5 Karakter Buruk Anak Akibat Pola Asuh yang Salah, Orangtua Wajib Tahu

Setiap orangtua tentu kita ingin anak tumbuh menjadi pribadi yang baik. Namun, tanpa disadari, cara pengasuhan yang keliru justru bisa membentuk karakter negatif pada anak.
Mulai dari sikap narsistik, ketergantungan berlebihan, hingga perilaku agresif, semuanya bisa berawal dari kebiasaan pola asuh yang tidak tepat, Ma.
Yuk, kenali lima karakter buruk anak yang dipicu oleh kesalahan pengasuhan beserta cara mencegahnya dalam rangkuman yang telah Popmama.com siapkan dari berbagai sumber.
1. Narsistik

Pernah mendengar istilah NPD? Ini adalah singkatan dari Narcissistic Personality Disorder yang merujuk pada seseorang dengan gangguan narsistik.
Nah, jika anak punya karakter narsistik seperti ini, bisa jadi mereka tumbuh karena pola asuh dari orangtua yang terlalu sering memberikan pujian berlebihan dan selalu dibela meski bersalah, Ma.
Menurut studi Journal of Personality and Social Psychology (2020), anak yang terlalu sering dipuji tanpa usaha nyata cenderung memiliki kepercayaan diri palsu dan mudah frustasi saat mereka gagal.
Alih-alih memuji anak tanpa alasan karena ingin memberi kasih sayang melimpah, sebaiknya mulai berikan pujian secara spesifik ya, Ma. Misalnya, "Kakak hebat karena sudah berusaha menyelesaikan PR sendiri," bukan sekadar, "Kamu emang anak paling pintar, deh!"
2. Dependent

Anak yang memiliki karakter mudah bergantung atau dependent, biasanya terbentuk karena pola asuh orangtua yang overprotektif padanya.
Nggak hanya itu, orangtua juga biasanya selalu mengambil alih masalah anak atau tidak memberi kesempatan mereka memutuskan sesuatu. Nah, hal ini justru berisiko anak menjadi sangat bergantung dan tidak bisa memutuskan apapun dalam hidupnya.
Mengutip dalam Developmental Psychology, anak yang jarang diberi tanggung jawab dan dibiarkan terima jadi biasanya akan lebih mudah takut mengambil inisiatif dan selalu butuh persetujuan orang lain.
Kalau sudah begini, sebaiknya Mama dan Papa mulai biarkan anak mencoba hal baru sesuai usianya, seperti memilih baju sendiri atau membereskan mainan.
Meski hasilnya tidak sempurna, biarkan anak mencoba agar belajar bertanggung jawab akan dirinya sendiri.
3. Agresif atau antisosial

Anak mudah tantrum atau sering marah-marah tanpa alasan bisa jadi mereka memiliki karakter agresif, Ma.
Karakter seperti ini biasanya disebabkan karena pola asuh orangtua yang sering menghukum anaknya secara kasar, dibesarkan di lingkungan penuh konflik, atau tidak diajari mengelola emosinya.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pola asuh otoriter dengan hukuman fisik bisa meningkatkan perilaku antisosial pada anak, Ma, sehingga mereka mudah marah, tidak patuh aturan, dan jadi anak yang manipulatif.
Sebagai gantinya, orangtua bisa menerapkan positive discipline dengan memberi konsekuensi logis. Misalnya, "Kalau mainan tidak dibereskan, besok tidak boleh dipakai lagi ya" sambil mengajarkan cara mengekspresikan emosi dengan sehat.
Jadi, alih-alih memarahi anak, coba untuk kelola emosi kita terlebih dahulu agar anak tidak menirunya kelak nanti. Tentu kita tidak ingin anak tumbuh jadi pribadi yang agresif kan, Ma?
4. Anxiety

Anxiety atau cemas mungkin sering disebut sebagai salah satu karakter anak zaman sekarang ya, Ma.
Bukan karena sekadar ikut-ikutan tren, nyatanya karakter ini bisa tumbuh pada diri anak akibat pola asuh yang diberikan overprotektif atau sering menunjukkan kecemasan berlebihan.
Akibatnya, anak pun cenderung meniru sikap tersebut dan membuat mereka jadi takut mencoba hal baru, sering overthinking, atau bahkan mengalami gejala fisik seperti sakit perut karena stres.
Seperti penjelasan dari studi Journal of Anxiety Disorders (2020), anak perlu belajar menghadapi tantangan kecil agar bisa mengembangkan rasa percaya diri. Itulah mengapa orangtua perlu memberikan dukungan penuh tanpa mengambil alih.
Mama bisa sembari mengatakan pada anak, "Coba yuk pelan-pelan, sini Mama temani ya."
Dengan diberi kepercayaan untuk mencoba, anak pun belajar menghadapi tantangan dengan rasa percaya diri. Memberikan dukungan juga membuat anak merasa dipercaya bahwa mereka mampu mengerjakannya.
5. Low self-esteem

Selanjutnya adalah low self-esteem atau percaya diri yang rendah. Karakter ini juga bersingungan dengan karakter anak sebelumnya, Ma.
Anak yang punya rasa cemas berlebih dinilai cenderung memiliki rasa percaya diri yang rendah. Hal ini terjadi karena orangtuanya terlalu sering mengkritik, mengabaikan pencapaian anak, atau menuntut kesempurnaan.
Akibatnya, anak pun akan tumbuh rasa percaya diri yang rendah karena tidak pernah dihargai setiap pencapaiannya. Mereka akan ragu pada kemampuan sendiri, takut gagal, dan berujung mudah menyerah.
Padahal, para peneliti menyebutkan bahwa anak yang mendapat dukungan emosional positif dari orangtua cenderung memiliki harga diri lebih baik, lho.
Jadi, yuk mulai ubah kebiasaan dengan memberi apresiasi pada usaha anak, misalnya, "Mama lihat kamu sudah berusaha keras, bagus sekali, pertahankan ya sayang."
Itulah lima karakter buruk anak akibat pola asuh yang salah. Meski setiap pola asuh orangtua tidak ada panduan yang sempurna, dengan memahami dampak pola asuh terhadap karakter anak, kita bisa lebih bijak dalam mengambil tindakan.
Yuk, mulailah dengan menyeimbangkan antara kasih sayang, disiplin, dan kesempatan untuk anak belajar mandiri. Bila perlu, Mama dan Papa juga bisa berkonsultasi dengan psikolog anak untuk mendapatkan panduan yang tepat.
Semoga informasinya bermanfaat ya, Ma, Pa!