6 Cara Tepat Mengatasi Overstimulasi pada Balita

Menyeimbangkan waktu bermain dan beristirahat adalah kunci utama

30 April 2020

6 Cara Tepat Mengatasi Overstimulasi Balita
Freepik

Tak sedikit para Mama yang berusaha memaksimalkan waktu bersama anak selama masa bekerja di rumah seperti sekarang. Apalagi, bagi Mama dengan anak balita, inilah waktu tepat untuk mendampingi anak menjelajahi dunianya.

Benar, anak belajar dan berkembang jika ia tinggal dalam lingkungan yang mampu menstimulasi. Anak pun bisa bebas bermain dan bereksplorasi.

Namun, prinsip segala sesuatu yang berlebihan tidak baik pun berlaku dalam hal ini. Ketika orang tua terlalu “memadatkan” jadwal harian di rumah dengan macam-macam kegiatan, bisa saja anak overstimulasi.

Kalau itu terjadi, Mama akan berhadapan dengan balita yang frustrasi, menangis tiada henti, hingga kelelahan. Lalu, apa yang bisa Mama lakukan? Mari simak hasil penelusuran Popmama.com  yang dirangkum dari laman Very Well Family berikut ini.

1. Amati respons anak pada beragam tipe rangsangan

1. Amati respons anak beragam tipe rangsangan
Freepik/Jcomp

Coba Mama amati respons anak saat ia berhadapan dengan berbagai tipe stimulus berupa kegiatan atau hal lain di sekitar anak.

Mengetahui informasi ini akan membantu Mama mencegah anak mengalami overstimulasi. Jadi, perilaku anak pun tetap terkendali.

Informasi soal itu menjadi bekal penting bagi Mama dengan anak balita. Si Kecil belum mampu mengungkapkan apa yang dirasakan dengan baik. Pun ia masih belajar banyak soal regulasi emosi diri.

Contoh, anak terganggu dan segera menutup kedua telinganya jika berada di tengah lingkungan ramai dengan suara-suara keras. Sebelum berubah lebih parah, segera bawa si Kecil ke tempat lebih tenang.

2. Tenangkan diri Mama lebih dulu

2. Tenangkan diri Mama lebih dulu
Freepik/Yanalya

Sebelum beraksi menenangkan anak, ada baiknya Mama tenangkan diri lebih dulu. Mudah sekali untuk terpancing marah atau kesal saat berhadapan dengan balita yang demikian.

Namun, mengekspresikan emosi negatif seperti ini hanya menambah buruk keadaan. Alih-alih mendapati si Kecil lebih tenang, justru ia semakin menjadi-jadi.

Maka, tariklah nafas dalam-dalam dan berusaha tenang lebih dulu sebelum berhadapan langsung dengan anak.

Editors' Pick

3. Kurangi gangguan di sekitar anak

3. Kurangi gangguan sekitar anak
Freepik

Coba untuk mengurangi berbagai stimulus di sekitar anak. Contoh, saat ia mulai menangis dan tampak lelah di ruang keluarga, segera matikan televisi.

Gendong anak ke kamar dan peluk tubuhnya. Setelah anak lebih tenang, boleh ajak anak melakukan hal lain, seperti membaca buku bersama atau biarkan ia bermain sendiri.

4. Ajari anak mengenali perasaannya

4. Ajari anak mengenali perasaannya
Pexels/Vinicius Costa

Ketika anak sudah tenang dan siap beraktivitas kembali, bantu ia mengenali apa yang dirasakannya.

Misalnya, “Tadi Kakak kesal ya. Apa yang bikin kamu kesal?” Gunakan nada suara tenang sambil menemaninya melakukan aktivitas lain.

Begitu anak menjawab ia tidak suka kegiatan tertentu, coba gali apa yang menyebabkan ia tidak suka. Jawaban si Kecil akan memberikan Mama pencerahan soal preferensi anak.

Mama pun bisa mengganti aktivitas atau mengatur tempat sedemikian rupa supaya anak bisa merasa lebih nyaman.

5. Batasi penggunaan gadget

5. Batasi penggunaan gadget
Freepik

Patuhi panduan pemakaian gadget pada anak balita. Harus diakui bahwa terlalu lama membiarkan anak menonton tayangan lewat gadget bisa membuat ia overstimulasi.

Coba pakai gadget untuk sesuatu yang lebih produktif, seperti melepas kangen dengan kakek nenek melalui video call.

Satu lagi, jika Mama terpaksa memberikan gadget pada balita, pastikan ia tidak sendirian saat bermain. Duduklah di sebelahnya untuk memantau ia bermain gadget sehingga Mama tahu apa yang ia tonton dan mainkan.

6. Seimbangkan waktu beraktivitas dan beristirahat

6. Seimbangkan waktu beraktivitas beristirahat
Freepik/prostooleh

Selama lima tahun pertama kehidupan, otak anak berkembang pesat dibandingkan fase kehidupan lainnya. Maka, apa pun yang anak lihat, dengar, sentuh, hirup, dan rasakan merangsang pertumbuhan otak dan menciptakan jutaan koneksi neuron di otak.

Namun, jangan buat diri Mama lelah dengan berusaha memenuhi jadwal harian si Kecil dengan kegiatan ini dan itu. Ingat, Ma, anak juga butuh waktu beristirahat.

Beri anak down-time yang membebaskan dirinya dari deretan kegiatan harian. Lakukan di tempat yang tenang dan familier bagi anak, seperti kamar tidur.

Tak ada salahnya juga membiarkan anak bermain sendiri selama beberapa waktu. Cara ini akan membantu anak menghibur dirinya dan kreatif menemukan hal menarik untuk dilakukan sendiri.

Ambang batas overstimulasi setiap anak berbeda.

Pilihan terbaik adalah posisikan anak sebagai pemandu untuk membantu Mama mengenali kapan ia overstimulasi atau tidak. Seimbangkan waktu bermain dan beristirahat supaya bisa membantu tumbuh kembangnya lebih optimal.

Itulah 6 cara mengatasi overstimulasi pada anak balita. Pastikan bukan Mama saja yang sudah menjaga si Kecil, tapi ini berlaku bagi setiap orang yang berada di lingkungannya.

Semoga berhasil, Ma!

Baca juga:

The Latest