Disabilitas Intelektual: Penyebab, Ciri-Ciri, dan Diagnosisnya

Istilah disabilitas intelektual dulunya dikenal dengan sebutan keterbelakangan mental.

15 Mei 2023

Disabilitas Intelektual Penyebab, Ciri-Ciri, Diagnosisnya
Freepik

Banyak masyarakat yang masih belum mengenal mengenai disabilitas intelektual. Disabilitas intelektual dulunya lebih sering disebut sebagai keterbelakangan mental. Namun, istilah disabilitas intelektual saat ini lebih sering digunakan karena istilah yang lama lebih mengarah ke asosiasi yang negatif.

Disabilitas intelektual membuat penderitanya mengalami keterbatasan dalam fungsi dan keterampilan kognitif. Meskipun begitu, penderita disabilitas intelektual memiliki hak atas hidup yang sebaik-baiknya.

Berikut ini Popmama.com merangkum informasi seputar disabilitas intelektual yang penting diketahui semua orangtua:

1. Apa itu disabilitas intelektual?

1. Apa itu disabilitas intelektual
Freepik/Rawpixel-com

Disabilitas intelektual adalah keterbatasan intelektual yang melibatkan kemampuan mental secara umum, dilansir dari laman American Psychiatric Association. Kondisi ini memengaruhi fungsi di dua bidang, yaitu:

  • Fungsi intelektual (seperti kemampuan belajar dan memecahkan masalah)
  • Fungsi adaptif (seperti aktivitas kehidupan sehari-hari, misalnya berkomunikasi dan hidup mandiri).

Selain itu, defisit intelektual dan adaptif dimulai di masa awal periode perkembangan seorang anak.
 

2. Siapa yang berpeluang lebih besar menderita disabilitas intelektual?

2. Siapa berpeluang lebih besar menderita disabilitas intelektual
Freepik/Freepik

Faktanya, laki-laki lebih berpotensi menderita disabilitas intelektual ketimbang perempuan.

Kondisi ini juga mempengaruhi sekitar 1% dari populasi. Sekitar 85% dari mereka menderita disabilitas intelektual ringan. 

Editors' Pick

3. Penyebab disabilitas intelektual

3. Penyebab disabilitas intelektual
Freepik

Ada banyak faktor penyebab disabilitas intelektual. Disabilitas intelektual seringkali dikaitkan dengan sindrom genetik, seperti down syndrome atau sindrom Fragile X. Kondisi ini juga dapat berkembang setelah seseorang menderita penyakit, seperti meningitis, batuk rejan, atau campak. 

Faktor penyebab lain yang memperbesar peluang seseorang mengalami disabilitas intelektual adalah peristiwa yang terjadi pada masa kanak-kanak, seperti trauma pada kepala, paparan racun seperti timbal dan merkuri, hingga masalah saat lahir seperti tidak mendapatkan cukup oksigen ketika dilahirkan.

Malformasi otak, penyakit yang diderita sang Ibu, dan pengaruh lingkungan seperti alkohol, obat-obatan, atau racun lainnya, juga dapat berkontribusi terhadap kondisi ini.

4. Diagnosis disabilitas intelektual

4. Diagnosis disabilitas intelektual
Freepik/tirachardz

Disabilitas intelektual dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan yang mencakup fungsi intelektual dan adaptif. 

Fungsi intelektual diukur dengan tes kecerdasan yang diberikan secara individual dan valid secara psikometrik. Tes ini juga melihat kecerdasan individual secara komprehensif, sesuai budaya, dan sehat secara psikometrik.

Skor tes IQ sekala penuh spesifik tidak lagi diperlukan untuk mendiagnosis seseorang yang mengalami disabilitas intelektual. Tes standar digunakan sebagai bagian dari diagnosis kondisi tersebut. 

Skor IQ skala penuh sekitar 70 sampai 75 menunjukkan batasan yang signifikan dalam fungsi intelektual. Namun, skor IQ harus ditafsirkan dalam konteks keterbatasan seseorang dalam kemampuan mental secara umum. 

Selain itu, skor pada subtes dapat sangat bervariasi. Karena itulah skor IQ skala penuh mungkin tidak dapat secara akurat mencerminkan fungsi intelektual secara keseluruhan. Diperlukan penilaian klinis dalam menginterpretasikan hasil tes IQ.

5. Tiga bidang fungsi adaptif yang dipertimbangkan

5. Tiga bidang fungsi adaptif dipertimbangkan
Freepik/gpointstudio

Ada tiga bidang fungsi adaptif yang dipertimbangkan dalam tes kecerdasan untuk melihat apakah seseorang mengalami disabilitas intelektual, yaitu:

  • Konseptual, meliputi bahasa, membaca, menulis, matematika, penalaran, pengetahuan, memori.
  • Sosial, meliputi empati, penilaian sosial, keterampilan berkomunikasi, kemampuan untuk mengikuti aturan, dan kemampuan untuk menjalin dan menjaga relasi dengan orang lain.
  • Praktis, meliputi kemandirian dalam bidang-bidang seperti merawat diri sendiri, tanggung jawab pekerjaan, mengelola uang, rekrasi, dan mengelola tugas sekolah atau pekerjaan.

Fungsi-fungsi adaptif ini dinilai melalui tindakan standar dengan individu dan wawancara dengan orang lain, seperti anggota keluarga, guru, dan pengasuh.

6. Tiga kategori disabilitas intelektual

6. Tiga kategori disabilitas intelektual
Freepik/freepik

Disabilitas intelektual diidentifikasi ke dalam tiga kategori, yaitu ringan, sedang, dan berat. Kebanyakan penyandang disabilitas intelektual termasuk ke dalam kategori ringan.

Gejala disabilitas intelektual dimulai sejak masa kanak-kanak. Keterlambatan dalam berbahasa atau keterampilan motorik dapat terlihat pada usia dua tahun. Namun, tingkat kecacatan intelektual ringan mungkin tidak teridentifikasi sampai usia sekolah ketika seorang anak mengalami kesulitan dalam hal bidang akademik.

7. Perawatan penderita disabilitas intelektual

7. Perawatan penderita disabilitas intelektual
Freepik/prostooleh

Disabilitas intelektual adalah kondisi seumur hidup. Namun, intervensi dini dan berkelanjutan dapat meningkatkan fungsi hidup dan memungkinkan penderitanya berkembang sepanjang hidup mereka. Akan tetapi, kondisi medis atau genetik yang mendasari dan kondisi yang terjadi bersamaan seringkali menambah kompleksnya masalah yang dihadapi oleh orang-orang dengan disabilitas intelektual.

Setelah diagnosis ditegakkan, perawatan untuk penderita disabilitas intelektual difokuskan untuk melihat kekuatan dan kebutuhan individu tersebut. Begitu pula dengan bentuk dukungan yang diperlukan untuk berfungsi di rumah, sekolah, pekerjaan, dan di masyarakat. 

Beberapa jenis dukungan dan layanan yang dapat membantu, seperti:

  • Intervensi dini pada usia bayi dan balita.
  • Sekolah luar biasa.
  • Kelompok-kelompok dukungan.
  • Layanan transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa.
  • Program kejuruan.
  • Manajemen kasus.
  • Pembinaan kerja.

Dengan dukungan yang tepat, baik itu untuk individu penderita disabilitas intelektual maupun untuk keluarga terdekat, penderita disabilitas intelektual dapat hidup mandiri, sukses, dan produktif dalam masyarakat.

Baca juga:

The Latest