterai Remote TV hingga Alami Luka Lambung
Instagram.com/dr.ariani

Kejadiaan naas ini diceritakan oleh dr. Ariani Dewi Widodo seorang dokter anak spesialis pencernaan dan hati di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta.

Ia menceritakan bagaimana kisah seorang Mama dengan anak perempuan yang menelan baterai remote tv.

Berikut adalah kisahnya yang dikutip dari media sosial dr. Ariani:

"Jangan remehkan firasat sang Ibu!

Hari Selasa minggu lalu, tiba-tiba Ibu melihat baterai remote TV tinggal satu.
Aduh, ke mana ya... tiba2 perasaannya tidak enak. Seluruh sudut rumah diperiksa, semua kolong dicek, setiap benda dibalik, tapi baterai tidak kunjung ditemukan.

Ibu melirik ke putri kecilnya yang belum bisa bicara. Ah, masa iya... ia berusaha menepis pikiran itu lalu mulai mencari dengan lebih teliti lagi.
Tetap saja tidak ada.

Akhirnya Ibu membawa putrinya ke IGD RS terdekat. Saat ditanya di RS, Ibu tidak bisa memberikan alasan yang lebih baik selain bahwa baterai itu tidak ketemu. Tidak pernah melihat anak tersedak, batuk2, sakit perut, ataupun keluhan lain. Anak hepi2 saja dan makan lahap seperti biasa. Ibu tetap minta ia difoto röntgen, tapi karena kecurigaan ke arah sana tidak cukup kuat, maka tidak dilakukan.

Pulang ke rumah, hati Ibu tetap tidak tenang, meski si kecil ceria. Satu minggu kemudian, tiba2 BABnya mulai berwarna kehitaman. Tanpa pikir panjang lagi Ibu langsung membawanya ke IGD @rsabhk.

Benar saja, setelah satu minggu baterai AAA masih tersangkut di perut mungilnya, sudah berkarat dan membuat lambungnya luka (Pic 3). Proses mengeluarkannya juga tidak mudah, karena ukuran baterai yang jauh lebih besar dari diameter kerongkongan pada posisi horisontal. Ia harus dijepit di jarak yang 'tepat' dari ujungnya supaya membentuk sudut yang pas untuk ditarik ke kerongkongan, namun masih cukup seimbang sehingga tidak jatuh lagi ke bawah karena terlalu berat (Pic 7).

Syukurlah berkat kerjasama tim yang solid akhirnya baterai bisa dikeluarkan dengan cara musyawarah mufakat, tanpa melukai sama sekali. Baterai sudah penyok2 dan berkarat (Pic 8). Wajah2 ceria setelah lelah berjibaku dengan baterai... ? (Pic 6)" tulis dr. Ariani

Mengetahui kasus ini, berikut Popmama.com telah merangkum 5 tips mencegah anak mengonsumsi benda-benda berbahaya di rumah. Yuk simak!

1. Lihat dari sudut pandang seorang balita

1. Lihat dari sudut pandang seorang balita
Freepik/user33154880

Terkadang orangtua tidak menyadari adanya benda-benda berbahaya di sekitar anak, karena orang dewasa cenderung memiliki tinggi badan yang cukup jauh berbeda dengan anak-anak, terutama balita. Hal ini membuat Mama tidak mengetahui apa yang anak lihat melalui sudut pandangnya.

Untuk itu, berlututlah dan lihatlah rumah Mama dari sudut pandang si Kecil. Lakukan ini sering, tidak hanya sekali. Ini akan membantu Mama memerhatikan bahaya tersedak seperti baterai, koin, klip kertas, atau bahkan paku payung sebelum anak mengambilnya.

Dilansir dari Parents, sebagai aturan umum, benda apa pun yang lebih kecil dari kepalan tangan anak adalah bahaya.

Editors' Pick

2. Simpan mainan anak-anak secara terpisah

2. Simpan mainan anak-anak secara terpisah
Freepik/kutanya

Simpan mainan anak besar secara terpisah dari mainan anak yang lebih kecil, dan sering-seringlah memeriksa bagian yang rusak atau hilang, misalnya seperti anak panah, magnet, dan baterai kancing, atau apa pun semuanya bisa berakhir di mulut anak.

Mainan kecil, terutama yang berbentuk bulat seperti kelereng dan bola kecil, juga berbahaya. Balon juga menjadi penyebab utama kematian pada anak-anak di bawah enam tahun.

Balon yang tidak dipompa dan atau bagian pecahan balon, dapat membentuk segel kedap udara di saluran pernapasan anak.

3. Selalu ikuti rekomendasi usia pada mainan

3. Selalu ikuti rekomendasi usia mainan
compliancegate.com

Ketika Mama ingin membelikan si Kecil mainan, pertimbangkan mainan yang akan membangun keterampilan perkembangan dan sesuai untuk usia anak.

Terutama seperti yang dapat dibongkar pasang, seperti balok susun dan puzzle yang aman dengan potongan-potongan yang cukup besar untuk usia balita. Mainan ini sangat bagus untuk mengembangkan keterampilan motorik halus, kognitif, dan persepsi, serta tidak menggunakan baterai.

Pilihlah mainan-mainan dengan bahan yang kokoh dan tidak mudah rusak, dan dan hindari mainan dengan bagian-bagian kecil, bagian yang mudah pecah, atau permukaan yang rapuh.

4. Memeriksa peralatan dan mainan anak yang menggunakan baterai dengan rutin

4. Memeriksa peralatan mainan anak menggunakan baterai rutin
panasonic-batteries.com

Setiap hari, pastikan untuk memeriksa mainan atau perlengkapan rumah yang memiliki tempat baterai yang bisa terbuka. Seperti mainan mobil-mobilan, robot-robotan, jam alarm, lampu tidur, dekorasi rumah, remote TV dan AC, dan lain-lain

Pastikan sekrup atau pengaitnya tidak longgar. Namun untuk memastikan keselamatan balita, letakan peralatan rumah jauh dari jangkauan balita. Kemudian ambil baterai jika mainan sedang tidak digunakan.

Mama bisa memasangnya lagi saat digunakan, dengan pengawasan penuh. Mama juga bisa merekatkan tutup peralatan dengan baterai menggunakan selotip besar dan kuat, agar tidak mudah dibuka oleh balita.

5. Segera buang atau daur ulang baterai dengan aman

5. Segera buang atau daur ulang baterai aman
Freepik

Baterai lithium bisa menjadi racun di tangan kecil. Dilansir dari laman kesehatan University of Michigan, jika tertelan baterai dapat tersangkut di kerongkongan dan menyebabkan cedera yang berpotensi berbahaya karena reaksi kimia antara lapisan kerongkongan dan sisa arus baterai.

Sehingga untuk mencegah hal ini, buang atau daur ulang semua baterai dengan aman, terutama baterai kancing, seperti yang digunakan untuk jam tangan atau remote control.

Nah itulah informasi seputar balita alami luka lambung akibat menelan baterai remote TV. Dengan melakukan langkah-langkah pencegahan di atas, diharapkan si Kecil dapat terlindungi dari bahaya-bahaya menelan benda berbahaya.

Pastikan untuk selalu mengawasi anak dan jadikan rumah sebagai zona yang aman untuk anak bermain serta bereksplorasi ya, Ma!

Baca juga:

The Latest