Tumbuh Kembang Anak saat Pandemi Covid-19, Bagaimana Pengaruhnya?

Tak hanya orang dewasa, anak juga rentan mengalami stres yang lebih tinggi saat masa pandemi

19 November 2021

Tumbuh Kembang Anak saat Pandemi Covid-19, Bagaimana Pengaruhnya
Freepik/Karlyukav

Tak dapat dipungkiri bahwa Covid-19 dan respons pandemi memiliki efek yang cukup besar pada seluruh generasi anak-anak, dan pemulihannya bisa memakan waktu bertahun-tahun.

Pandemi yang telah berlangsung sejak awal 2020 ini dapat memiliki dampak jangka pendek atau panjang pada anggota termuda masyarakat. Dengan ditutupnya taman bermain, sekolah, dan penerapan jarak sosial, banyak anak kehilangan kesempatan untuk berkembang.

Dalam aksi pencegahan atau mengatasi masalah perkembangan pada anak selama masa pandemi ini, penting bagi para setiap orangtua untuk mengenali bagaimana pandemi Covid-19 memengaruhi tumbuh kembang anak.

Berikut, Popmama.com telah merangkum informasi seputar pengaruh tumbuh kembang anak selama pandemi Covid-19, di bawah ini!

1. Pandemi menyebabkan anak kurang mendapatkan perhatian dan stimulasi

1. Pandemi menyebabkan anak kurang mendapatkan perhatian stimulasi
Freepik/Kireyonok_Yuliya

Balita membutuhkan stimulasi, kontak sosial, dan pengasuhan yang responsif, dan semua ini akan terpengaruh selama pandemi dengan cara yang kompleks.

Dilansir dari The Conversation, Oxford Brookes University telah melakukan penelitian yang berfokus pada bagaimana pandemi memengaruhi anak-anak dari usia termuda.

Penelitian ini menyoroti bahwa meskipun anak termasuk yang paling rentan di masyarakat dan paling bergantung pada pengasuhan dan stimulasi, kebutuhan mereka hampir selalu menjadi yang terakhir diperhatikan.

Laporan tersebut juga diperkuat dengan adanya penelitian yang menunjukkan peningkatan yang mengkhawatirkan dalam kematian bayi dan cedera serius terkait dengan pelecehan atau penelantaran sejak lockdown pertama.

Kurangnya pelayanan dapat menyebabkan seorang anak berisiko kehilangan peluang perkembangan penting, dan ini potensi bahaya yang mematikan atau serius.

"Dua setengah tahun pertama sangat penting untuk perkembangan anak menjadi dewasa dan tanpa perhatian, banyak anak mungkin akan kesulitan." ujar Sally Hogg, kepala kebijakan di Parent-Infant Foundation.

2. Mengalami penurunan kinerja verbal, motorik, dan kognitif keseluruhan

2. Mengalami penurunan kinerja verbal, motorik, kognitif keseluruhan
Freepik

Perkembangan terjadi pada tingkat yang luar biasa selama tahun pertama seorang anak, ketika ukuran otak menjadi dua kali lipat.

Perkembangan awal ini sangat bergantung pada pengalaman, dan khususnya pengalaman sosial, yang merangsang, menyelaraskan, dan mengasah otak. Lingkungan yang merangsang, bervariasi dan responsif mendukung perkembangan bahasa, kognisi dan kompetensi emosional dan sosial. 

Namun, dilansir dari The Guardian, sebuah penelitian di Amerika Serikat mengatakan, anak-anak yang lahir pada masa pandemi Covid-19 telah secara signifikan mengalami penurunan kinerja verbal, motorik, dan kognitif keseluruhan.

Hal ini terjadi karena dipicu oleh penutupan bisnis, sekolah, dan taman bermain, sehingga kehidupan balita berubah secara signifikan. 

Editors' Pick

3. Kurangnya keterampilan bersosialisasi

3. Kurang keterampilan bersosialisasi
Freepik

Dilansir dari Patient, tak sedikit orangtua dengan bayi dan anak yang sangat kecil khawatir bahwa perkembangan sosial normal anak mereka mungkin terganggu karena kurangnya kontak dengan orang lain.

"Kami tahu bahwa banyak orangtua khawatir bahwa anak mereka tidak akan tahu bagaimana berinteraksi dengan orang lain karena mereka tidak dapat melihat ekspresi wajah orang lain, dan mereka tidak menghadiri taman bermain," kata Alison Morton, Penjabat Direktur Eksekutif, Institute of Health.

Pandemi ini menghambat anak untuk berinteraksi, yang sebenarnya membantu mereka untuk mengelola 'perasaan besar'. Seperti marah, frustrasi, atau menunjukkan kebaikan.

Ini juga memengaruhi bagaimana perkembangan bahasa juga, yang di mana dampak ini mulai dirasakan ketika memasuki masa-masa lockdown

Morton menambahkan bahwa bahasa adalah indikator utama kesejahteraan anak. Dan ini sangat penting karena, anak yang memiliki perkembangan bahasa yang baik, umumnya ia akan lebih baik ketika mereka mulai sekolah, yang juga berhubungan kuat dengan kesehatan mental yang lebih baik ketika mereka lebih tua.

4. Pandemi mengurangi jumlah aktivitas fisik harian yang seharusnya anak miliki

4. Pandemi mengurangi jumlah aktivitas fisik harian seharus anak miliki
Freepik

Selain itu pandemi ini menyebabkan anak-anak memiliki akses terbatas atau tidak ada sama sekali ke pusat bermain, dan mungkin tidak berpartisipasi dalam olahraga yang biasa mereka lakukan. Ini berarti pengurangan jumlah aktivitas fisik harian yang dinikmati anak-anak.

"Pedoman mengatakan anak-anak berusia 1-5 tahun harus memiliki 180 menit aktivitas fisik setiap hari. Ini sangat penting karena membantu keterampilan, gerakan, dan koordinasi mereka," kata Morton.

Kurangnya olahraga dapat memengaruhi tingkat kebugaran dan dapat menyebabkan penambahan berat badan, serta memiliki efek negatif pada kesehatan mental.

5. Berisiko mengalami stres empat kali lebih tinggi

5. Berisiko mengalami stres empat kali lebih tinggi
Freepik/Lev.studio.x

Selain itu, ketika anak-anak menghabiskan waktu di lingkungan rumah bersama orang dewasa yang mengalami stres lebih dari biasanya, ini juga bisa berdampak pada kesejahteraan anak.

Sebuah penelitian dalam jurnal Jornal de Pediatria di tahun 2021, membandingkan gejala stres pascatrauma pada orangtua dan anak-anak yang mengalami lockdown dalam situasi pandemi dengan keluarga dalam rutinitas normal.

Dan hasilnya menunjukkan bahwa, tingkat stres empat kali lebih tinggi pada anak-anak yang mengalami karantina.

6. Dikaitkan dapat mengalami masalah kesehatan kronis, hingga penyalahgunaan zat di masa depan

6. Dikaitkan dapat mengalami masalah kesehatan kronis, hingga penyalahgunaan zat masa depan
Freepik/user18526052

Pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan atau Adverse Childhood Experiences (ACEs) telah dikaitkan dengan masalah kesehatan kronis, penyakit mental dan penyalahgunaan zat di masa dewasa.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), lebih dari 60 persen orang dewasa telah melaporkan bahwa mereka pernah mengalami setidaknya satu jenis ACEs.

Seperti perceraian, kematian dalam keluarga, kekerasan, atau aspek lingkungan apa pun yang merusak. rasa aman, stabilitas, dan ikatan anak. Hampir 1 dari 6 orang dewasa melaporkan mengalami empat atau lebih jenis ACE.

Dilansir dari Childrens Hospitals, menempatkan penekanan yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir untuk mengidentifikasi dan mengurangi ACE, tetapi respons terhadap pandemi mungkin memperkuat beberapa di antaranya.

Isolasi sosial, kehilangan pekerjaan, penutupan sekolah, dan stresor lain yang disebabkan oleh pandemi dapat mengekspos anak-anak ke ACE, terutama yang terkait dengan keluarga mengalami masalah pada pekerjaan, makanan, dan kesehatan.

Itulah beberapa informasi seputar bagaimana pandemi Covid-19 memengaruhi tumbuh kembang anak. Meskipun tantangannya cukup besar, ini menyoroti peluang di mana orangtua dan berbagai pelayanan kesehatan anak dapat membantu memastikan kebutuhan anak-anak terpenuhi.

Itulah penjelasan tumbuh kembang anak saat pandemi yang perlu diperhatikan orangtua.

Dengan mengetahui bagaimana pandemi Covid-19 memengaruhi tumbuh kembang anak, tentu dapat membantu orangtua untuk mencegah atau mengatasi masalah perkembangan jangka pendek dan jangka panjang anak-anak, terutama untuk anak-anak yang sudah rentan sebelum pandemi.

Baca juga:

The Latest