7 Cara Mengatasi Anak yang Suka Melawan dan Memukul

Konsekuensi yang konsisten adalah kunci untuk mendisiplinkan anak yang suka melawan

30 Juni 2022

7 Cara Mengatasi Anak Suka Melawan Memukul
Freepik/drobotdean

Tidak ada orangtua yang suka dipukul oleh anaknya. Ini dapat menyebabkan rasa sakit, baik secara fisik maupun mental. 

Anak-anak sering melawan terutama saat mereka didisiplinkan. Dan jika mereka bertindak kasar, seperti memukul atau menggigit, itu bisa membuatnya lebih sulit. Bahkan ini bisa menyebabkan Mama tidak ingin mendisiplinkan si Kecil karena takut akan tindakan perlawanan.

Mendisiplinkan anak tidak pernah mudah, dan itu bukan sesuatu yang bahkan orangtua ingin lakukan. Namun, itu perlu. Anak-anak belajar dan tumbuh, dan bagian dari pembelajaran ini adalah perilaku apa yang dapat diterima.

Jika Mama mengalami kesulitan serupa di rumah, berikut Popmama.com telah merangkum cara mengatasi anak yang suka melawan dan memukul. Simak caranya di bawah ini ya!

1. Tak boleh menoleransi kekerasan

1. Tak boleh menoleransi kekerasan
Freepik/Bearfotos

Dilansir dari Empowering Parents, anak-anak menggunakan kekerasan terhadap orangtua mereka untuk mendapatkan beberapa kekuatan, dan kekuatan ini perlu diambil.

Cara terbaik untuk menghilangkan kekuatan ini adalah dengan memperjelas bahwa kekerasan tidak akan ditoleransi di mana pun dan kapan pun. Tidak akan ada pengecualian atau kelonggaran.

Sehingga, jangan ragu untuk langsung mengatakan "Tidak" bila anak menunjukkan kekerasan, baik jika anak melakukan tindakan perlawanan dan kekerasan pada orangtua, saudara, teman, atau guru.

Bukan rahasia umum apabila anak-anak sering merasa di luar kendali, karena mereka sering diberi tahu apa yang harus dilakukan dan tak boleh dilakukan. Sehingga menjadi kasar adalah cara bagi mereka untuk mendapatkan kembali kendali itu.

Terkadang, memahami mengapa seorang anak bertindak seperti ini dapat membantu orangtua menemukan cara untuk membantu.

2. Konsekuensi akan bekerja jika dilakukan dengan konsisten

2. Konsekuensi akan bekerja jika dilakukan konsisten
Freepik/Racool-studio

Salah satu cara mengajarkan balita bahwa kekerasan tidak akan ditoleransi adalah memberikannya batasan pada konsekuensi, dan konsisten dengannya, terlepas dari betapa sulitnya itu.

Jika anak melakukan kekerasan, aturan pertama adalah selalu memastikan Mama aman. Ini mungkin berarti mengunci diri di kamar sampai anak lebih tenang, atau meninggalkan rumah. Ini juga dapat membantu Mama untuk tenang sebelum mengatasi situasi.

Pastikan konsekuensi untuk anak juga alami dan logis. Kehilangan hak istimewa mungkin menjadi cara terbaik yang bisa Mama lakukan.

Misalnya mengurangi waktu layar, atau Mama tidak akan memberikannya box mainan selama ia masih melempar mainannya saat marah.

Ingatlah bahwa bagian yang penting adalah konsisten. Dengan bersikap tegas dan memberikan konsekuensi yang logis, si Kecil akan belajar bahwa kekerasan adalah hal yang buruk dan tak boleh dilakukan.

Editors' Pick

3. Pentingnya memiliki komunikasi yang terbuka

3. Penting memiliki komunikasi terbuka
Freepik/Racool-studio

Jika seorang anak bertingkah agresif, komunikasi menjadi penting. Jelas ada sesuatu yang sulit diungkapkan balita, jika ia menggunakan kekerasan.

Jika Mama dapat mengetahui apa yang memicu anak melakukan kekerasan, Mama dapat mengajarkannya tentang bagaimana cara yang lebih tepat untuk mengekspresikan diri.

Dilansir dari Zero To Three, bagian dari mengasuh anak adalah menjadi pembimbing, dan inilah yang Mama perlu lakukan ketika berbicara dengannya.

Karena mendisiplinkan anak juga tidak selalu harus membentak (atau memukul). Ini bisa berupa komunikasi dan konsekuensi.

Tidak apa-apa juga jika itu tidak segera membaik dalam satu atau dua kali konsekuensi, dan juga tidak apa-apa membiarkan semua orang tenang sebelum berkumpul dan berbicara.

Tak ada salahnya jika Mama juga ingin mencari bantuan profesional, terlebih lagi bila Mama merasa bahwa semakin sulit untuk menjaga diri dan anak tetap aman.

4. Berikan anak pilihan

4. Berikan anak pilihan
Freepik/shangarey

Meskipun mungkin jelas bahwa seorang anak tidak dapat memukul orangtuanya, mungkin konsep ini masih tidak jelas bagi anak yang masih kecil.  Dilansir dari AHA Parenting, inilah pentingnya bagi orangtua untuk memberikan anak pilihan.

Terkadang, agresi dan kemarahan dapat menjadi bagian dari kepribadian dari diri seseorang, dan itu tidak berarti bahwa ia "jahat" atau "buruk". Ini berarti bahwa kita harus lebih belajar tentang diri sendiri dan bagaimana cara untuk menanganinya dengan lebih baik.

Jika si Kecil kerap kali memiliki perasaan besar yang harus dikeluarkan, mungkin olahraga seperti tinju ke samsak akan menjadi kegiatan yang bagus, atau bahkan berteriak ke bantal. Ini bisa menjadi media pengalihan yang dapat membantu si Kecil tenang.

Namun tentu saja masih ada kebijakan tanpa toleransi dalam hal kekerasan. Misalnya anak memukul atau berteriak kepada orangtua, atau anggota keluarga mana pun. Dan jika anak masih melakukannya, ia  harus menghadapi konsekuensi dari tindakannya tersebut.

5. Hindari situasi yang cenderung menjadi pemicu stres

5. Hindari situasi cenderung menjadi pemicu stres
Freepik

Saat ini Mama mungkin telah menyadari hal-hal atau situasi yang dapat menyebabkan balita bertingkah, melawan, dan melakukan kekerasan. Sehingga, cobalah untuk menghindari pemicu ini sebanyak mungkin.

Jangan menjadwalkan aktivitas di sekitar waktu tidur siang, atau menunda waktu makan. Buat kunjungan singkat, dan rencanakan ke depan sehingga tidak terburu-buru. Simpan camilan di tangan untuk menghindari amukan lapar yang ditakuti.

Tak hanya dari rutinitas sehari-hari, cara orangtua dalam menyikapi anak juga bisa menjadi faktor anak melawan. Misalnya, hindari langsung menggunakan nada tinggi saat si Kecil melakukan kesalahan, dan terutama hindari memukul dengan alasan untuk mendisiplinkan anak.

Karena tak menutup kemungkinan tindakan anak yang agresif sejak kecil, disebabkan oleh contoh perilaku yang dilakukan oleh orang-orang terdekatnya.

6. Latihan Timeout

6. Latihan Timeout
Freepik/Pvproduction

Timeout atau waktu untuk merefleksikan diri dapat menjadi alat pendisiplinan yang efektif, bahkan dalam hal mendisiplinkan anak.

Konsekuensi yang satu ini, meminta anak untuk berdiam diri di kamar dalam jangka waktu tertentu. Meski terlihat sepele,  mereka efektif dalam mengarahkan anak, mengeluarkannya dari situasi tersebut, dan memberikannya sedikit waktu untuk menenangkan diri.

Timeout balita dapat dilakukan satu menit untuk setiap tahun usia. Misalnya si Kecil berusia lima tahun, maka Mama bisa memberikannya waktu merefleksikan diri selama lima menit.

Pastikan anak melakukan konsekunsi timeout di lokasi yang tenang. Karena tujuabbta adalah untuk menjauhkan anak dari situasi tersebut, dan mengalihkan perhatian Mama dari anak sejenak.

7. Memuji perilaku positif si Kecil

7. Memuji perilaku positif si Kecil
Freepik

Berurusan dengan perilaku balita yang agresif adalah salah satu hal yang paling sulit, dan sebenarnya bisa sangat melelahkan.

Namun, meskipun si Kecil mungkin berperilaku seperti anak nakal selama 90 persen dari waktu, masih ada saat-saat di mana sifat positif anak akan muncul. Dalam kasus yang mungkin jarang terjadi, pastikan Mama memuji anak dan menghargai perilaku baiknya saat itu terjadi.

Misalnya, jika anak mengatakan "tolong" alih-alih memukul dan berteriak untuk diambilkan makanan, beri tahu anak bahwa Mama sangat menghargainya. Yup, pujian adalah hal yang luar biasa dan sesuatu yang pada akhirnya akan dicari oleh anak-anak.

Nah itulah 7 cara mengatasi anak yang suka melawan dan memukul. Perilaku anak yang cenderung agresif ini biasanya hanya sebuah fase, dan pasti akan membaik setelah ia tumbuh dewasa.

Namun, jika Mama benar-benar khawatir dengan sifat agresif anak, ada baiknya untuk selalu memeriksakannya ke dokter atau profesional untuk mengetahui apakah ada masalah dibalik perilakunya tersebut.

Baca juga:

The Latest