5 Fase Meniru pada Anak, Anak Belajar Banyak Hal di Fase Ini

Bukan sekadar meniru atau bermain pura-pura, ternyata fase ini merangsang keterampilan anak

30 Januari 2022

5 Fase Meniru Anak, Anak Belajar Banyak Hal Fase Ini
Freepik/jcomp

Ma, sering nggak melihat si Kecil mengikuti apa yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Misalnya pura-pura mengetik seperti papa, atau pura-pura memakai lipstik seperti mama? Belum lagi kalau tiba-tiba ambil sapu dan menyapu seperti neneknya. Bikin gemas ya!

Tetapi, apa yang dilakukan anak itu bukan sekadar kegiatan meniru atau permainan pura-pura (pretend play) belaka.

Di balik kegiatan meniru itu ternyata anak belajar banyak sekali hal yang penting, seperti menghadapi marah dan kecewa, membangun keterampilan emosional, melatih keterampilan sosial, hingga mengembangkan kreativitas dan imajinasinya.

Maka itu, di dalam dunia tumbuh-kembang anak, fase meniru ini sangat penting untuk dibina.

Berikut ini Popmama.com merangkum 5 tahapan dalam fase meniru anak usia 1-2 tahun yang penting diketahui orangtua, dilansir dari Empowered Parents:

1. Penamaan aktif (enactive naming)

1. Penamaan aktif (enactive naming)
Freepik/nunezimage

Tahap pertama dari fase meniru disebut dengan penamaan aktif (enactive naming). Pada tahp ini, seorang anak belum aktif 'berpura-pura'. Melainkan mereka menunjukan pengetahuan yang dimilikinya. 

Di tahap ini, anak pertama kali memasukkan sendok atau cangkir kosong ke mulutnya seolah-olah sedang makan atau minum. 

Anak meniru perilaku yang dilihatnya dan menunjukkan pemahamannya tentang obyek. Tetapi dia belum sepenuhnya bermain peran (pretend play). Anak baru belajar tentang perbedaan antara hal yang nyata dan tidak nyata. 

Di fase ini, anak mungkin akan mulai meniru perilaku orang di sekitarnya, seperti menyapu. Entah itu dengan sapu sungguhan atau benda yang dianggapnya mirip dengan sapu.

Editors' Pick

2. Skema autosimbolik (autosymbolic schemes)

2. Skema autosimbolik (autosymbolic schemes)
Pexels/Tatiana Syrikova

Pada tahap kedua yang disebut skema autosimbolik (autosymbolic schemes), anak mulai menunjukkan tanda-tanda pertama berpura-pura. Fase ini terjadi sekitar usia 12 bulan. 

Pada tahap ini, anak melakukan kegiatan berpura-pura yang berkaitan dengan dirinya sendiri. Contohnya berpura-pura tidur atau berpura-pura minum dari cangkirnya sambil membuat suara untuk menunjukkan bahwa dia sedang minum. 

Bermain dengan mainan replika atau benda-benda di rumah sangat menyenangkan bagi anak di tahap ini. Anak mulai menggunakan barang-barang ini dengan fungsinya yang benar. Hal ini  menunjukkan keterampilan kognitif mereka yang berkembang dengan baik. 

Di sisi lain, anak bermain pura-pura menggunakan obyek yang merepresentasikan obyek lain. Misalnya si Kecil menggunakan botol minumnya untuk menggantikan telepon ketika ia bermain pura-pura menelepon. Ia memilih botol minum karena merasa botol minum punya karakteristik yang mirip dengan telepon. Kegiatan ini disebut dengan permainan simbolik. 

3. Skema simbolik terpusat (decentered symbolic schemes)

3. Skema simbolik terpusat (decentered symbolic schemes)
Pexels/Polesie Toys

Sekitar usia 1-2 tahun, anak mulai melibatkan orang lain dalam permainan pura-puranya. Ia akan memberikan cangkir kepada mama untuk pura-pura diminum atau mencoba menyuapi papa dengan sendok kosong. Hal ini menunjukkan bahwa anak mulai sadar bahwa orang lain terpisah dari dirinya.

Dari sekitar usia 2 tahun, anak sering mulai bermain dengan boneka. Mereka melihat boneka mereka sebagai makhluk hidup, dengan perasaan dan keadaan, seperti lapar dan lelah. Perilaku ini menunjukkan lompatan besar dalam keterampilan berpikir anak seiring dengan perkembangannya. 

Pada tahap ini, anak berusaha menempatkan pengalaman orang lain ke dalam dirinya dan mencoba melihat dari sudut pandang berbeda.

4. Mengurutkan tindakan berpura-pura (sequencing pretend acts)

4. Mengurutkan tindakan berpura-pura (sequencing pretend acts)
Freepik/Shangarey

Tahapan keempat dari fase meniru itu adalah anak belajar menerapkan urutan logis untuk berpura-pura. Jika ia ingin memandikan bonekanya, maka ia akan melepas baju bonekanya sebelum memasukkan boneka ke dalam bak mandi,

Anak telah belajar dengan mengamati orang lain dan bagaimana orang berperilaku dalam berbagai konteks. Hal ini masuk ke dalam ingatannya sehingga pengetahuan yang didapatkannya digunakannya dalam konteks bermain pura-pura.

5. Pura-pura yang terencana (planned pretend)

5. Pura-pura terencana (planned pretend)
Freepik/Studiopeace

Tahap akhir dari fase meniru ini adalah pura-pura terencana, yaitu anak mengumpulkan alat peraga dan barang-barang yang dibutuhkannya untuk permainan pura-puranya. 

Anak punya ide spesifik dalam pikirannya tentang apa yang ingin dia lakukan dan akan merencanakannya. Misalnya berpura-pura menjadi guru yang mengajar di kelas dengan teman-temannya sebagai murid-muridnya yang duduk di kursi dan meja masing-masing. 

Biasanya anak prasekolah yang berada dalam tahap ini. Anak sudah menggunakan keterampilan sosial tingkat tinggi saat terlibat pada fase akhir ini karena anak perlu berkomunikasi dengan baik, memainkan peran tertentu, membiarkan orang lain memainkan peran mereka, berbagi dan bergiliran, serta mengikuti aturan yang disepakati bersama karena mereka bermain dengan tujuan bersama. 

Itu dia lima tahapan fase meniru anak balita yang penting diketahui orangtua. Semoga informasi ini bermanfaat bagi orangtua dalam mengasuh si Kecil ya. 

Baca juga:

The Latest