Panduan Berpuasa bagi Anak dengan Diabetes Melitus

Puasa merupakan ibadah yang wajib dilakukan oleh umat Muslim di bulan Ramadan, termasuk bagi anak-anak yang telah mencapai usia tertentu. Namun, bagi anak dengan diabetes melitus, menjalani puasa memerlukan perhatian ekstra agar tidak mengganggu kesehatannya.
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Dr. dr. Harjoedi Adji Tjahjono, SpA, SubSp. Endo, seorang ahli endokrinologi anak memberikan panduan penting yang perlu diketahui orangtua untuk menjaga kesehatan anak selama Ramadan. Dari pengaturan pola makan hingga pemantauan kadar gula darah. Hal ini disampaikan melalui Seminar Media Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan tema "Persiapan Puasa pada Anak dengan Kondisi Diabetes Mellitus" pada selasa (4/3/2025)
Kali ini Popmama.com akan membahas informasi mengenai panduan berpuasa bagi anak dengan diabetes melitus. Simak penjelasan lebih lanjut untuk memastikan puasa yang aman dan sehat bagi anak!
1. Syarat berpuasa bagi anak dan remaja dengan diabetes melitus

Menurut Dr. dr. Harjoedi Adji Tjahjono, SpA, SubSp. Endo, terdapat beberapa syarat yang perlu dipenuhi agar anak dan remaja dengan diabetes melitus dapat menjalani puasa dengan aman. Salah satunya adalah kontrol metabolik yang baik, yang berarti kadar gula darah harus terjaga dalam batas yang aman dan stabil. Pemantauan gula darah mandiri secara teratur juga sangat penting untuk memastikan fluktuasi kadar gula darah dapat dipantau dan dikendalikan sepanjang hari, terutama sebelum sahur, setelah berbuka, dan menjelang tidur. Selain itu, anak atau remaja dengan diabetes melitus harus selalu dalam pengawasan oleh tim diabetes. Tim medis ini akan membantu memantau kondisi kesehatan anak dan memberikan saran mengenai pengaturan makan dan obat-obatan yang tepat selama berpuasa.
Namun, bagi anak atau remaja dengan diabetes melitus yang masuk dalam kelompok berisiko tinggi, puasa tidak disarankan. Hal ini karena risiko komplikasi kesehatan seperti hipoglikemia (gula darah rendah), dehidrasi, atau ketidakseimbangan metabolik lebih besar pada kelompok ini. Pasien yang memiliki komplikasi diabetes, seperti neuropati, retinopati, atau gangguan ginjal, serta mereka yang tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik, harus lebih berhati-hati dan sebaiknya tidak menjalankan puasa. Oleh karena itu, sebelum memutuskan untuk berpuasa, sangat penting untuk berkonsultasi dengan dokter yang menangani kondisi diabetes anak atau remaja untuk memastikan puasa dapat dilakukan dengan aman.
2.Tetap menerima insulin

Dr. dr. Harjoedi Adji Tjahjono, SpA, SubSp. Endo menjelaskan bahwa anak dengan diabetes melitus yang berpuasa tetap harus menerima insulin sesuai dengan dosis yang telah disesuaikan. Meskipun anak berpuasa, asupan insulin tetap diperlukan untuk menjaga kadar gula darah dalam batas yang aman. Pada anak yang menggunakan insulin, dosis dan waktu pemberian insulin harus disesuaikan dengan pola makan saat sahur dan berbuka, serta durasi puasa yang dijalani. Dalam beberapa kasus, dokter dapat merekomendasikan penyesuaian dosis insulin untuk menghindari hipoglikemia (gula darah rendah) di siang hari, atau hiperglikemia (gula darah tinggi) pada saat berbuka. Oleh karena itu, penting untuk melakukan konsultasi dengan dokter atau tim medis sebelum bulan Ramadan untuk memastikan dosis insulin yang tepat selama berpuasa.
Jadwal pemberian insulin harus dilakukan dengan hati-hati, agar tidak menyebabkan gangguan pada metabolisme tubuh anak. Misalnya, insulin jenis rapid-acting dapat diberikan segera sebelum sahur untuk membantu mengatur gula darah setelah makan, sedangkan insulin jenis long-acting dapat diberikan pada waktu tertentu untuk mempertahankan kestabilan gula darah sepanjang hari. Orangtua juga perlu memantau kondisi anak dengan diabetes secara rutin selama puasa, untuk memastikan gula darah tetap stabil dan tidak menurun atau meningkat secara drastis.
3. Mendapatkan nutrisi seimbang

Salah satu aspek penting dalam menjalani puasa bagi anak dengan diabetes melitus adalah memastikan asupan nutrisi yang seimbang selama sahur dan berbuka puasa. Saat berbuka, sebaiknya anak menghindari konsumsi makanan yang kaya akan karbohidrat sederhana dalam jumlah besar, seperti kue manis atau makanan yang digoreng. Makanan tersebut dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang cepat. Sebaliknya, pilihlah makanan yang lebih seimbang dan mengandung protein, serat, dan lemak sehat. Makanan seperti sup sayuran, ikan, atau ayam panggang, serta buah segar, lebih baik dikonsumsi agar kadar gula darah dapat terkontrol dengan lebih stabil.
Saat sahur, sangat penting untuk mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, seperti nasi merah, roti gandum, atau oatmeal. Karbohidrat kompleks dicerna lebih lambat oleh tubuh, yang membantu menjaga kestabilan kadar gula darah selama anak menjalani puasa sepanjang hari. Selain itu, jangan lupakan pentingnya hidrasi yang cukup dengan meminum air putih antara waktu berbuka dan sahur. Dehidrasi dapat menyebabkan tubuh anak lebih mudah mengalami kelelahan dan gangguan kesehatan, sehingga memastikan anak minum cukup air sangat penting. Dengan pola makan yang tepat dan hidrasi yang cukup, anak dengan diabetes melitus dapat menjalani puasa dengan lebih aman dan nyaman.
4. Pantau glukosa darah anak

Pemantauan glukosa darah secara rutin sangat penting bagi anak dengan diabetes melitus yang berpuasa. Pengukuran kadar gula darah harus dilakukan secara berkala, terutama sebelum sahur, setelah berbuka, dan menjelang tidur, untuk memastikan bahwa kadar gula darah tetap berada dalam batas yang aman. Jika hasil pengukuran menunjukkan kadar gula darah (GDS) di bawah 70 mg/dL, yang menandakan kondisi hipoglikemia atau gula darah rendah, maka anak harus segera membatalkan puasanya dan mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung gula untuk mengembalikan kadar gula darah ke tingkat normal. Pembatalan puasa juga diperlukan jika kadar gula darah melebihi 300 mg/dL, yang menunjukkan hiperglikemia atau gula darah tinggi yang berisiko menimbulkan komplikasi.
Dr. Harjoedi juga menambahkan bahwa jika kadar gula darah anak lebih dari 250 mg/dL disertai dengan tes keton yang positif, maka puasa harus dibatalkan. Keton positif menunjukkan bahwa tubuh mulai mengubah lemak menjadi energi, yang bisa berisiko mengarah pada kondisi ketoasidosis diabetik, suatu keadaan darurat medis yang memerlukan penanganan segera. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk selalu memantau kadar gula darah anak selama berpuasa dan memastikan adanya langkah antisipasi yang tepat jika kadar gula darah menunjukkan angka yang membahayakan. Dengan pemantauan yang cermat dan pengawasan yang tepat, anak dengan diabetes melitus dapat menjalani ibadah puasa dengan lebih aman.
5. Hindari aktivitas fisik yang berat

Anak dengan diabetes melitus yang berpuasa perlu menghindari aktivitas fisik yang berat, terutama selama jam-jam puasa. Olahraga berat atau kegiatan yang menguras tenaga dapat menyebabkan penurunan gula darah yang drastis, yang berisiko menyebabkan hipoglikemia. Meskipun demikian, aktivitas fisik tetap penting untuk kesehatan, namun anak tetap disarankan untuk melakukan aktivitas fisik ringan dan teratur, seperti berjalan santai atau peregangan, yang tidak terlalu membebani tubuh. Aktivitas fisik ringan ini tetap mendukung kesehatan tubuh tanpa meningkatkan risiko fluktuasi gula darah yang berbahaya selama puasa.
6. Edukasi

Edukasi yang tepat sangat penting bagi orangtua dan anak dengan diabetes melitus dalam menjalani puasa. Salah satu langkah utama adalah memastikan bahwa orang tua memahami cara memantau gula darah di rumah secara rutin, terutama sebelum sahur, setelah berbuka, dan menjelang tidur. Hal ini memungkinkan deteksi dini terhadap kemungkinan kondisi buruk seperti hipoglikemia atau hiperglikemia yang dapat membahayakan kesehatan anak. Selain itu, rencana puasa harus dibuat secara individual, mempertimbangkan kondisi medis anak dan jenis pengobatan yang digunakan. Dengan edukasi yang baik, orangtua dapat membuat keputusan yang tepat mengenai penyesuaian pola makan, dosis insulin, serta tindakan darurat yang perlu diambil jika kondisi gula darah anak berada di luar kisaran yang aman, sehingga puasa dapat dijalani dengan lebih aman dan nyaman.
Nah, itulah informasi mengenai panduan berpuasa bagi anak dengan diabetes melitus agar Mama dan Papa lebih tenang mengajak anak dengan kondisi diabetes melitus untuk menjalani ibadah puasa. Semoga bermanfaat!