Baca artikel Popmama lainnya di IDN App

Penggunaan Nebulizer secara Rutin untuk Pilek pada Bayi Tidak Direkomendasikan

ilustrasi bronkodilator nebulizer (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi bronkodilator nebulizer (pexels.com/Gustavo Fring)

Pilek merupakan salah satu masalah yang sering dialami oleh bayi. Saat pilek, bayi mungkin mengalami kesulitan untuk bernapas karena adanya lendir di hidung.

Biasanya, untuk mengatasi lendir, beberapa orangtua menggunakan nebulizer atau terapi uap. Tapi, justru American Academy of Pediatrics (AAP) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) justru tidak merekomendasikan penggunaan nebulizer atau terapi uap secara rutin untuk bayi yang hanya pilek (common cold). Apa sebabnya?

Bila pernah menggunakan terapi uap atau nebulizer untuk mengatasi pilek pada si Kecil, simak dulu penjelasan Popmama.com tentang penggunaan nebulizer secara rutin untuk pilek pada bayi tidak direkomendasikan IDAI dan AAP pada ulasan berikut ini.

Semoga bisa menambah wawasan, ya, Ma.

ilustrasi Jamay N2 Nebulizer (Shopee.co.id)
ilustrasi Jamay N2 Nebulizer (Shopee.co.id)

Penggunaan Nebulizer secara Rutin untuk Pilek Tidak Direkomendasikan IDAI dan AAP

Dilansir dari unggahan dr. Mas Nugroho Ardi Santoso, M.Kes, Sp.A di laman Instagram pribadinya @ardisantoso, IDAI dan AAP tidak merekomendasikan penggunaan nebulizer atau terapi uap secara rutin untuk atasi pilek (common cold) pada bayi. Apa sebabnya?

Penggunaan uap atau nebulizer tanpa indikasi medis justru bisa memperparah lendir, memperparah gejala, dan membuat bayi makin rewel, Ma.

Jadi, bila Mama berencana untuk menggunakan nebulizer, sebaiknya dikonsultasikan dulu dengan dokter yang mengetahui kondisi kesehatan si Kecil, ya.

Desain tanpa judul(4).jpg
Pexels/RDNE Stock project

Penyebab dan Gejala Pilek pada Bayi

Pilek dapat disebabkan oleh infeksi berbagai virus, tapi yang paling umum adalah rhinovirus. Virus tersebut bisa memasuki mulut, hidung, atau mata bayi yang baru lahir melalui cara berikut:

  • Orang terinfeksi yang menyentuh tangan bayi. Tangan bayi yang terkontaminasi kemungkinan akan menyentuh mata, hidung, atau mulutnya sehingga membuat virus masuk ke tubuh.

  • Ketika seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara, percikan liurnya yang terkontaminasi bisa menularkan virus ke bayi.

  • Sebagian virus juga bisa hidup di permukaan selama dua jam atau lebih. Ketika bayi menyentuh permukaan yang telah terkontaminasi, misalnya mainan dari orang yang terinfeksi, maka ia pun bisa tertular virus.

Pilek pada bayi ditandai dengan keluarnya ingus atau cairan jernih dari hidung, yang dapat berubah menjadi kekuningan atau kehijauan setelah satu minggu. Selain itu, bayi  juga mungkin bisa mengalami batuk, mata merah, atau sedikit demam. Umumnya bayi masih mau makan atau bermain secara normal.

Menurut CDC, gejala pilek biasanya memuncak dalam dua hingga tiga hari dan kemudian mulai membaik. Gejala-gejalanya antara lain:

  • hidung berair (biasanya berair pada awalnya, kemudian kadang berubah menjadi kuning atau berwarna hijau),

  • hidung tersumbat,

  • demam ringan,

  • batuk (terkadang memburuk di malam hari),

  • sakit tenggorokan,

  • kelelahan,

  • kehilangan nafsu makan,

  • bersin.

Pexels/Alina Matveycheva
Pexels/Alina Matveycheva

Apa yang Harus Diperhatikan saat Bayi Pilek?

Berikut beberapa cara yang bisa Mama terapkan untuk mengatasi pilek pada bayi:

  • Pastikan bayi beristirahat dengan cukup,

  • Perhatikan suhu ruang, hindari AC,

  • Bantu melegakan hidung dengan penyedot lendir,

  • Mandikan bayi dengan air hangat,

  • Penuhi kebutuhan cairan tubuhnya,

  • Perhatikan posisi tidurnya (kepala lebih tinggi dari tubuhnya),

  • Jangan sembarangan memberikan obat.

Desain tanpa judul(4).jpg
Dokter memeriksa bayi-Pexels/CDC

Kapan Harus ke Dokter?

Pilek memang bukanlah penyakit yang serius. Tetapi ketika bayi mama berusia kurang dari tiga bulan, pilek dapat dengan cepat berubah menjadi croup atau pneumonia. Pantau gejalanya dan segera hubungi dokter anak jika gejalanya semakin memburuk atau bertahan lebih dari tiga hari.

Jika bayi mama berusia kurang dari empat minggu dan mengalami demam 38° Celcius atau lebih, segera bawa ke IGD. Pada usia ini, bayi bisa mengalami sakit dengan sangat cepat karena mereka belum mendapatkan imunisasi lengkap. Dokter akan melakukan observasi untuk memastikan bayi tidak terinfeksi bakteri seperti meningitis.

Begitu pula jika bayi mama menderita demam tinggi, sakit telinga, mata memerah, tidak bisa makan dengan normal atau tidak banyak buang air kecil, bisa jadi sakitnya lebih dari sekadar pilek biasa. Segera bawa ke dokter untuk pengobatan lebih lanjut.

Daya tahan tubuh bayi belum berkembang dengan sempurna, sehingga bayi rentan terinfeksi virus. Karena itu, Mama harus memerhatikan hal-hal yang berisiko membuat bayi sakit.

Itu penjelasan tentang penggunaan nebulizer secara rutin untuk pilek tidak direkomendasikan IDAI dan AAP. Bila Mama berencana untuk menggunakan nebulizer atau menerapkan terapi uap untuk si Kecil, diskusikan dulu dengan dokter, ya.

Share
Editorial Team