Perbedaan Hiporefleksia vs Hiperefleksia pada Anak

Keduanya merupakan gangguan otot yang dapat menurunkan kualitas hidup anak

29 September 2021

Perbedaan Hiporefleksia vs Hiperefleksia Anak
Pixabay/BuckBuckley

Dalam kondisi normal, tubuh seseorang akan menunjukkan respons ketika terpapar rangsangan. Tetapi jika perkembangan otot mengalami gangguan maka dapat menyebabkan masalah yang disebut dengan hiperrefleksia atau hiporefleksia.

Keduanya dapat memengaruhi perkembangan motorik anak sehingga perlu penanganan yang intensif.

Berikut ini Popmama.com merangkum informasi seputar hiporefleksia dan hiperrefleksia yang penting diketahui orangtua:

1. Apa itu hiporefleksia?

1. Apa itu hiporefleksia
Pixabay/skalekar1992

Hiporefleksia adalah kondisi dimana otot kurang responsif terhadap rangsangan, dilansir dari Healthline. Apabila otot tidak merespon sama sekali terhadap rangsangan, kondisi ini dikenal sebagai arefleksia. 

Anak yang mengalami hiporefleksia memiliki otot yang sangat lemah sehingga tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari, bahkan untuk aktivitas yang ringan seperti memegang benda atau berdiri tegak.

2. Penyebab hiporefleksia

2. Penyebab hiporefleksia
Pixabay/PopeMa

Hiporefleksia bisa terjadi akibat kerusakan neuron motorik di sistem saraf pusat anak. Neuron motorik ini bertanggungjawab mengirimkan sinyal dari otak ke seluruh tubuh untuk menghasilkan gerak otot. 

Kerusakan pada neuron motorik, atau yang dikenal sebagai lesi neuron motorik, dapat disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat yang mendasari. Dilansir dari Osmosis, gangguan sistem saraf yang dapat menyebabkan hiporefleksia pada anak misalnya atrofi otot tulang belakang, sindrom Guillain-Barre, polineuropati demielinasi inflamasi kronis (CIPD), amyotrophic lateral sclerosis (ALS), dan cedera tulang belakang. Selain itu kerusakan juga dapat disebabkan oleh hipotiroidisme yang diakibatkan oleh rendahnya kadar hormon tiroid. 

Editors' Pick

3. Tanda dan gejala hiporefleksia

3. Tanda gejala hiporefleksia
Freepik/onlyyouqj

Tanda dan gejala hiporefleksia biasanya muncul secara bertahap. Anak akan menunjukkan kelemahan otot seiring waktu. Pada awalnya, anak mungkin hanya terlihat mengalami penurunan kekuatan otot. Seiring waktu ia dapat mengalami kesulitan memegang benda, berjalan, dan berdiri tegak. 

Pada anak dengan hiporefleksia yang mengalami amyotrophic lateral sclerosis (ALS), penurunan kemampuan bicara juga terdampak karenanya. Anak menjadi cadel, sulit bicara, dan akhirnya mengalami kesulitan bernapas. 

Sementara anak dengan hiporefleksia yang mengalami CIDP, gejala yang sering muncul adalah kelemahan serta mati rasa dan kesemutan di lengan dan kaki. Gangguan ini dapat berkembang menjadi hilangnya refleks otot normal.

4. Apa itu hiperrefleksia?

4. Apa itu hiperrefleksia
Freepik/pressfoto

Hiperrefleksia adalah kondisi di mana tubuh menunjukkan refleks yang berlebihan terhadap rangsangan dari luar. Kondisi ini juga disebut dengan nama autonomic dysreflexia (AD).

Hiperrefleksia dapat menyebabkan lonjakan yang berbahaya terhadap tekanan darah, detak jantung lemah, penyempitan pembuluh darah, hingga perubahan lain dalam fungsi otonom tubuh. Kondisi ini kerapkali ditemui pada anak yang menderita multiple sclerosis, sindrom Guillain-Barre, dan yang menderita cedera kepala atau otak. 

5. Penyebab hiperrefleksia

5. Penyebab hiperrefleksia
www.unsplash.com

Sistem saraf otonom adalah bagian dari sistem saraf yang bertanggungjawab untuk mempertahankan fungsi tubuh yang tidak disengaja, seperti tekanan darah, detak jantung dan pernapasan, suhu tubuh, pencernaan, metabolisme, keseimbangan air dan elektrolit, buang air besar dan kecil, hingga respons seksual. 

Ada dua cabang sistem saraf otonom, yaitu sistem saaraf otonom simpatik dan sistem saraf otonom parasimpatis. Keduanya bekerja secara berlawanan untuk menjaga keseimbangan fungsi sadar-tak sadar dalam tubuh. Dengan kata lain, jika salah satu bereaksi berlebihan, yang satunya dapat mengimbangi. 

Hiperrefleksia mengganggu fungsi saraf simpatik dan parasimpatis ini, sehingga ketika sistem saaraf otonom simpatik bereaksi berlebihan terhadap rangsangan, sistem saraf otonom parasimpatis tidak dapat secara efektif menghentikan reaksinya. 

6. Tanda dan gejala hiperrefleksia

6. Tanda gejala hiperrefleksia
Freepik/shurkin_son

Tanda dan gejala hiperrefleksia, antara lain:

  • Kejang otot, terutama di bagian rahang
  • Hidung tersumbat
  • Kecemasan dan ketakutan
  • Detak jantung tidak teratur atau lambat
  • Sakit kepala berdenyut-denyut
  • Kemerahan pada kulit
  • Banyak berkeringat, terutama di daerah dahi
  • Pusing
  • Kebingungan
  • Dilatasi pupil

Apabila tidak segera ditangani, hiperrefleksia dapat mengancam nyawadan mengakibatkan stroke, perdarahan retina, gagal jantung, dan edema paru.

Jika mama mendapati tanda serta gejala hiporefleksia maupun hiperrefleksia, segera bawa anak ke rumah sakit. Penanganan segera dan diagnosis tepat akan lebih baik demi menyelamatkan nyawa anak dan meningkatkan kualitas hidupnya. 

Semoga informasi ini bermanfaat. 

Baca juga:

The Latest