Bertengkar di Depan Balita Sangat Berbahaya, Ini Alasannya

Ada banyak hal yang orangtua coba lindungi dari anak-anak mereka, seperti video game kekerasan dan tayangan televisi dewasa. Tetapi tahukah Mama, bahwa ada yang situasi yang lebih penting? Yaitu konflik di rumah sendiri
Melihat orangtua berselisih dengan cara yang sehat dan penuh hormat memang memberikan contoh yang baik untuk masa depan anak.
Namun, melihat orang dewasa saling menyerang secara verbal atau fisik dalam pertengkaran, dapat memiliki konsekuensi jangka panjang bagi anak. Terutama balita.
Mungkin orangtua menganggap balita tidak akan mengingat atau memahami apa yang terjadi jika Mama bertengkar di depannya. Tetapi bayi dan balita dapat merasakan konflik, dan menimbulkan konsekuensi yang tak diharapkan.
Berikut Popmama.com telah merangkum alasan mengapa bertengkar di depan balita sangat berbahaya, yang bisa berdampak jangka panjang. Yuk simak!
1. Berjuang dengan kesehatan mental

Berbagai penelitian telah menemukan bahwa anak-anak yang terpapar konflik di rumah, lebih mungkin berjuang dengan kesehatan mental mereka.
Satu studi dalam jurnal Child Development di tahun 2012, menemukan bahwa anak-anak dengan orangtua yang lebih sering bertengkar memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi, kecemasan, dan masalah perilaku pada saat mereka mencapai kelas satu SMP.
Konflik keluarga juga dapat menurunkan kepercayaan diri. Dilansir dari Baby Gaga, anak yang terpapar banyak perselisihan di rumah lebih, cenderung memiliki pandangan negatif tentang kehidupan dan perspektif diri sendiri, yang memengaruhi menurunnya harga diri anak.
2. Kinerja akademik yang buruk

Anak-anak lebih cenderung memiliki kinerja kognitif yang buruk dalam jangka panjang, ketika terpapar konflik di rumah sejak usia dini. Hal ini dapat mengakibatkan nilai yang buruk dan meningkatkan risiko putus sekolah sebelum lulus.
Satu penelitian dari jurnal Child Development di tahun 2013, menemukan bahwa anak-anak yang tinggal di rumah dengan konflik tinggi, mengalami kesulitan mengatur emosi dan perhatian, sehingga menyebabkannya kurang mampu memecahkan masalah dengan cepat serta melihat pola.
3. Memiliki masalah dalam membentuk hubungan

Melihat orang dewasa berdebat secara teratur dapat memengaruhi kemampuan anak untuk membentuk hubungan yang sehat, baik itu sekarang dan di masa depan.
Bukan rahasia umum lagi bila anak sering belajar keterampilan komunikasi dari lingkungan dan pengasuhan orangtuanya. Sehingga anak balita di rumah dengan konflik tinggi, lebih cenderung mengulangi perilaku itu dalam hubungannya sendiri.
Satu studi dari Journal of Family Psychology di tahun 2015, menemukan bahwa konflik keluarga dapat mengubah cara otak anak memproses emosi dan respons, hingga menciptakan lebih banyak tantangan sosial.
Anak juga lebih cenderung menjadi agresif, mudah berubah, atau mengalami kesulitan mengungkapkan perasaannya dan kesulitan melihat perspektif orang lain.
Selain itu, penelitian lain di tahun 2015 telah menunjukkan bahwa hubungan yang buruk dapat berpindah dari satu generasi ke generasi berikutnya. Anak lebih mungkin untuk memiliki hubungan dengan konflik tinggi jika terpapar pada awal kehidupan.
4. Memiliki masalah pada kesehatan fisik

Bukan hanya kesehatan mental yang bisa menjadi korban dari konflik orangtua, tetapi juga kesehatan fisik.
Konflik di rumah meningkatkan stres bagi anak-anak, dan stres memengaruhi kesehatan seseorang secara keseluruhan tanpa memandang usia.
Berbagai penelitian juga telah mengaitkan peningkatan argumen orangtua dengan risiko masalah kesehatan yang lebih tinggi di kemudian hari.
Dilansir dari Parenting First Cry, konflik orangtua yang terus menerus dapat membuat anak mengalami gangguan makan. Bahkan balita mungkin juga mengalami sakit kepala, kesulitan tidur, dan masalah perilaku.
5. Berisiko merokok, mengonsumsi minuman keras, dan penyalahgunaan zat

Konflik keluarga juga meningkatkan risiko anak akan mengembangkan masalah penyalahgunaan zat di kemudian hari.
Dilansir dari Very Well Family, menjelaskan anak lebih cenderung merokok, mengonsumsi minuman keras, dan menggunakan zat terlarang jika dibesarkan di lingkungan keluarga dengan banyak pertengkaran.
Dampak ini dapat dikaitkan dengan ekspresi dari depresi dan kecemasan yang anak alami, hingga ia mencari cara untuk mendapatkan ketenangan dengan cara yang kurang tepat.
Nah itulah beberapa alasan mengapa bertengkar di hadapan balita sangat berbahaya. Semakin banyak konflik yang dialami seorang anak di rumah, semakin berisiko ia untuk konsekuensi yang disebutkan di atas.
Penting bagi orangtua untuk menghubungi seorang profesional untuk mendapatkan saran khusus tentang cara mengatasi perbedaan pendapat dengan cara yang sehat.
Hindari untuk menundanya. Semakin cepat dapat menyelesaikan konflik di rumah dan mempelajari keterampilan untuk mencegah pertengkaran meningkat, maka semakin baik bagi anak yang terlibat di dalam rumah.



















