7 Teknik Mendisiplinkan Anak dengan Memberi Batasan

Konsekuensi dibutuhkan ketika si Kecil melanggar batasan yang dibuat

4 Oktober 2021

7 Teknik Mendisiplinkan Anak Memberi Batasan
Freepik

Mendisiplinkan seringkali menjadi bagian dari bimbingan orangtua untuk anak agar mengembangkan perilaku yang positif. Namun, tahukah Mama bahwa mendisiplinkan anak tak hanya ada satu lho! Melainkan ada lima jenis.

Salah satunya adalah Boundary Based Discipline, atau mendisiplinkan anak berdasarkan batasan. Teori di balik disiplin berdasarkan batas itu sederhana, yaitu anak-anak boleh berperilaku sesuai batasannya.

Seperti apa mendisiplinkan anak berdasarkan batasan? Dan bagaimana cara menerapkannya? Yuk simak informasinya yang telah Popmama.com rangkum di bawah ini!

Apa Itu Disiplin Berdasarkan Batasan?

Apa Itu Disiplin Berdasarkan Batasan
Freepik

Disiplin berbasis batasan adalah salah satu dari lima jenis utama strategi disiplin. Disiplin ini melibatkan penetapan batasan yang jelas yang menunjukkan kepada anak-anak apa yang boleh mereka lakukan dan apa yang di luar batas.

Kemudian, anak-anak juga diberi tahu apa konsekuensi ketika mereka melanggar batas, hal ini menyebabkan mereka akan lebih patuh.

Dilansir dari Very Well Family, ketika menerapkan disiplin berdasarkan batasan ini, anak-anak akan sering menguji batas tersebut untuk melihat bagaimana orangtua atau pengasuh akan bereaksi.

Misalnya seorang balita berusia empat tahun yang tahu bahwa ia tidak diperbolehkan berdiri di atas sofa, mencoba berlutut di lengan sofa untuk melihat apakah orangtuanya merespons.

Atau seorang anak berusia lima tahun berkata, “Tidak!” saat disuruh gosok gigi dengan harapan bisa terus nonton televisi lebih lama.

Tetapi, ketika mengetahui batasan dan konsekuensinya, mereka cenderung tidak menguji orangtua atau pengasuhnya. Dan akibatnya, masalah perilaku berkurang.

Mendisiplinkan anak dengan memberi batasan menggunakan berbagai teknik disiplin untuk mengatasi pelanggaran aturan. Berikut adalah beberapa strategi disiplin berdasarkan batas yang umum diterapkan:

1. Menetapkan aturan di rumah yang jelas

1. Menetapkan aturan rumah jelas
Freepik/fwstudio

Untuk menerapkan disiplin berdasarkan batasan, penting bagi orangtua untuk menetapkan aturan rumah dan tulis aturan tersebut pada beberapa kertas. Kemudian tempelkan aturan tersebut di beberapa sudut rumah yang sering si Kecil lewati, seperti di kamar, di pintu kulkas, di area bermain, dan lain-lain.

Namun ketika Mama memiliki aturan tambahan yang tidak ada dalam daftar, buat aturan dan harapan tersebut itu dengan jelas. Misalnya dengan mengatakan, "Kamu dapat menggunakan ponsel hanya selama 30 menit di malam ini," atau "Kamu harus membersihkan mainan di kamar sebelum pergi ke taman."

2. Beri anak pengingat saat di awal menerapkan aturan

2. Beri anak pengingat saat awal menerapkan aturan
Freepik

Setelah menetapkan aturan, cobalah untuk memberikan peringatan. Lakukan ini setiap kali Mama mengeluarkan aturan baru, minimal lima menit untuk perubahan.

Katakan, "Lima menit lagi akan tiba saatnya untuk merapikan mainanmu, sehingga kamu dapat membantu mengatur meja untuk makan malam."

Namun ketika si Kecil menguji batas dengan mengatakan "Tidak mau!", berikan peringatan dengan kalimat "Jika...maka". Seperti, "Jika kamu tidak merapikan mainannya, maka kamu tidak akan bisa bermain dengan mainanmu hingga besok malam."

Editors' Pick

3. Buat pilihan yang jelas

3. Buat pilihan jelas
Freepik/Etonastenka

Buat garis besar pilihan dengan jelas, sehingga balita dapat mengerti sebab-akibat dari perilakunya yang bisa menimbulkan konsekuensi, baik itu positif atau negatif.

Misalnya, Mama dapat mengatakan, "Kamu dapat meninggalkan ponsel itu sekarang dan merapikan mainanmu di kamar atau kamu dapat terus mencoba bermain game dan tidak boleh menggunakannya lagi sampai besok."

Jelaskan bahwa Mama tidak memaksa anak untuk melakukan sesuatu, tetapi sebaliknya itu adalah tanggung jawabnya untuk membuat pilihan.

4. Memberikan konsekuensi logis yang masuk akal

4. Memberikan konsekuensi logis masuk akal
Freepik/Gpointstudio

Mama juga dapat menggunakan konsekuensi logis untuk menerapkan disiplin berdasarkan batasan ini. Konsekuensi logis adalah hasil yang dihasilkan dari tindakan anak terhadap orang lain, properti, atau aturan yang dilanggar.

Menindaklanjuti konsekuensi logis berarti orangtua mampu membimbing anak untuk bertanggung jawab atas segala kerugian yang disebabkan atau kerusakan yang terjadi.

Misalnya seperti mengambil hak televisi anak karena ia menolak mematikannya dan pergi tidur, penting untuk memastikan konsekuensi yang diberikan masuk akal dan terkait langsung dengan perilaku buruknya.

5. Membiarkan konsekuensi alami bekerja

5. Membiarkan konsekuensi alami bekerja
Freepik/freepik

Sama seperti konsekuensi logis, konsekuensi alami membantu anak-anak belajar dari kesalahan mereka sendiri sambil mengajari mereka tanggung jawab.

Namun berbeda dengan konsekuensi logis yang ditetapkan oleh orangtua, konsekuensi alami adalah hal-hal yang terjadi sebagai respons terhadap perilaku anak tanpa keterlibatan orangtua. Konsekuensi ini terjadi oleh faktor alam, masyarakat, atau orang lain.

Misalnya, jika anak mengemas sepatunya untuk latihan sepak bola, konsekuensi alaminya adalah ia tidak diizinkan untuk berpartisipasi dalam permainan.

6. Menjaga agar disiplin tetap konsisten

6. Menjaga agar disiplin tetap konsisten
Freepik/Wavebreakmedia

Konsistensi adalah komponen kunci dari disiplin berdasarkan batasan. Membiarkan anak melanggar aturan atau menyerah setelah menyatakan aturan dapat memperburuk masalah perilaku.

Ketika Mama menindaklanjuti dengan konsekuensi untuk setiap pelanggaran aturan, maka balita akan mulai percaya bahwa Mama adalah pemimpin yang baik, dan ia akan merasa aman dalam pengasuhan Mama.

Inilah yang menjadi faktor penting jika orangtua ingin memiliki seorang anak yang mampu mengelola perilakunya dengan baik.

7. Memberikan time-out atau waktu tenang

7. Memberikan time-out atau waktu tenang
Freepik/Pvproduction

Ketika balita terlalu bersemangat atau menunjukkan perilaku yang menantang, mintalah anak untuk melakukan time-out. Ini mungkin lebih sering disebut sebagai, "waktu tenang" atau "beristirahat" tetapi dapat digunakan sebagai cara untuk membantu anak-anak belajar bagaimana menenangkan diri.

Namun perlu diingat bahwa tak sedikit anak pada awalnya membutuhkan dukungan orangtua untuk tetap tenang. Anak mungkin akan membutuhkan dukungan ini melalui ketenangan Mama sebagai orangtua dan pengasuhnya.

Jadi, alih-alih mengomel atau meneriaki anak karena perilaku buruknya, cobalah untuk bertukar pikiran atau menawarkan berbagai solusi agar anak mamu menyelesaikan sendiri.

Nah itulah cara mendisiplinkan anak dengan memberi batasan. Penting bagi orangtua untuk mengenali berbagai jenis-jenis mendisiplinkan anak, agar menemukan strategi yang tepat sesuai dengan karakteristik anak. Tertarik untuk menggunakan disiplin berdasarkan batasan ini, Ma?

Baca juga:

The Latest