Baca artikel Popmama lainnya di IDN App

Mengenal Apa Itu Cerita Bergambar dan Langkah-Langkah Membuatnya

Freepik/jcomp
Freepik/jcomp

Buku pelajaran atau buku anak-anak seringkali memanjakan mata dengan cerita bergambar yang menarik. Cerita bergambar bukanlah hal asing, kita dapat menemukannya di majalah, dongeng, komik, dan berbagai karya sastra lainnya.

Iklan - Scroll untuk Melanjutkan

Cerita bergambar menawarkan pengalaman membaca yang unik dengan perpaduan harmonis antara teks dan gambar.

Untuk menciptakan cerita bergambar yang menarik, ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan. Pertama, gambar dalam cerita harus jelas menggambarkan peristiwa yang terjadi dalam cerita. Mereka berfungsi sebagai alat visual yang membantu memahami cerita.

Selanjutnya, teks dialog dan narasi sebaiknya mudah dimengerti, terutama untuk anak-anak. Bahasa yang sederhana dan jelas sangat penting agar pesan cerita tersampaikan dengan baik.

Ciri khas cerita bergambar adalah lebih banyak gambar daripada teks, menjadikannya lebih menarik dan mudah dicerna oleh pembaca anak-anak.

Penggunaan bahasa percakapan sehari-hari dalam penulisan cerita membantu anak-anak lebih mudah terhubung dengan cerita. Unsur intrinsik yang ingin disampaikan harus tercermin dengan baik dalam teks dan gambar.

Terakhir, penggunaan balon kata untuk dialog antarkarakter adalah tambahan yang memperkaya cerita. Dengan mengikuti panduan ini, Mama dan anak dapat menciptakan cerita bergambar yang sesuai dengan karakteristik khasnya, yang tak hanya menarik mata anak-anak, tetapi juga merangsang imajinasi mereka.

Nah, namun, pernahkah anak tahu bagaimana proses pembuatan cerita bergambar yang menarik sesuai dengan karakteristik diatas? Popmama.com akan menjelaskan langkah-langkah atau cara untuk menciptakan cerita bergambar yang penuh daya tarik sebagai pengetahuan berharga bagi anak-anak.

1. Menemukan ide atau konsep kreatif

Freepik
Freepik

Langkah pertama yang krusial dalam menciptakan cerita bergambar adalah menemukan ide atau konsep yang kreatif. Pemilihan ide atau konsep yang penuh kreativitas menjadi titik awal untuk mengembangkan unsur-unsur cerita, termasuk karakter, latar, waktu, suasana, dan adegan.

Dengan berbagai ide yang mengalir, anak dapat membangun landasan cerita yang menarik.

2. Menyiapkan alat dan materi yang dibutuhkan

Pexels/AneteLusina
Pexels/AneteLusina

Selanjutnya, persiapkan alat dan materi yang diperlukan untuk proses pembuatan cerita bergambar. Jika akan menggunakan teknik kering, seperti pensil, krayon, pulpen, atau spidol, pastikan alat-alat tersebut tersedia.

Jika anak memilih teknik basah, seperti cat air atau cat minyak, pastikan juga alat dan bahan seperti kuas, palet, dan kanvas siap digunakan.

3. Membuat sketsa yang teliti

Pexels/Ketut Subiyanto
Pexels/Ketut Subiyanto

Ketika mulai membuat sketsa, penting untuk melakukannya dengan cermat. Perhatikan tata letak dan ukuran objek gambar.

Sebaiknya buat beberapa sketsa berbeda sehingga pilihan yang lebih banyak dapat dihasilkan. Ini membantu untuk menentukan sketsa terbaik untuk dijadikan gambar cerita.

4. Menyempurnakan sketsa terpilih

Freepik/Racool_studio
Freepik/Racool_studio

Setelah memiliki beberapa sketsa, pilih salah satu yang dianggap terbaik. Lakukan penyempurnaan dengan menghapus garis-garis yang tidak diperlukan dan mempertegas garis-garis yang penting untuk menonjolkan gambar.

5. Proses pewarnaan

Freepik/Racool_studio
Freepik/Racool_studio

Pada langkah terakhir, anak bisa memulai proses pewarnaan gambar cerita. Ada dua cara pewarnaan yang bisa dipilih, yaitu mewarnai sesuai dengan aslinya atau mewarnai sesuai dengan kreativitas.

Pewarnaan ini menjadi langkah penting dalam menciptakan cerita bergambar yang menarik dan memikat.

Dengan langkah-langkah ini, anak bisa mulai membuat cerita bergambar yang menarik. Semoga kreativitas anak-anak terus berkembang dan cerita-cerita yang indah selalu menghiasi buku-buku mereka. Selamat berkarya!

Share
Editorial Team

Latest in Kid

See More

Mengapa Pancasila Harus Diterapkan dalam Lingkungan Keluarga?

Happy Family
Freepik/lifestylememory

Dalam buku Pendidikan Pancasila Kurikulum Merdeka untuk kelas SD 4, ada sebuah pertanyaan penting, yaitu “Mengapa Pancasila harus diterapkan dalam lingkungan keluarga?”

Pertanyaan ini mengajak kita untuk melihat kembali peran keluarga sebagai sekolah pertama bagi setiap anak.

Di rumah, anak-anak belajar bagaimana bersikap, berbicara, hingga mengambil keputusan. Jika nilai-nilai Pancasila diterapkan di dalam keluarga, maka anggota keluarga akan terbiasa hidup dengan semangat persatuan, keadilan, dan sikap saling menghargai.

Inilah alasan mengapa penerapan Pancasila tidak hanya penting di sekolah atau masyarakat, tetapi juga harus dimulai dari lingkup keluarga.

Agar lebih mudah dipahami, kali ini Popmama.com akan membahas penjelasan seputar mengapa Pancasila harus diterapkan dalam lingkungan keluarga? Disimak ya!

Mengapa Pancasila harus diterapkan dalam lingkungan keluarga?

Happy laughing parents and two little kids
Freepik/pch.vector

Pancasila harus diterapkan dalam lingkungan keluarga karena rumah adalah tempat pertama anak belajar tentang kehidupan. Di dalam keluarga, anak-anak mulai mengenal nilai kejujuran, tanggung jawab, serta sikap saling menghargai.

Semua itu sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. Ketika Pancasila diterapkan di rumah, maka terbentuklah kebiasaan baik sejak dini yang akan dibawa anak ke sekolah dan masyarakat.

Penerapan Pancasila juga bisa membantu menjaga kerukunan dalam keluarga, lho. Walaupun setiap anggota memiliki sifat dan pendapat yang berbeda, nilai persatuan mengajarkan untuk tetap hidup rukun, saling mendukung, dan tidak mementingkan diri sendiri.

Dengan begitu, keluarga menjadi tempat yang adil, harmonis, dan nyaman bagi semua anggota, mulai dari Papa, Mama, hingga anak-anak.

Selain itu, anak yang tumbuh dalam keluarga yang menerapkan Pancasila akan terbiasa mengambil keputusan dengan bijak, mengutamakan kebaikan bersama, serta siap menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

Inilah alasan mengapa Pancasila tidak hanya penting bagi bangsa, tetapi juga harus hadir dalam kehidupan sehari-hari di rumah.

Contoh penerapan Pancasila dalam lingkungan keluarga