Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

7 Perubahan Sikap Anak Akibat Kurang Kasih Sayang Orangtua

Anak yang menjaga jarak dengan orangtuanya
Pexels/Kaboompics.com

Perubahan sikap pada anak-anak tidak terjadi begitu saja. Selain faktor biologis dan kesehatan, perubahan ini juga bisa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitarnya. Faktor eksternal seperti terjadinya konflik  di sekolah atau perkelahian dengan teman bermain sering kali turut berperan. 

Namun, bagaimanapun juga, orangtua sebagai figur terdekat anak memiliki peran yang lebih besar dalam membentuk dan memengaruhi emosinya, terutama di lingkungan rumah.

Kasih sayang yang diberikan orangtua pada masa kanak-kanak sangat penting dalam membangun perkembangan mental dan emosional anak. 

Seiring dengan itu, keterikatan yang terjalin antara anak dan orangtua akan memengaruhi cara seseorang memaknai masa kecilnya.

Jika keterikatan antara anak dan orangtua terjalin dengan kuat, anak akan merasa aman secara emosional. Rasa aman ini mendorongnya untuk lebih berani mengeksplorasi lingkungan sekitar, memahami dunia dengan lebih baik, dan membuatnya lebih mudah menyerap pembelajaran. 

Hal ini terjadi karena kasih sayang dan kelekatan emosional yang diberikan orangtua berperan langsung dalam mendukung perkembangan mental, emosional, dan fisik anak secara menyeluruh.

Ma, di dalam artikel ini Popmama.com akan mengajak Mama untuk mengenali 7 perubahan sikap anak akibat kurang kasih sayang orangtua. Simak hingga selesai, ya, Ma!

Anak-anak yang mengalami kurangnya kasih sayang dapat menunjukkan berbagai perubahan perilaku. Berikut beberapa contohnya:

1. Menjadi lebih agresif

Anak lebih agresif
Pexels/RDNE Stock Project

Perilaku anak menjadi lebih agresif dan sering mengalami ledakan emosi (temper tantrum). Perubahan ini terjadi sebagai bentuk ekspresi dari rasa frustrasi yang ditimbulkan karena kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi. 

Misalnya, anak yang jarang mendapatkan perhatian atau kasih sayang dari orangtuanya bisa menjadi lebih mudah marah, memukul teman sebayanya, atau membanting barang saat keinginannya tidak dituruti. 

Perilaku ini sering kali menjadi cara anak untuk mencari perhatian atau mengekspresikan perasaan yang belum mampu mereka ungkapkan dengan kata-kata.

2. Sikap tidak patuh

Anak tidak patuh
Freepik/peoplecreations

Perilaku tidak patuh, seperti suka membantah atau menolak perintah, sering kali merupakan cara anak mencari perhatian. 

Misalnya, anak mungkin sengaja tidak mengerjakan tugas sekolah, melanggar aturan di kelas, atau membantah orangtua demi mendapatkan respons dari orang dewasa di sekitarnya. 

Tindakan seperti ini biasanya muncul karena anak belum tahu cara yang tepat untuk mengekspresikan emosinya atau meminta perhatian dengan cara yang lebih positif.

3. Menjadi lebih insecure dengan dirinya sendiri

Anak insecure
Freepik/freepik

Kurangnya kasih sayang dapat menimbulkan perasaan tidak aman dan kepercayaan diri yang rendah pada anak.

Anak-anak yang mengalami hal ini cenderung merasa ragu atau takut saat berada dalam situasi sosial, seperti enggan berbicara di depan kelas, malu bermain dengan teman sebaya, atau selalu merasa tidak cukup dibandingkan anak-anak lain.

Rasa tidak aman ini bisa muncul karena mereka tidak mendapatkan cukup dukungan emosional yang dibutuhkan untuk membangun rasa percaya diri sejak dini.

4. Performa akademik di sekolah yang menurun

Performa akademik yang menurun
Pexels/Mikhail Nilov

Gangguan emosional pada anak dapat memengaruhi konsentrasi dan motivasi belajar, yang akhirnya berdampak pada menurunnya performa akademik di sekolah.

Anak-anak yang sedang mengalami tekanan emosional mungkin sulit fokus saat pelajaran, sering melamun, atau kehilangan minat untuk mengerjakan tugas. 

Misalnya, anak yang awalnya rajin belajar bisa berubah menjadi malas karena tidak ada motivasi yang membuatnya merasa ‘harus’ mendapat nilai bagus. 

Akibatnya, nilainya menurun dan bahkan sampai kepada titik di mana ia enggan untuk pergi ke sekolah karena merasa tidak ada semangat atau tujuan.

5. Mendadak lebih banyak menggunakan gadget

Anak lebih dekat dengan gadget
Pexels/Ron Lach

Anak berubah menjadi lebih bergantung pada gadgetnya. Ponsel dianggap sebagai tempat pelarian dan substitusi dari hubungan emosional yang kurang mereka dapatkan.  

Mereka cenderung menghabiskan waktu berlebihan di depan layar, baik itu ponsel, tablet, maupun video game, sebagai cara untuk mengisi kekosongan atau mengalihkan perhatian dari perasaan tidak nyaman. 

Misalnya, anak yang merasa kesepian atau diabaikan di rumah bisa terus-menerus bermain game atau menonton video sepanjang hari, karena merasa lebih "diterima" dan terhibur oleh dunia digital daripada interaksi nyata dengan orang di sekitarnya.

6. Cenderung menarik diri atau sebaliknya

Anak menarik diri
Freepik/freepik

Perasaan tidak aman (insecure) pada anak dapat muncul dalam dua bentuk yang berbeda, yaitu menarik diri atau sebaliknya justru bersikap membangkang. Keduanya merupakan bentuk mekanisme bertahan yang dilakukan anak saat merasa tidak aman secara emosional. 

Anak yang menarik diri mungkin menjadi pendiam, enggan bersosialisasi, atau lebih suka menyendiri karena merasa tidak percaya diri atau takut ditolak.

Sementara itu, anak yang membangkang bisa menunjukkan perilaku menantang, sering melawan aturan, atau bersikap kasar sebagai cara untuk menunjukkan bahwa dirinya “kuat” dan tidak mudah disakiti. 

Meskipun tampak berlawanan, keduanya berakar dari kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi.

7. Lebih nyaman di luar rumah

Anak lebih menyukai keadaan luar rumah
Pexels/Mikhail Nilov

Anak yang merasa tidak diterima atau tidak mendapatkan dukungan emosional di lingkungan keluarganya cenderung merasa lebih nyaman berada di luar rumah. 

Bagi mereka, rumah bukan lagi tempat yang menenangkan, melainkan hanya menjadi tempat untuk tidur dan menanggung beban emosional. 

Akibatnya, anak bisa mencari pelarian dalam bentuk pergaulan bebas atau lingkungan yang tidak selalu positif, hanya untuk merasa diterima dan dihargai. 

Misalnya, mereka bisa lebih memilih menghabiskan waktu di luar bersama teman-teman yang memberikan rasa “kebebasan”, meskipun lingkungan tersebut membawa pengaruh buruk. 

Yang Mama perlu ketahui, sikap-sikap ini bisa terjadi terus menerus hingga dewasa apabila orangtua tidak mencoba mengubahnya.  Ketika anak besar dengan sikap ini, tentu akan berpengaruh pada hubungannya dengan orang lain dan juga kesehatan emosionalnya sendiri. 

Setelah membaca dan memahami 7 perubahan sikap anak akibat kurang kasih sayang orangtua ini, apakah Mama kini mulai menyadari adanya perubahan perilaku si Kecil yang tampak berbeda dari biasanya?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Big Kid

See More

Contoh & Ciri Gerak Manipulatif dalam Olahraga, Materi PJOK Kelas 4 SD

04 Des 2025, 18:38 WIBBig Kid