- Makanan beku
- Keripik
- Biskuit
- Roti kemasan yang diproduksi massal
- Minuman soda berkarbonasi
- Sosis, burger, nugget, dan produk daging olahan lainnya
- Permen
- Margarin, aneka saus, dan bumbu masakan yang diproduksi masal
- Sup instan
- Mie instan
- Pasta instan
Wajib Tahu! Mengenal Ultra-Processed Food dan Bahayanya Bagi Anak

Dalam masa pertumbuhan, anak membutuhkan makanan sebagai bahan bakar energinya untuk beraktivitas. Bukan sekadar kenyang, melainkan anak perlu mengonsumsi makanan yang sehat dan memenuhi Angka Kebutuhan Gizi harian.
Terkadang karena keterbatasan waktu dalam penyajian, orangtua menyajikan makanan yang mudah dimasak, seperti frozen food, junk food, camilan-camilan seperti biskuit, keripik, dan lain-lain. Asalkan anak mau makan dan kenyang.
Namun, tahukah mama, makanan-makanan yang diproses secara berlebihan seperti contoh di atas, dapat menimbulkan masalah kesehatan serius pada anak jika sering dikonsumsi dan dalam jangka panjang?
Berikut ini Popmama.com akan menjelaskan apa itu ultra-processed food dan bahayanya.
1. Apa itu ultra-processed food?

Ultra-processed food adalah formulasi bahan (makanan) yang dibuat oleh serangkaian teknik dan proses industri, menurut FAO. Secara sederhana, ultra-processed food adalah makanan yang sebagan besar terbuat dari zat yang diekstraksi dari makanan, seperti lemak, pati, gula tambahan, dan lemak yang terhidrogenasi. Ultra-processed food juga biasanya mengandung zat aditif, seperti pewarna buatan, gula tambahan, atau perisa buatan.
Contohnya, dari kentang (minimally processed), kemudian diubah menjadi perkedel kentang (processed).
Ketika kentang ini diubah menjadi keripik kentang atau kentang goreng beku yang sudah diberi perisa buatan, pengawet, dan pewarna, maka berubah menjadi ultra-processed food.
2. Bagaimana proses pengolahan ultra-processed food?

FAO menjelaskan bahwa "proses" yang dimaksud dimulai dari produsen memecah makanan utuh menjadi zat, termasuk gula, minyak dan lemak, protein, pati, dan serat. Dari proses tersebut kemudian diperoleh zat yang paling sederhana dan murah yang didapatkan dari makanan utuh, seperti jagung, gandum, dan gula tebu, atau menggiling produk hewani sampai benar-benar halus.
Setelah bahan-bahan ini terkumpul, produsen membuat modifikasi kimia, seperti hidrogenasi. Kemudian, produsen melakukan proses industri, seperti mencetak, menggoreng atau memanggang, agar makanan berwujud lebih menggoda selera.
Dalam prosesnya, ultra-processed food biasanya ditambahkan warna-warna yang cerah, perisa buatan, pengawet, dan zat aditif lain agar terasa lebih menarik dan enak.
3. Apa yang termasuk dalam kategori ultra-processed food?

Makanan yang termasuk dalam ultra-processed food sangat mudah dijumpai di sekitar kita, antara lain:
4. Mengapa ultra-processed food digemari anak-anak?

Indera perasa anak dibangun semenjak tahun pertama kehidupannya, saat mereka diperkenalkan pada MPASI. Fase awal kanak-kanak ini turut membangun kebiasaan makan anak.
Kebanyakan orangtua yang menghadapi fase di mana anak rewel makan, akhirnya menyerah pada ultra-processed food supaya perut anak tetap kenyang. Memang, ultra-processed food efisien dalam penyajian dan rasanya lebih menggoda selera karena telah ditambahkan berbagai zat aditif. Inilah yang membuat anak selalu kecanduan, baik terhadap rasa maupun penampilan ultra-processed food.
Selain itu, ultra-processed food diiklankan dengan cara yang memikat hari si Kecil. Biasanya produsen ultra-processed food menyasar anak-anak sebagai target pasarnya, sehingga mengemas kemasan dan iklan makanannya secara menarik.
5. Dampak konsumsi ultra-processed food terhadap kesehatan anak

Ultra-processed food telah diteliti dan diasosiasikan dengan risiko kesehatan jangka panjang, terutama pada anak, antara lain:
- Meningkatkan risiko obesitas
- Konsumsi makanan yang tidak mengandung nutrisi yang diperlukan tubuh (minim serat, vitamin, mineral yang sehat)
- Meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe 2
- Mengandung ftalat dan BPA yang didapatkan dari penggunaan kemasannya, yang berisiko mengganggu endokrin di awal kehidupan anak
Walaupun demikian, beberapa ultra-processed food masih tetap mengandung nutrisi yang dinilai bermanfaat untuk kesehatan, misalnya susu kedelai kemasan yang mengandung beberapa nutrisi, terutama untuk anak yang alergi terhadap susu sapi.
Melihat bahayanya ultra-processed food, sebaiknya terapkan batasan permen, camilan, dan konsumsi makanan siap saji kepada anak. Targetkan 90 persen asupan harian berasal dari makanan utuh dan segar yang sehat, sedangkan hanya 10 persen untuk makanan yan menyenangkan lidah semata.
Semoga informasi ini bermanfaat untuk mama dalam memahami ultra-process food dan dampaknya terhadap kesehatan anak.



















