5 Cara Disiplin Positif yang Bisa Orangtua Terapkan pada Anak Balita

Teknik disiplin positif ini dapat meningkatkan perilaku positif anak tanpa perlu ada konflik

29 September 2021

5 Cara Disiplin Positif Bisa Orangtua Terapkan Anak Balita
Freepik/Racool-studio

Mendisiplinkan anak adalah cara untuk menumbuhkan perilaku positif pada anak. Namun beberapa orangtua mungkin tidak merasa nyaman dengan teknik mendisiplinkan anak seperti memberi hukuman. Jika Mama salah satunya, maka disiplin positif patut dicoba.

Dengan menggunakan teknik disiplin positif seperti pengalihan, pujian, dan pengabaian selektif, Mama tetap menghentikan perilaku buruk anak sejak awal tanpa menggunakan ancaman, teriakan, atau hukuman fisik.

Cara mendisiplinkan ini diklaim dapat membantu memperkuat ikatan dan meningkatkan kepercayaan antara orangtua dan anak-anak.

Ingin coba mendisiplinkan anak tanpa menyebabkan konflik atau memicu emosi? Simak 5 cara disiplin positif yang telah Popmama.com rangkum di bawah ini!

1. Pengalihan

1. Pengalihan
Freepik

Seperti yang Mama ketahui, si Kecil memiliki rentang perhatian yang pendek, sehingga tidak terlalu sulit untuk mengarahkan balita pada aktivitas lain saat ia sedang berulah.

Jika balita mama membuat ulang dengan bermain menggunakan benda yang bisa berbahaya, perkenalkan mainan lain yang akan menarik perhatiannya. Jika itu tidak berhasil, bawa anak ke ruangan lain atau pergi ke luar untuk mengalihkan perhatiannya.

Untuk anak yang lebih besar, Mama dapat memberi tahunya apa yang bisa ia lakukan, daripada apa yang tidak bisa ia lakukan.

Misalnya, daripada memberi tahu anak bahwa ia tidak boleh menggunakan ponsel lagi di hari itu, beri tahu anak bahwa ia dapat pergi ke luar untuk bermain atau mengerjakan puzzle baru yang belum ia selesaikan. Tetap fokus pada hal positif dapat mengurangi banyak argumen dan perilaku menantang.

Editors' Pick

2. Penguatan positif

2. Penguatan positif
Pexels/Ivan Samkov

Cobalah ambil setiap kesempatan untuk memuji perilaku anak yang baik. Penelitian dalam jurnal Beyond Behavior di tahun 2020 menunjukkan bahwa ketika anak dipuji untuk perilaku positifnya, apakah itu mengikuti aturan atau berbagi, ia cenderung berperilaku yang sama.

Saat menggunakan penguatan positif, lebih efektif untuk memuji tindakan secara spesifik dari perilaku baik daripada karakter atau kepribadian anak. Misalnya, jika anak menunjukkan kepedulian terhadap temannya yang terluka atau sedih, tunjukkan apa yang anak lakukan dengan benar.

Mama dapat mengatakan kalimat seperti, "Mama suka dengan caramu untuk menghibur (nama teman anak) yang lagi sedih, ia pasti senang menerimanya." Pastikan untuk menekankan bagaimana temannya atau si penerima kebaikan menghargai sikap anak.

Mama juga bisa memberikan pujian dalam bentuk hadiah untuk perilaku anak yang baik. Misalnya, jika anak meminta dengan sopan untuk bermain selama lima menit lagi, pertimbangkan untuk memberikan waktu ekstra. Hal ini dapat memotivasi anak untuk melakukan perilaku yang sama di masa depan.

3. Time-in

3. Time-in
Freepik/Wirestock

Time-out seringkali dipilih mwnjadi waktu reflektif bagi anak agar bisa menginstrospeksi kesalahannya. Walaupun ini bisa menjadi konsekuensi yang efektif pada anak-anak, tetapi ini juga bisa jadi sulit untuk dilakukan dengan benar.

Sebuah penelitian dalam jurnal Behavior and Mental Health di tahun 2016 yang menggunakan teknik survey, menunjukkan bahwa 85 persen orangtua yang mencoba menggunakan teknik pendisiplinan time-out ini terbukti menjadi bumerang.

Kegagalan ini terjadi karena orangtua mengajak anak berbicara atau membiarkan mereka bermain dengan mainan selama time-out. Padahal agar time-out efektif, orangtua harus membiarkan anak sendiri tanpa interaksi dan membuatnya jadi bosan.

Jika Mama juga merasa sulit untuk tidak berinteraksi dengan anak saat ia melakukan kesalahan, cobalah time-in. Kebalikan dari time-out, time-in lebih menekankan pada interaksi. Misalnya setelah anak berperilaku buruk, duduklah bersamanya dan membaca buku bersama.

Ketika anak sudah tenang, diskusikan pilihan yang lebih baik untuk waktu berikutnya, dan dorong anak untuk mengetahui kesalahannya dan meminta maaf atas perilakunya.

Time-in sangat membantu anak untuk menumbuhkan perilaku yang baik, tetapi konsekuensi bisa lebih efektif ketika dilakukan bersamaan dengan time-out yang dilaksanakan dengan baik.

4. Gunakan pengingat satu kata

4. Gunakan pengingat satu kata
Freepik/karlyukav

Alih-alih membuat penjelasan yang rumit untuk balita, cobalah mengucapkan satu kata yang berdampak untuk menyampaikan pesan. Misalnya, alih-alih menyuruh anak untuk menyikat gigi, katakan saja "gigi".

Jangan ingatkan anak atau menjelaskan panjang lebar mengapa ia harus menggunakan sopan santun saat meminta sesuatu, namun mintalah anak dengan kata sederhana seperti "tolong."

Anak yang usianya lebih kecil, mampu merespon paling baik terhadap instruksi langsung dan sederhana pada saat itu. Jika anak tidak segera mematuhinya, ia akan tergoda untuk mengulanginya sendiri di waktu lain. 

Namun ingat juga untuk menjelaskan mengapa Mama melakukan hal tersebut, dan apa manfaatnya untuk anak. Mama juga bisa membuat latihan dengan cara bermain peran, dan menunjukkan apa saja kata kunci dari perilaku yang harus anak buat.

5. Pengabaian selektif

5. Pengabaian selektif
Freepik

Ketika itu masalah kecil, menutup mata terhadap perilaku buruk anak dapat bekerja dengan baik. Dengan pengabaian selektif, Mama tidak akan menanggapi perilaku si Kecil yang mencari perhatian.

Seperti ketika balita dengan sengaja menumpahkan susu ke lantai atau berulang kali memotong pembicaraan Mama dengan orang dewasa lain.

Ketika anak gagal mendapatkan reaksi, baik itu positif atau negatif, ia cenderung tidak akan bertindak seperti itu lagi. Namun tentu saja, orangtua harus menggunakan pengabaian selektif dengan bijaksana.

Misalnya, Mama tetap harus segera menghentikan tindakan berbahaya, merusak, atau menyakiti, dan mempertimbangkan konsekuensi seperti time-out jika perilaku tersebut berlanjut.

Pengabaian selektif ini bertujuan untuk mencegah naiknya emosi orangtua yang berisiko mengirimkan pesan kepada anak bahwa ia "buruk." Ingatlah bahwa prinsip utama disiplin positif adalah tidak ada anak yang nakal, yang ada hanyalah perilaku buruk.

Itulah beberapa cara mendisiplinkan anak dengan cara yang positif. Perlu diingat bahwa masing-masing anak memiliki cara mendisiplinkan yang berbeda, sehingga Mama perlu mencari cara apa yang cocok untuk anak.

Untuk mendisiplinkan anak dengan cara yang positif, ganti hukuman yang menakut-nakuti, mempermalukan, atau meremehkannya, dengan strategi yang mendorong perilaku yang lebih baik, seperti memberi petunjuk, memuji, dan menghabiskan waktu berkualitas bersama.

Baca juga:

The Latest