Jangan Dipaksa! Ini Alasan Mengapa Tak Boleh Paksa Anak Minta Maaf

Memaksanya meminta maaf, membuat si Kecil jadi tak tahu cara meminta maaf dengan tulus

10 April 2024

Jangan Dipaksa Ini Alasan Mengapa Tak Boleh Paksa Anak Minta Maaf
Freepik/Artfolio

Sama seperti orang dewasa, anak-anak membuat kesalahan dan berperilaku dengan cara yang terkadang tidak disetujui orang-orang di sekitarnya.

Tak dapat dimungkiri bila balita melakukan tindakan yang kurang pantas, seperti untuk memukul seseorang di playground, merebut mainan dari anak lain, mengajukan pertanyaan yang tidak sopan kepada orang asing, atau membanting sesuatu dengan marah ke lantai.

Ketika anak berperilaku buruk, Mama mungkin merasa anak harus minta maaf. Si Kecil mungkin akan meminta maaf tanpa perlawanan. Tapi apakah ia bersungguh-sungguh? Atau apakah ia meminta maaf karena Mama memintanya?

Inilah alasan sebenarnya mengapa orangtua tak boleh memaksa anak untuk meminta maaf. Apa alasannya?

Yuk simak informasinya yang telah Popmama.com rangkum di bawah ini!

1. Permintaan maaf yang dilakukan dengan enggan, tak membantu anak memahami situasi dan perilakunya

1. Permintaan maaf dilakukan enggan, tak membantu anak memahami situasi perilakunya
Freepik/Racool_studio

Dilansir dari Purewow, kata "maaf" sepintas, terutama ketika diucapkan dengan enggan, tidak membantu seorang anak memahami situasi atau perilakunya. Apalagi mengarah pada hasil yang diinginkan, yaitu mengembangkan kasih sayang dan empati.

Lebih buruknya lagi, jika si Kecil mengetahui bahwa permintaan maaf bisa dilakukan dengan keengganan atau kurang ketulusan, maka itulah tepatnya bagaimana anak akan menerapkannya lagi di masa depan.

Seorang psikolog yang berspesialisasi dalam perkembangan anak, Dr. Siggie Cohen, mengatakan ketika orangtua yang memaksa anak untuk meminta maaf, sebenarnya ingin agar anak merasakan penyesalan yang nyata.

Namun, balita tidak memahami emosi yang membingungkan (dan cukup rumit) ini jika Mama tak menjelaskannya dan hanya membuat si Kecil mengulangi kata-kata.

2. Balita belum bisa memahami apakah ia menyakiti perasaan orang lain

2. Balita belum bisa memahami apakah ia menyakiti perasaan orang lain
Freepik/Racool-studio

Dilansir dari Parents, balita yang berusia dua tahun masih belum bisa memahami apakah ia menyakiti perasaan orang lain.

Meskipun Mama mungkin memaksanya untuk meminta maaf, ia belum memahami arti kata-kata yang dipaksakan dan mengapa ia harus mengatakannya. Sulit bagi seorang balita yang masih muda untuk mengembangkan empati.

Dilansir dari Family Education menambahkan, hal ini karena anak yang berusia dua tahun belum mengembangkan hati nurani yang terprogram dan terinternalisasi. Ia tidak cukup besar secara intelektual untuk bernalar (yang biasanya dimulai ketika dia berusia 2,5 tahun).

Jadi, membuatn balita meminta maaf sebenarnya tidak memiliki efek jangka panjang. Strategi hukuman ini hanya mengajari anak apa yang perlu dia katakan untuk kembali ke apa pun yang dia lakukan.

Editors' Pick

Cara untuk Mengajarkan Anak untuk Meminta Maaf dengan Tulus

Kabar baiknya adalah Mama dapat mengajari si Kecil cara meminta maaf dan bersungguh-sungguh. Berikut adalah beberapa cara mengajarkan anak meminta maaf dengan tulus, daripada memaksanya untuk meminta maaf:

1. Menjauhkan anak dari situasi

1. Menjauhkan anak dari situasi
Freepik

Pada usia ini, ketahuilah bahwa keterampilan sosial atau bahasa balita belum berkembang sepenuhnya.

Karena belum memiliki keterampilan interpersonal dan kemampuan verbal, anak cenderung menggunakan pukulan atau perilaku agresif lainnya untuk mengekspresikan kemarahan, frustrasi, dll.

Sehingga, menjauhkan anak dari situasi tersebut dan mengalihkan perhatiannya ke tempat lain, bekerja dengan sangat baik untuk kelompok usia ini. Juga, dengan tegas katakan padanya bahwa memukul dan menggigit itu menyakitkan, dan itu tidak diperbolehkan.

Kemudian, biarkan si Kecil menghubungkan konsekuensi ini dengan pelanggaran ringannya. Seiring waktu, ia akan mengubah perilakunya.

Melakukannya lebih baik daripada memaksakan permintaan maaf, omelan, ceramah, dan waktu menyendiri. Sebaliknya, Mama dapat mewakilkan anak untuk meminta maaf pada orang yang anak sakiti.

2. Perhatikan situasinya

2. Perhatikan situasinya
Freepik
Ilustrasi anak menangis di tempat umum

Daripada memaksanya untuk meminta maaf, perhatikan situasinya dan jelaskan apa adanya. Misalnya, jika anak telah mengambil semua mainan yang tersedia dan tidak mau berbagi, jangan ambil mainan itu.

Melainkan Mama dapat meningkatkan levelnya dan jelaskan apa yang terjadi seperti, "Kamu telah mengambil mainan temanmu, dan sekarang dia tidak memilikinya. Dia juga ingin bermain dengan mainan itu. Bisakah kamu membaginya dengan dia?"

Anak masih menganggap dirinya sebagai korban pada usia ini, bahkan ketika ia menyakiti anak lain. Sehingga mengoreksi dengan lembut sambil menunjukkan kehangatan, cenderung akan membuat anak berempati.

3. Bicarakan tentang perasaan

3. Bicarakan tentang perasaan
Freepik/Senivpetro

Dilansir dari Today's Parent, penting untuk membantu anak menyadari apa yang ia rasakan dan bagaimana emosi itu menyebabkan perilaku bermasalah.

Mama dapat menanyakan hal seperti, "Bagaimana perasaanmu ketika mengambil mainan temanmu?" Mungkin ia menginginkan semua mainan itu untuk dirinya sendiri, karena merasa iri dengan mainan temannya.

Apa pun motifnya, tekankan tindakan yang menjadi masalahnya, bukan emosinya. Semua emosi baik-baik saja, yang penting adalah bagaimana kita menghadapinya.

Begitu si Kecil menyadari emosi dan perilakunya, Mama perlu bicarakan perasaan orang lain. Lakukan ini dengan menanyakan situasi serupa terjadi pada anak. Misalnya, bagaimana jika ada teman yang mengambil sesuatu darinya tanpa meminta dan tidak mengembalikannya.

Ketika anak menjelaskan bagaimana perasaannya, beri tahu ia bahwa temannya merasakan hal yang sama ketika anak mengambil mainan mereka.

4. Jadilah teladan yang baik

4. Jadilah teladan baik
Freepik

Cara paling efektif bagi anak untuk belajar meminta maaf adalah dengan memerhatikan orangtuanya. Balita terus-menerus meniru orang-orang terdekatnya.

Jadi, jika Mama menunjukkan seperti apa meminta maaf yang tulus dan sungguh-sungguh pada siapa pun, termasuk anak, Mama dapat memperkuat kebiasaan anak untuk menyadari kesalahan dan memahami cara permintaan maaf yang tulus.

Kini Mama telah memahami alasan mengapa orangtua tak boleh paksa anak minta maaf. Dengan menerapkan cara ini, si Kecil jadi memahami keseluruhan konsep, yaitu, mengapa ia perlu meminta maaf daripada hanya mengulangi kata 'maaf' karena Mama memintanya.

Dengan kata lain, anak akan belajar meminta maaf dengan mengakui bahwa ia telah melakukan kesalahan.

Baca juga:

The Latest