Ini Peran Orangtua dalam Maksimalkan Pembelajaran Bahasa Inggris Anak

Ma, tidak mudah untuk membiasakan anak menuturkan bahasa asing yang tidak familiar dengannya di kehidupan sehari-hari. Sebagai orangtua, Mama tentu sadar bahwa pembiasaan itu tidak hanya dilakukan melalui waktu anak di sekolah saja, tetapi harus dibantu dengan partisipasi keluarga.
“Edukator tidak bisa bekerja sendirian,” tegas Rhea Danaparamita, Marketing Director English 1 pada talkshow “The Future of Learning” kemarin (17/4/2025) di Cinema XXI, Pondok Indah Mall 1 Jakarta.
Di artikel ini, Popmama.com akan mengupas lebih lanjut materi yang disampaikan pada event kemarin mengenai peran orangtua dalam maksimalkan pembelajaran bahasa Inggris anak.
Acara tersebut dihadiri oleh tiga narasumber yang kompeten dan praktisi dalam bidang edukasi bahasa; Rhea Danaparamita, Tasya Kamila, dan Kurniasari Anindita. Simak dan pelajari, yuk, Ma!
1. Diimbangi dengan experience di rumah

"Menurutku, hal ini sebaiknya diajarkan sedini mungkin dan penting untuk memberikan experience lebih di rumah kepada anak untuk mengembangkan bahasa itu,” ujar Tasya Kamila.
Butuh keterlibatan aktif orangtua untuk melatih anak. Salah satu kendala yang sering muncul adalah ketika orangtua merasa kurang percaya diri karena kemampuan bahasa mereka belum lancar, sehingga enggan untuk menerapkannya di rumah. Kadang, orangtua merasa bahwa materi yang diberikan di sekolah sudah cukup.
"Padahal, meskipun anak bersekolah di sekolah internasional yang menggunakan metode bilingual sekalipun, tetap tidak akan efektif jika kebiasaan itu tidak dilanjutkan di rumah," lanjutnya.
Orangtua harus mampu mengatasi halangan ini apabila ingin anaknya berkembang dengan maksimal. Tenang saja, Ma, orangtua bisa belajar sejalan dengan anak juga belajar. Kebiasaan itu akan terbangun seiring waktu berjalan.
2. Rajin latihan baca-tulis

Tasya menekankan pentingnya kemampuan literasi dalam mengembangkan pola pikir aktif dalam berbahasa Inggris pada anak,
"Aku ingin memberikan anakku kesempatan yang tidak terbatas hanya pada kemampuan berbicara saja, tapi juga pada kemampuan membaca dan menulis," tukasnya.
Kemampuan literasi yang diperoleh anak membuat mereka bisa lebih luas mencari sumber dan perspektif pemikiran. Selain membantu mereka mengartikulasikan perasaannya dengan baik dan lebih considerate, kemampuan ini juga dapat melatih critical thinking pada anak.
3. Menerapkan two-way communication

Senada dengan dua poin sebelumnya, Rhea Danaparamita berpendapat bahwa pendidikan yang terus bertumbuh mengikuti zaman ini menuntut orangtua untuk membiasakan two-way communication.
“Two-way communication. Anak harus secara aktif belajar, tidak hanya pasif. They need to speak to people. Tidak malu untuk bertanya, tidak malu untuk mengkritisi sesuatu,” tegasnya.
Belajar bahasa tidak hanya belajar tuturan verbal saja, namun juga bagaimana memahami perspektif individu yang lain. Itulah mengapa penting untuk melakukan interaksi timbal-balik untuk menguji respons pikiran anak.
4. Menemani belajar dengan pendekatan yang up-to-date

Buatlah belajar menjadi hal yang menyenangkan bagi anak. Praktisi pendidikan, Kurniasari Anindita menegaskan bahwa penting untuk terus memperbarui produk belajar anak agar anak selalu tertarik dengannya.
“Sekarang itu, yang beda adalah generasinya. Yang membuat masing-masing generasi tertarik itu, pasti beda-beda. Maka produk belajar itu harus disesuaikan dengan apa yang menarik, memotivasi mereka,” ucap Kurniasari.
Dengan memahami ketertarikan anak, Mama tidak hanya dapat lebih mudah dalam mengajarkan si Kecil, namun juga dapat berbagi hubungan emosional yang lebih dekat padanya.
5. Memantau proses belajarnya di sekolah

Penting bagi Mama untuk tidak cuek dengan perkembangan sekolah. Anindita menambahkan bahwa sebagai orangtua, kita harus lebih aktif dalam melihat kualitas edukator anak,
“The teacher need to keep updated,” katanya.
Selain itu, Mama juga dapat selalu memantai academic report anak dan secara aktif membantunya menstabilkan performa akademiknya. Jika mereka kesusahan di suatu bagian tertentu, misalnya vocabulary, Mama bisa membantu mereka dengan membelikan flashcard atau fasilitas lainnya.
6. Membangun motivasi anak

Orang tua tidak selalu harus mengajarkan secara langsung, tetapi yang tak kalah penting adalah membangun motivasi dalam diri anak. Seperti yang dikatakan oleh Kurniasari,
"Nggak gampang, lho, membangun motivasi ini," ujarnya. Ia menambahkan, salah satu contoh yang dapat dipakai adalah dengan memberi anak alasan yang relevan dan menarik, seperti, "Kalau kamu nggak bisa bahasa Inggris, kamu nggak bisa ikut Ibu ke luar negeri, lho!"
Cara ini bisa menjadi pemicu semangat belajar anak. Namun tentu saja, motivasi tidak selalu harus berupa iming-iming liburan atau hal besar lainnya.
Bentuknya bisa sangat beragam, tergantung pada minat yang dimiliki anak. Hal ini juga berkaitan erat dengan poin sebelumnya—bahwa memahami apa yang menarik dan memotivasi anak adalah kunci dalam mendukung proses belajarnya.
7. Mencoba afterschool course

Belajar bahasa kedua bisa menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua, terutama jika mereka sendiri tidak terbiasa menggunakan bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, sambil belajar bersama anak, orangtua juga dapat memanfaatkan layanan edukasi tambahan, seperti memasukkan anak ke dalam afterschool course yang memang fokus pada pengembangan bahasa Inggris.
Salah satu contohnya adalah English First (EF) Kids & Teens yang baru-baru ini melakukan rebranding menjadi English 1. Lembaga ini telah memiliki jaringan luas dengan 106 pusat belajar yang tersebar di berbagai kota di seluruh Indonesia.
English 1 sendiri memang terspesialisasi dalam pengajaran bahasa Inggris untuk anak-anak dan remaja. Saat ini, mereka melayani lebih dari 85 ribu murid aktif yang tersebar di berbagai pulau besar di Indonesia.
8. Mengajarkan bahasa Inggris yang kontekstual dengan kultur Indonesia

Penting untuk mengajarkan bahasa dengan menggunakan konteks yang relevan dengan lingkungan sekitar anak. Pendekatan ini membantu anak agar tidak merasa "mengambang" saat mempelajari teks-teks yang digunakan, serta mempermudah mereka dalam memahami kosakata yang dipelajari karena lebih dekat dengan pengalaman dan kehidupan sehari-hari mereka.
Pada pertemuan yang sama, Christopher Lloyd, Director of Operations English 1 ketika ditanya mengenai pengembangan kurikulum, mengatakan bahwa pihaknya memiliki rencana untuk mengembangkan kurikulum belajarnya ke ranah konteks kultur dan sosial Indonesia.
“We consider the plan to contextualize our curriculum to adapt with Indonesian cultural & societal condition,” ujarnya.
Artinya, kurikulum pengajaran bahasa Inggris yang digunakan akan lebih dekat dengan realita anak. Contoh-contoh teks akan disesuaikan dengan kondisi Indonesia agar lebih dekat dengan anak.
Itulah 8 peran orangtua dalam maksimalkan pembelajaran bahasa Inggris anak. Yuk, kita selalu temani anak kita dalam segala proses perkembangannya, Ma!