7 Fobia Unik yang Umum Dimiliki oleh Anak Balita

Fobia ini seringkali tak disadari dan diabaikan orangtua lho!

29 Oktober 2021

7 Fobia Unik Umum Dimiliki oleh Anak Balita
Freepik/Goodphoto

Bagi anak balita yang baru mengenal dunia di sekitarnya, sangat normal jika mereka memiliki rasa takut. Namun bagaimana jika rasa takut ini berkembang menjadi fobia? 

Seringkali fobia dikaitkan dengan ketakutan, padahal fobia berbeda dari ketakutan. Fobia melibatkan pengalaman ketakutan terus-menerus yang berlebihan dan tidak masuk akal. Untuk didefinisikan sebagai fobia, ketakutan juga harus menyebabkan beberapa tingkat gangguan.

Seringkali fobia tumbuh dari rasa ketidaksukaan, dan berkembang menjadi sesuatu yang berdampak signifikan pada kehidupan. Balita pada umumnya memiliki fobia laba-laba, monster, dan kegelapan. Namun, ada banyak anak lain di luar sana yang memiliki lebih banyak fobia unik.

Apa saja fobia unik yang umum terjadi pada anak balita dan berkembang higga dewasa?

Berikut Popmama.com telah merangkum beberapa fobia unik yang umum fimiliki oleh anak balita. Simak informasinya di bawah ini ya!

1. Monofobia, takut akan perpisahan

1. Monofobia, takut akan perpisahan
Freepik

Bukan hal yang aneh bagi seorang balita untuk mengalami periode kecemasan perpisahan, dan tahap ini dapat dimulai antara enam hingga tujuh bulan, sampai uisa tiga tahun.

Sebenarnya ini adalah tanda yang sehat bahwa si Kecil telah membentuk ikatan emosional dengan orangtua atau pengasuhnya.

Ini juga menunjukkan perkembangan sosial dan emosional anak telah berkembang, ke tahap di mana anak mengerti bahwa ia membutuhkan orang tertentu untuk merasa aman dan orang itu terkadang bisa pergi.

Ketika seorang anak menjadi takut ditinggalkan sendirian, ini disebut sebagai monofobia. Beberapa sangat terpengaruh sehingga anak mungkin merasa pusing, nyeri dada dan bahkan ketidakmampuan untuk membedakan antara kenyataan dan imajinasi.

2. Kinemortofobia, takut dengan zombie

2. Kinemortofobia, takut zombie
Freepik

Mama dapat berargumen bahwa ketakutan apa pun terhadap zombie dapat dianggap tidak rasional. Walaupun zombi adalah makhluk fiksi, ini dapat diklasifikasikan sebagai fobia jika memiliki efek buruk pada kehidupan seorang anak.

Ketika anak-anak yang lebih tua atau orang dewasa mungkin secara tidak sengaja menunjukkan anak balita adegan menyeramkan dari film zombie, ini tidak secara otomatis membuat si Kecil menjadi Kinmortophobia.

Namun, jika anak mengalami trauma dan mulai menolak untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial saat melihat gambar atau terbayang-bayang dengan zombie, maka itu mungkin telah berkembang menjadi masalah besar.

Editors' Pick

3. Disposophobia, takut menyingkirkan atau kehilangan barang-barang

3. Disposophobia, takut menyingkirkan atau kehilangan barang-barang
Freepik/Gpointstudio

Seringkali fobia ini terlihat pada orang dewasa, disposophobia adalah rasa takut untuk menyingkirkan atau kehilangan barang-barang. Orang dewasa yang memiliki fobia ini seringkali menimbun barang di suatu tempat, karena tidak mau kehilangan barang-barang tersebut.

Anak kecil yang menderita fobia ini umumnya 'diwariskan' oleh orangtuanya. Dibesarkan di lingkungan yang mengembangkan rasa takut sebagai respons alami saat ingin membuang sesuatu, atau kehilangan barang.

Namun disposophobia juga bisa ditemukan pada balita yang orangtuanya tidak mengembangkan fobia ini. Karena sama seperti fobia lainnya, fobia ini bisa muncul secara spontan, entah dari mana.

4. Akrofobia, ketakutan akan ketinggian

4. Akrofobia, ketakutan akan ketinggian
Pixabay/silverstylus

Ketakutan akan ketinggian seringkali disamakan dengan vertigo, namun kedua hal ini berbeda.

Akrofobia adalah kondisi di mana seorang anak takut berada di tempat yang tinggi, atau ketika berada di tempat yang tidak terlalu tinggi, tetapi dekat dengan tepi sehingga mudah jatuh. Sedangkan vertigo adalah sensasi berputar saat Anda tidak bergerak.

Eksperimen telah menunjukkan bahkan anak-anak terkecil, dan banyak mamalia lain memiliki rasa takut akan ketinggian, dan itu dianggap sebagai respons berevolusi untuk menyelamatkan diri dari bahaya.

Ketakutan ini juga berkaitan dengan bagaimana otak anak bekerja dalam memproses informasi.

5. Mysophobia, takut akan kotor dan kuman

5. Mysophobia, takut akan kotor kuman
Freepik/karlyukav

Mengajarkan seorang anak untuk mencuci tangan sebelum makan dan setelah menggunakan toilet adalah hal penting.

Namun jika balita dibesarkan di rumah di mana noda sekecil apa pun harus segera dibersihkan dan Mama menunjukkan kecemasan sebagai cara mencegah tidak ada yang sakit karena kontak dengan kuman, ini dapat diturunkan pada anak sebagai fobia yang takut kotor dan kuman atau Mysophobia.

Akibatnya, anak dapat mengembangkan kondisi kulit kering sebagai respons terhadap cuci tangan yang berlebihan atau penggunaan pembersih tangan yang berlebihan, serta menghindari pergi ke mana pun yang ia pikir "kotor".

6. Simetrofobia, takut terhadap simetri

6. Simetrofobia, takut terhadap simetri
Unsplash/Jess Bailey

Beberapa balita ada yang memiliki simetrofobia, ketakutan yang tidak wajar dan irasional terhadap simetri. Symmetrophobia bisa disebabkan ketika seorang anak dipaksa untuk melakukan sesuatu yang terstruktur dan simetris, sehingga mengganggu pikirannya yang biasanya asimetris.

Di sisi lain, ada asymmetriphobia, ketakutan akan barang yang tidak rata atau tidak cocok. Seorang anak yang menderita asimetrifobia tidak dapat pergi ke luar karena takut jika harus melihat seseorang dengan kaus kaki yang aneh.

Ia bahkan mungkin tidak akan membuka pintu rumahnya, jika si tamu memakai sesuatu yang tidak cocok.

7. Trypophobia, takut akan rongga

7. Trypophobia, takut akan rongga
Pixabay/ulleo

Trypophobia adalah sebuah kondisi di mana seorang anak benar-benar merasa sakit secara fisik saat melihat sesuatu dengan lubang kecil atau pori-pori besar. Ini dapat menyebabkan rasa gemetar, mual, dan hiperventilasi begitu kuat sehingga harus melarikan diri.

Ini mungkin tidak terdengar seperti masalah besar, tetapi anak dengan trypophobia dapat merasa takut oleh barang-barang yang paling acak, seperti spons mandi, stroberi, sereal atau pasta berbentuk sarang lebah, atau saluran pembuangan di kamar mandi.

Fakta bahwa ini bukan barang tertentu, melainkan sekelompok lubang, atau kadang-kadang benjolan, yang memicu fobia, membuat fobia ini lebih sulit untuk dihindari balita daripada fobia kebanyakan.

Nah itulah beberapa fobia unik yang umum dimiliki oleh anak balita. Bantu anak mengatasi fobianya dengan keterampilan koping, seperti mengambil napas, meditasi, dan pengalihan perhatian. Ini juga bisa mencegah anak mengalami gangguan fobia yang parah di kemudian hari.

Apakah anak mama memiliki salah satu fobia di atas?

Baca juga:

The Latest