5 Hal yang Perlu Orangtua Hindari dari Pola Tiger Parenting

Harimau adalah binatang buas tetapi ia memiliki pola asuh yang menarik unutuk Mama terapkan ke anak

21 Mei 2023

5 Hal Perlu Orangtua Hindari dari Pola Tiger Parenting
nytimes.com

Kita tahu bersama bahwa harimau merupakan salah satu hewan buas yang berbahaya. Ukuran tubuh yang besar diantara kelompok felidae (kucing) jadi faktor yang membuat banyak orang takut dengan harimau. Binatang yang memiliki kulit belang-belang ini adalah golongan karnivora atau pemakan daging.

Jadi, bukan tidak mungkin apabila harimau bisa menghantam manusia sebagai mangsanya.

Apalagi tubuh harimau yang besar dan cakarnya yang tajam sangat berguna ketika menangkap, lalu mencabik-cabik dan menyantap hewan buruannya itu.

Sifat kasar dari hewan ini diadaptasi ke dalam istilah pola asuh anak, yaitu tiger parenting. Tipe ini sebisa mungkin harus Mama dan Papa hindari. Berikut Popmama.com akan memberikan alasan mengapa tiger parenting tidak disarankan untuk diterapkan di dalam keluarga.

Apa Itu Tiger Parenting?

Apa Itu Tiger Parenting
parenting.firstcry.com/

Tiger parenting adalah bentuk pengasuhan yang sangat penuh dengan aturan-aturan ketat serta menaruh harapan begitu besar terhadap kesuksesan anak. Orangtua "harimau" sangat haus akan prestasi si Kecil, terutama di bidang akademik. Lantas selalu mendorong maupun tekanan ke anak-anaknya supaya menjadi juara kelas.

Selain itu, orangtua tipe tiger parenting kerap mendeksak si Kecil agar berprestasi di bidang ekstrakulikuler tingkat tertinggi. Pola asuh otoriter ini banyak terjadi di Asia, khususnya China. 

Walaupun cenderung keras, orangtua tiger parenting juga berusaha keras guna memberikan perlindungan anak-anaknya dari segala rintangan. Besarnya harapan orangtua serta aturan yang begitu ketat menimbulkan beberapa dampak negatif, antara lain:

  • Anak merasa terbenani atas harapan Mama dan Papa yang begitu tinggi
  • Anak merasa takut berbuat salah karena akan mendapat hukuman atau omelan dari orangtua
  • Menjadi pribadi yang bergantung kepada orang lain karena selama hidupnya terus dibimbing oleh Mama dan Papa
  • Menghambat kreativitas si Kecil
  • Menjalani hidup tidak enjoy karena penuh dengan ketakutan dan kecemasan bahkan bisa mengakibatkan anak depresi

1. Anak kurang merasakan cinta dan kasih sayang dari orangtua

1. Anak kurang merasakan cinta kasih sayang dari orangtua
Freepik/sherry

Dikutip Parents, salah satu formula tiger parenting yang dilakukan induk harimau adalah kurang memberikan rasa cinta tanpa syarat kepada anaknya. Orangtua hanya fokus memberikan aturan yang "baik" menurut perspektif mereka guna mencapai kesuksesan anak.

Tanpa memikir kondisi psikologis dan tidak mempedulikan apakah anak senang atau tidak. Bentuk cinta orangtua terhadap si Kecil adalah berupa ciuman dan pelukan.

Walaupun terlihat sederhana, peluk dan cium dari Mama dan Papa sangat berarti bagi si Kecil. Ini jadi bukti bahwa orangtua benar-benar mencintai dan mengasihi anak sepenuh hati dan juga upaya memenuhi kebutuhan batin anak.

Bentuk cinta itu juga bisa orangtua lakukan dengan mengajak anak rekreasi serta membiarkan anak melakukan apa yang ia suka. Dampak terlihat pada skill anak antara lain proyeksi seni yang memukau serta kemampuan memecahkan masalah yang rumit.

Editors' Pick

2. Terlalu banyak stimulasi untuk belajar dari permainan yang diberikan Mama dan Papa

2. Terlalu banyak stimulasi belajar dari permainan diberikan Mama Papa
Freepik

Tiger parenting juga menggunakan benda-benda untuk mengasah kemampuan anaknya agar ia berjaya di bidang akademik. Penggunaan alat permainan edukatif (APE) memang bagus untuk perkembangan  keterampilan sekaligus membangun karakter anak yang unggul.

Namun, stimulasi yang terlalu banyak dari mainan-mainan ini justru membuat anak bosan dan tidak bisa bermain dengan nyaman dan menyenangkan. Mama dan Papa sama-sama tahu bahwa bermain adalah dunia si Kecil. Lantaran anak selalu diminta belajar, belajar, dan belajar.

Padahal dari momen bermain ini, anak dapat memperoleh keahlian yang tidak diajarkan di pendidikan formal, seperti sekolah. Mulai dari keterampilan sosial hingga kemampuan taktik negosiasi yang sangat bermanfaat ketika anak mulai memasuki dunia kerja.

Kegiatan pembangunan karakter perlu dilakukan sejak kecil mengingat masa kanak-kanak sebagai masa pelatihan. Alhasil, jadi waktu yang tepat untuk mengajarkan hal-hal positif sebagai investasi dirinya di masa depan.Tapi perlu diingat bahwa anak juga perlu masa free time untuk menikmati masa emasnya itu. 

3. Menanamkan dan mengajarkan anak tentang makna kerja keras

3. Menanamkan mengajarkan anak tentang makna kerja keras
Freepik/KamranAydinov

Pola asuh ini juga menekankan kepada si Kecil tentang filosofi kerja keras dalam meraih impian. Hal ini sejalan dengan prinsip orangtua Cina yang mengatakan seseorang yang ahli dalam segala hal harus bekerja, bekerja, dan bekerja.

Nilai kerja keras memang penting bagi anak. Tapi, Mama dan Papa juga harus tahu kapan waktu yang tepat untuk menerapkannya pada anak. Tidak semua hal anak harus bekerja keras untuk lebih baik dari teman-temannya.

Pasalnya, ia pun masih ingin bermain menikmati momen bermain dengan nyaman tanpa tekanan dari orangtua. Setiap orangtua mungkin memiliki keinginan supaya anaknya menjadi A, B, C, atau Z. Namun, ingatlah peran orangtua hanya sebatas mengarahkan dan memfasilitasi minat dan bakat anak.

Misalnya anak menyukai olahraga bulu tangkis dan menurut setelah dilihat ternyata skill yang dimiliki cukup baik. Maka, Mama bisa memasukkan ia ke dalam sekolah bulu tangkis untuk mengasah sekaligus meningkatkan kemahiran anak. Tentunya dengan persetujuan anak.

Selama masa pelatihan ini, anak tentunya harus disiplin berlatih sesuai jadwal yang telah ditentukan. Nah, ini juga sebagai bentuk kerja keras. Sampaikan bahwa anak harus mengalami fase ini terlebih dahulu sebelum akhirnya menjadi atlet yang sukses dengan menorehkan banyak prestasi gemilang.

4. Kurangnya rasa percaya dari orangtua membuat anak jadi minder

4. Kurang rasa percaya dari orangtua membuat anak jadi minder
Freepik/jcomp

Tiger parent lainnya adalah rendahnya kepercayaan orangtua terhadap kemampuan anak. Lantas, dibutkan sejumlah aturan yang harus ditaati oleh si Kecil. Tak lain hanya untuk mewujudkan harapan Mama dan Papa. Akhirnya, anak jadi kurang percaya diri dan cenderung minder.

Padahal, rasa kepercayaan dari Mama dan Papa ke anak sangat berharga lho bagi anak. Contohnya, “Mama percaya kalau kamu bisa melewati ujian dengan baik”, “Papa yakin kamu bisa melakukannya”, dan sebagainya.

Kalimat-kalimat meyakinkan tersebut dapat membantu meningkatkan rasa confident si Kecil. Sehingga ia jadi lebih berani serta menghilangkan segala hal yang membuatnya minder.

Sayangnya, orangtua yang memiliki pola asuh tiger parenting justru memberikan banyak tekanan terhadap anak. Bahkan terkadang merendahkan anak. Misalnya, "Kamu tidak akan mendapatkan semua mainan yang kamu inginkan sampai nilaimu meningkat", "Masa kamu kalah dengan dia, besok harus belajar lebih giat!", dan sebagainya.

Apresiasilah atas apa yang telah ia lakukan sampai ia terpilih menjadi wakil di ajang kompetisi tersebut. Acungkan dua jempol dari bangku penonton saat anak melirik ke arah Papa dan Mama.

5. Memotivasi melalui kisah-kisah orang sukses bukan "menekan" anak

5. Memotivasi melalui kisah-kisah orang sukses bukan "menekan" anak
Freepik/pvproductions

Kisah-kisah sukses orang lain bisa menjadi pelajaran dan motivasi bahkan terinspirasi dari perjalanan karier mereka. Kita juga bisa belajar agar tidak melakukan kesalahan yang sama. 

Bukannya memotivasi si Kecil guna mematangkan mental dan emosional anak, orangtua dengan tiger parenting justru menekan anaknya supaya seperti tokoh tersebut. Sejatinya, kisah itu dibuat untuk berbagi cerita keberhasilan.sehingga orang lain lebih semangat untuk menggapai cita-cita masing-masing.

Jadi, tidak harus sama persis tapi anak bisa menyesuaikan dengan kondisinya.Pasalnya, kisah tersebut juga bisa menjadi “obat” ketika anak mengalami kegagalan serta hikmah lainnya. 

Misalnya bagaimana tokoh tersebut bisa untuk bangkit lagi dan merangkai kembali kepingan cita-cita yang sudah setengah jalan. Jadi, jangan bandingkan keberhasilan anak dengan anak lainnya. Karena setiap anak berbeda dan definisi kesuksesan tidak hanya pencapaian akademis saja.

Itulah paparan informasi terkait tiger parenting yang menjadi tambahan pengetahuan bagi Mama dan Papa. Pola asuh ini masih menimbulkan pro-kontra karena dianggap kurang sesuai dengan perkembangan zaman.

Baca Juga:

The Latest