Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Panduan IDAI untuk Menjaga Kesehatan Mental Remaja di Era Modern

Panduan IDAI untuk Menjaga Kesehatan Mental Remaja di Era Modern
Freepik

Masa remaja adalah fase penting dalam kehidupan seorang anak. Pada periode ini, anak mengalami berbagai perubahan, baik fisik, emosi, maupun sosial.

Tidak heran jika kesehatan mental remaja adalah isu dengan urgensi tinggi yang perlu lebih diperhatikan, terutama di tengah tantangan globalisasi, teknologi digital, dan tuntutan akademis yang semakin tinggi.

Orangtua memiliki peran besar untuk memahami fase perkembangan ini agar bisa mendampingi remaja dengan tepat.

Berangkat dari isu tersebut, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengadakan Seminar Media dengan topik Kesehatan Mental pada Remaja pada Selasa (19/8/2025).

Seminar ini menghadirkan Dr. dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A, Subsp.Kardio(K) selaku Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, serta dr. Braghmandita Widya Indraswari, M.Sc, Sp.A,Subsp.T.K.P.S(K) selaku Anggota Satgas Remaja IDAI.

Di artikel ini, Popmama.com telah merangkum informasi lengkap seputar panduan IDAI untuk menjaga kesehatan mental remaja, agar Mama selaku orangtua dapat mendampingi anak remaja mama dengan penyertaan yang efektif dan tepat.

1. Siapa itu remaja?

Panduan IDAI untuk Menjaga Kesehatan Mental Remaja di Era Modern
Freepik

Menurut World Health Organization (WHO), remaja atau adolescence adalah individu yang berusia 10–19 tahun.

Di Indonesia, Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 serta Peraturan Menteri Kesehatan RI menyebutkan bahwa remaja berada pada rentang usia 10-18 tahun.

Masa remaja ditandai dengan perubahan yang sangat cepat, mulai dari fisik, kognitif, hingga sosial,

dr. Braghmandita Widya Indraswari menekankan bahwa proses ini dimulai sejak pubertas dan akan berlanjut hingga seorang anak mampu mengambil peran dan tanggung jawab sebagai individu dewasa.

“Transisi dari ketergantungan pada orangtua menuju kemandirian inilah yang sering membuat remaja rentan mengalami tekanan mental. Jadi, bagi orangtua, memahami siapa itu remaja bukan sekadar soal batasan usia, melainkan juga tentang mengenali bahwa mereka sedang berada di masa penuh gejolak.” ungkap dr. Braghmandita Widya Indraswari pada Selasa (19/8/2025).

Pada fase inilah anak membutuhkan dukungan, bimbingan, dan ruang aman untuk tumbuh tanpa merasa sendirian dalam menghadapi perubahan besar yang sedang terjadi dalam dirinya.

2. Karakteristik remaja yang perlu dipahami orangtua

Panduan IDAI untuk Menjaga Kesehatan Mental Remaja di Era Modern
Freepik/8photo

Masa remaja tidak datang dan pergi begitu saja, melainkan melalui beberapa tahapan perkembangan dengan karakteristik yang berbeda.

Para ahli membagi masa remaja menjadi tiga fase:

  • Remaja awal (early adolescent, usia 10-13 tahun): Pada tahap ini terjadi perubahan besar pada tubuh akibat pubertas. Anak mulai mengalami perubahan biologis, psikologis, dan seksual, cenderung sensitif terhadap penampilan fisik, mudah terpengaruh teman sebaya, dan masih sering berpikir konkret.
  • Remaja tengah (mid adolescent, usia 14-16 tahun): Anak mulai mencari jati diri, mencoba berbagai hal baru, serta menunjukkan keinginan untuk lebih mandiri. Pada fase ini, mereka sering bereksperimen, baik dalam gaya berpakaian, pertemanan, maupun keputusan hidup.
  • Remaja akhir (late adolescent, usia 17-19 tahun): Remaja mulai memiliki tingkat kemandirian yang lebih baik. Sudah bisa mengambil tanggung jawab lebih besar, mulai berpikir abstrak, serta mempertimbangkan konsekuensi dari keputusan yang diambil.

dr. Braghmandita Widya Indraswari juga menjelaskan bahwa kontrol emosi dan pengambilan keputusan remaja juga dipengaruhi oleh perubahan fungsi otak.

Di masa remaja, stres tinggi yang berkepanjangan juga terbukti memberi pengaruh buruk terhadap fungsi belajar dan kontrol emosi.

“Hal tersebut terjadi karena sistem limbik, yaitu bagian otak seperti hippocamus, amygdala dan striatum menjadi lebih rentan terganggu.” jelas dr. Braghmandita Widya Indraswari pada Selasa (19/8/2025).

Sebaliknya, pengalaman positif bisa memperkuat jalur neural yang mendukung kontrol emosi dan pengambilan keputusan.

3. Faktor yang menentukan kesehatan mental remaja

Panduan IDAI untuk Menjaga Kesehatan Mental Remaja di Era Modern
Freepik/prostooleh

Kesehatan mental remaja tidak hanya dipengaruhi oleh kondisi psikologis, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor biologis, lingkungan, hingga pola asuh di rumah.

Penting bagi Mama untuk memahami hal ini, agar orangtua bisa memberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan anak di setiap fase perkembangannya.

dr. Braghmandita Widya Indraswari menjelaskan tiga kategori utama yang memberikan pengaruh besar terhadap kesehatan mental remaja:

  • Faktor biologis: masa pubertas yang ditandai dengan perubahan hormon, kondisi genetik, serta status nutrisi memiliki pengaruh besar terhadap kestabilan emosi remaja. Asupan gizi yang seimbang terbukti mampu membantu remaja mengelola stres dengan lebih baik.
  • Faktor psikologis: kemampuan anak dalam mengatur emosi serta pola pengasuhan yang diterapkan orangtua berperan penting dalam membentuk mental yang sehat. Remaja yang mendapat dukungan emosional dari keluarga biasanya lebih percaya diri dan tangguh menghadapi tekanan.
  • Faktor lingkungan: kehidupan sosial seperti pertemanan, pendidikan, hingga kondisi ekonomi keluarga juga menentukan kesehatan mental remaja. Misalnya, pengalaman negatif seperti perundungan di sekolah dapat menimbulkan trauma yang berpengaruh dalam jangka panjang.

Dengan memahami faktor-faktor ini, orangtua bisa lebih peka terhadap tanda-tanda yang menunjukkan adanya gangguan mental pada remaja.

4. Mengenal masalah yang dialami remaja Indonesia

Panduan IDAI untuk Menjaga Kesehatan Mental Remaja di Era Modern
Freepik

Data dari Indonesia-NAMHS 2021 menunjukkan bahwa 84,1% remaja yang mengalami masalah kesehatan mental pernah memiliki ide bunuh diri dalam 12 bulan terakhir,

dan 96,6% dari 84,1% tersebut bahkan sudah sampai pada tahap merencanakan.

Dari data yang dipaparkan di Seminar Kesehatan Mental pada Remaja pada Selasa (19/8/2025), terlihat juga masalah lain yang dihadapi remaja usia 16–17 tahun.

Yaitu kecemasan 26,7%, depresi 5,3%, masalah perilaku 2,4%, hingga ide bunuh diri 30%-84% pada yang mengalami gangguan mental.

Angka tersebut tentunya merupakan masalah serius, yang memberi peringatan bahwa peran orangtua sangat penting dalam mencegah risiko bunuh diri pada remaja.

Selain itu, penting juga mengenali tanda-tanda peringatan, seperti perubahan perilaku drastis, menarik diri dari lingkungan sosial, atau munculnya ungkapan ingin mengakhiri hidup.

Bila hal ini terjadi, segera cari bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater agar remaja mendapatkan penanganan yang tepat.

5. Peran keluarga dalam mendampingi kesehatan mental remaja

Panduan IDAI untuk Menjaga Kesehatan Mental Remaja di Era Modern
Freepik

Dalam upaya membimbing keluarga Indonesia dalam melakukan pendampingan yang tepat terhadap masalah kesehatan mental remaja,

dr. Braghmandita Widya Indraswari menjelaskan tiga hal utama yang harus dipahami oleh orangtua:

  • Lingkungan emosional dan komunikasi terbuka: interaksi rutin dan komunikasi yang intens dapat meningkatkan kepercayaan diri dan mempererat ikatan emosional. Keluarga harus menyediakan ruang aman untuk mengekspresikan perasaan berperan penting dalam mencegah dan mengatasi gangguan mental.
  • Mengenali tanda-tanda awal: orangtua perlu memperhatikan dan mengenali perubahan perilaku seperti menarik diri, mood yang labil, atau konsentrasi menurun, dan segera merespons dengan dukungan emosional atau mengajak remaja mencari bantuan profesional.
  • Berikan dukungan aktif dan hindari stigma: rasa dihargai, motivasi, dan apresiasi sangat membantu remaja dalam mengatasi tekanan. Hindari solusi fiktif atau stigma negatif dan penting bagi keluarga untuk memiliki pemahaman yang tepat tentang kesehatan mental serta kesiapan untuk mencari bantuan ketika diperlukan.

Lebih daripada itu, Dr. dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A, Subsp.Kardio(K) selaku Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia, menyampaikan hal yang sering menjadi miskonsepsi orangtua dalam mendampingi remaja.

“Salah satu yang harus jadi fokus adalah jangan pernah meremehkan kesehatan mental remaja menjadi hanya sekadar gejala pubertas. Hal tersebut tentunya bisa menghambat remaja mendapatkan penanganan yang mereka butuhkan.” pungkas Dr. dr. Piprim Basarah Yanuarso pada Selasa (19/8/2025).

Melalui panduan ini, IDAI memiliki harapan agar kualitas remaja Indonesia bisa meningkat dan generasi emas yg dicita-citakan bisa tercapai.

Itulah informasi mengenai panduan IDAI untuk menjaga kesehatan mental remaja. Informatif sekali, ya, Ma!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Big Kid

See More

Contoh & Ciri Gerak Manipulatif dalam Olahraga, Materi PJOK Kelas 4 SD

04 Des 2025, 18:38 WIBBig Kid