7 Cara Mempersiapkan si Kecil Menjadi Kakak

Jangan galau, Ma, begini cara agar si Kecil siap jadi kakak

19 April 2019

7 Cara Mempersiapkan si Kecil Menjadi Kakak
Unsplash/Isaac Del Toro

Mama sedang hamil lagi? Selamat Ma atas kehamilannya. Namun, PR besar mengintip jika ini adalah kehamilan anak ke-2, ke-3, bagi Mama yaitu mempersiapkan si Kecil jadi kakak.

Salah bila Mama mengira “Ah, nanti ia akan terbiasa sendiri jadi kakak saat adiknya lahir.” Ada istilah big sibling blues, yakni situasi ketika anak belum bisa menerima kehadiran adik bayinya.

Anak yang mengalami situasi tersebut tidak siap dengan kehadiran sang adik. Alhasil, ia kerap berusaha mencuri perhatian Mama dan Papa.

Jika Mama dan Papa kurang peka, bisa jadi sikap anak tersebut malah memicu rasa kesal.

Mama mungkin berharap si Kecil bisa mengerti bahwa ia sudah besar, sudah jadi kakak. Namun, bukan berarti ia tidak boleh lagi peluk-peluk Mama atau Papa maupun minta ditemani bermain kan?

Nah, kali ini Popmama.com akan membahas 7 cara mempersiapkan si Kecil menjadi kakak. Penasaran? Yuk, simak bersama.

1. Beritahu anak soal kehamilan Mama

1. Beritahu anak soal kehamilan Mama
Pexels/Silvia Trigo

Saat kehamilan Mama mulai terlihat, ini saat yang tepat untuk memberitahu anak soal calon adik barunya dalam perut Mama.

Bisa saja Mama memberitahunya lebih dini, terutama jika anak sudah berusia lebih besar, misalnya 4 atau 5 tahun.

Namun, jika anak masih balita, lakukan saat Mama memasuki trimester ke-2. Perut yang membesar membuat ia lebih mudah memahami apa itu hamil.

2. Ajak anak saat periksa rutin ke dokter

2. Ajak anak saat periksa rutin ke dokter
Freepik/rawpixel.com

Jangan ragu mengajak anak saat periksa rutin ke dokter. Lakukan sounding sebelum pergi ke dokter, misalnya, “Yuk, ikut Mama dan Papa lihat adik bayi.” Ketika dokter melakukan USG, minta Papa sambil memberi penjelasan pada anak, seperti memberi tahu mana kepala, badan, kaki, dan tangan adiknya.

Usai periksa, ajak anak membicarakan kembali tentang sesi kontrol rutin tadi. Misalnya, “Tadi kamu lihat adiknya gerak-gerak kan. Lucu ya, kakinya masih kecil! Dulu kamu juga seperti itu lho.”

Editors' Pick

3. Libatkan anak sejak adiknya masih dalam kandungan

3. Libatkan anak sejak adik masih dalam kandungan
Freepik/Senivpetro

Sama seperti Mama melibatkan Papa, ajak anak mengusap perut Mama. Ketika janin menendang-nendang, minta anak meletakkan tangan di perut Mama.

Biarkan ia merasa tendangan adiknya atau melihat perut Mama bergerak-gerak.

Mama bisa mengatakan, “Adik senang nih kalau dengar suara kamu. Kita baca cerita atau nyanyi sama-sama yuk?”

4. Peluk anak sesering mungkin

4. Peluk anak sesering mungkin
Pexels/bruce mars

Setibanya Mama di rumah usai pulang dari rumah sakit, memeluk anak adalah hal pertama yang harus Mama lakukan. Bilang bahwa Mama kangen padanya, adiknya juga sudah nggak sabar ingin ketemu dan bermain dengan si Kecil yang kini jadi seorang kakak.

Demikian pula dalam keseharian. Sesibuk apapun Mama dengan bayi, tetap perlu memeluk anak sesering mungkin.

Lewat pelukan, anak bisa merasakan Mama selalu ada untuknya. Mama juga perlu berusaha meluangkan waktu bersama anak, misalnya bermain sama-sama, membaca buku, makan bersama, atau menemaninya tidur.

5. Jaga rutinitas harian tetap sama

5. Jaga rutinitas harian tetap sama
isreading.com

Pasti ada rutinitas Mama dan Papa yang berubah begitu bayi lahir. Namun, usahakan agar rutinitas harian anak tetap sama. Misalnya, tetap bangun pagi pukul 06.00 dan langsung mandi. Lalu, sarapan bersama sebelum berangkat sekolah. Usai sekolah, Mama menemani anak tidur siang.

Sore hari beri anak kesempatan bermain. Mama bisa ikut menemaninya sambil menggendong bayi. Hingga waktu malam tiba, Mama tidak melewatkan sesi dongeng sebelum tidur.

Ajak Papa untuk melakukan hal serupa, sehingga ia tidak merasa kaget dan mudah beradaptasi dengan kehadiran adiknya.

6. Beri kesempatan anak memeluk atau menggendong adiknya

6. Beri kesempatan anak memeluk atau menggendong adiknya
Pexels/Pixabay

Mama atau Papa mungkin ngeri membayangkan anak menggendong adik bayinya. Tunggu hingga bayi sedikit besar, misalnya lehernya sudah bisa menyangga kepala dengan baik. Saat itu tiba, biarkan anak memeluk atau menggendong adiknya, tentu dalam pengawasan Mama atau Papa ya.

Lakukan ini di atas tempat tidur. Alasi dengan bantal, lalu taruh bayi di pangkuan anak.

Para ahli menyatakan bahwa kepala bayi mempunyai feromon yang membuat orang jatuh cinta dan merasa ingin melindungi bayi.

Nah, manfaatkan hal ini untuk membangun ikatan anak dengan adik bayinya.

7. Hindari menuntut anak bersikap seperti anak besar

7. Hindari menuntut anak bersikap seperti anak besar
Unsplash/Edward Cisneros

Boleh jadi karena lelah menjaga bayi, Papa dan Mama jadi mudah kesal pada kesalahan kecil anak. Tanpa sadar keluar kalimat, “Kamu kan sudah besar, sudah jadi kakak. Kok begitu sih?”

Hati-hati, Ma, hindari menuntut anak bersikap seperti anak besar. Bagaimanapun juga, perasaan iri atau merasa tersaingi oleh sang adik pasti muncul dalam hati anak.

Hal ini tidak terjadi otomatis, karena ia juga butuh waktu beradaptasi dengan kehadiran adiknya. Sama seperti Mama dan Papa, perlu waktu menyesuaikan diri dengan bayi dan berbagi perhatian pada anak-anak.

Jadi, wajar jika anak masih minta perhatian lebih. Jawab dengan pelukan, curahkan perhatian Mama dan Papa pada anak, agar ia tidak perlu merasa bersalah dengan menjadi “bayi” untuk sesaat.
 

Itulah 7 cara mempersiapkan si Kecil menjadi kakak. Lebih penting lagi, Mama dan Papa juga harus belajar mencintai anak-anak dengan porsi dan perhatian berimbang.

Tidak ada istilah lebih sayang si sulung, lebih sayang si adik, dan seterusnya. Mereka adalah permata berharga bagi Mama dan Papa, kan?

The Latest