Baca artikel Popmama lainnya di IDN App

Mengapa Anak Memukul Sambil Tertawa? Simak Penjelasannya, Ma!

Portrait of happy little boy laughing
Freepik/jcomp

Melihat balita memukul lalu tertawa bisa membuat orangtua merasa bingung, marah, bahkan khawatir. Hal ini tampak seperti tindakan yang disengaja atau tidak sopan.

Ma, sebelum buru-buru menilai, penting untuk memahami bahwa tawa itu bukan selalu tanda bahwa anak senang menyakiti orang lain.

Faktanya, balita sering tertawa saat mereka sedang kewalahan oleh emosi besar seperti takut, cemas, atau tidak tahu harus berbuat apa.

Tawa di momen seperti ini adalah cara tubuhnya mengekspresikan ketegangan, bukan karena ia nakal atau tidak peduli, lho.

Kali ini Popmama.com akan membahas informasi yang menjawab pertanyaan mengapa anak suka memukul sambil tertawa? yang harus Mama simak!

1. Anak tertawa bukan karena senang menyakiti

Anak perempuan tertawa
Freepik/pvproductions

Banyak orangtua mengira tawa setelah memukul adalah tanda bahwa anak tidak punya empati.Padahal, balita masih belajar mengenali dan mengelola emosinya.

Saat anak tertawa setelah memukul itu bukan tanda kekejaman lho, Ma. Reaksi ini spontan dilakukan karena anak merasa bingung, takut, atau malu dengan apa yang baru saja terjadi.

2. Tertawa bisa jadi usaha anak untuk memperbaiki suasana

Anak perempuan dan ibu tertawa
Freepik/freepic.diller

Ketika anak melihat wajah Mama yang marah atau kecewa, ia bisa merasa sangat tidak nyaman.

Karena belum tahu cara meminta maaf atau memperbaiki situasi, ia mencoba menghibur dengan tertawa dan berharap Mama ikut tertawa dan suasana jadi kembali menyenangkan.

3. Empati balita masih berkembang dan tidak konsisten

Anak dan ibu
Freepik

Empati pada anak usia dini memang ada, tapi belum stabil. Kadang mereka bisa sangat peduli, kadang tidak menyadari bahwa tindakannya menyakiti orang lain.

Itulah mengapa respons Mama dan Papa yang lembut tapi tegas sangat penting untuk membimbing proses ini.

4. Anak perlu tahu bahwa memukul itu menyakiti

Anak dan ibu berpegangan tangan
Freepik

Saat anak memukul dan tertawa, orangtua sering kali ingin langsung menghentikannya dengan marah. Tapi di balik tindakan itu, si Kecil belum benar-benar paham bahwa tindakannya menyakiti orang lain.

Di sinilah peran Mama dan Papa sangat penting, bukan dengan teriakan, tapi dengan wajah serius dan suara tenang yang mengatakan, “Mama nggak suka dipukul, itu sakit.”

Respons ini membangun pemahaman emosional pada anak, bahwa perbuatannya punya dampak, dan itu tidak menyenangkan bagi orang lain.

Dari pengalaman ini, si kecil mulai belajar bahwa tubuh orang lain perlu dihormati, dan menyakiti bukanlah pilihan yang bisa diulang.

5. Sedikit rasa malu bantu anak belajar mengatur diri

Young mother making her daughter laugh
Freepik

Menurut psikolog Allan Schore, anak justru membutuhkan sedikit rasa malu yang terkontrol untuk bisa belajar mengatur perilaku dan emosi mereka.

Ma, ini bukan rasa malu yang memalukan atau membuat anak merasa buruk tentang dirinya, melainkan perasaan nggak nyaman yang muncul saat tahu telah membuat orang lain kecewa.

Rasa ini penting sebagai bagian dari proses tumbuh kembang, terutama di masa ketika anak mulai mengeksplorasi kekuatan dan batas-batasnya.

Saat orangtua bisa mendampingi momen seperti ini dengan tenang dan penuh kasih, anak belajar bahwa salah itu boleh, asalkan mau belajar memperbaikinya. Dari sinilah kemampuan anak untuk mengatur diri sendiri mulai terbentuk.

6. Bantu anak memperbaiki suasana

Full shot mother and girl playing game.
Freepik

Setelah menegaskan bahwa memukul itu salah, Mama bisa mengajak anak kembali membangun kedekatan.

Mama cukup mengatakan kalimat sederhana seperti, “Mama nggak suka kamu mukul, tapi Mama tahu kamu udah ngerti. Yuk, kita main bareng.”

Anak tidak perlu dibebani untuk memperbaiki semuanya sendiri. Dengan memberi jalan keluar, Mama menunjukkan bahwa hubungan kalian tetap aman, meski sebelumnya ada kesalahan.

Nah, itulah informasi mengenai mengapa anak suka memukul sambil tertawa? Semoga Mama bisa mengerti ya!

Share
Editorial Team