Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Skizofrenia Bukan Kesurupan, Ini Penjelasan Medis dan Penanganannya

mental health
Freepik.com

Di Indonesia, gejala Skizofrenia masih sering disalahartikan sebagai "kesurupan" atau hal mistis. Padahal, ini adalah gangguan mental serius yang membutuhkan penanganan medis tepat waktu.

Skizofrenia adalah gangguan pada otak yang menyebabkan distorsi realitas, seperti halusinasi dan delusi. Sayangnya, budaya kita seringkali menjadi penghambat terbesar penanganan medis.

Seperti diungkap dr. Jiemi Ardian, dokter spesialis psikiatri dalam penjelasannya di kanal Youtube MALAKA, banyak keluarga lebih dulu memilih pengobatan alternatif, yang justru memperparah keadaan.

Keterlambatan penanganan inilah yang menghilangkan peluang sembuh pasien. Padahal, dengan penanganan medis sedini mungkin, penderita Skizofrenia berpotensi besar untuk pulih dan kembali beraktivitas normal.

Melansir dari berbagai sumber, berikut Popmama.com rangkumkan penjelasan lengkap seputar Skizofrenia yang perlu dipahami.

1. Apa itu Skizofrenia?

mental health
Freepik.com

Menurut American Psychiatric Association, Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang memengaruhi cara berpikir, merasakan, dan berperilaku seseorang. Kondisi ini menyebabkan penderitanya mengalami distorsi realitas yang termanifestasi dalam bentuk halusinasi, delusi, serta kekacauan dalam proses berpikir.

Penting untuk dipahami bahwa ini adalah kondisi medis yang disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, ketidakseimbangan kimia otak, dan pengaruh lingkungan, sama seperti penyakit fisik lainnya yang memerlukan penanganan profesional.

Umumnya gejala dari kondisi ini muncul pada usia remaja akhir hingga dewasa awal (16-30 tahun), dengan gejala yang dapat bervariasi pada tiap individu.

Beberapa penderita mungkin mengalami gejala positif seperti halusinasi pendengaran dan delusi paranoid, sementara lainnya lebih dominan mengalami gejala negatif seperti penarikan diri sosial, penurunan motivasi.

2. Bahaya jika salah penanganan

mental health
Freepik.com

Melalui video berjudul "Skizofrenia Bisa Pulih, tapi Budaya Kita Menghambat" yang dibagikan di Youtube MALAKA, dr. Jiemi Ardian menemukan banyak kasus di mana pasien Skizofrenia justru dibawa ke pengobatan alternatif karena dianggap "kesurupan jin".

Salah satu contoh nyata yang diungkapkannya adalah keluarga yang harus menjual harta benda untuk berobat ke "orang pintar" selama bertahun-tahun, padahal yang dibutuhkan adalah penanganan medis segera.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan bahwa penanganan dini merupakan kunci keberhasilan pengobatan Skizofrenia. Karena jika semakin ditunda, maka ini bukan hanya mengurangi potensi pemulihan, tapi juga meningkatkan risiko penderita menjadi korban atau pelaku kekerasan akibat gangguan pada proses berpikirnya.

Hal ini juga sejalan dengan penjelasan dr. Jiemi, "Skizfroneia sebenarnya bisa sekali untuk ditangani dan seseorang berpotensi kembali kehidupannya secara normal. Dengan syarat perlu segera dipertemukan dan mendapatkan penanganan dari dokter sedini mungkin. Jika kemudian penanganannya diperlambat, maka semakin buruk harapan ke depannya."

3. Perlu adanya pemahaman terkait Skizfroneia

mental health
Freepik/DC Studio

Masyarakat perlu diedukasi bahwa mendatangi psikiater untuk gangguan mental adalah langkah yang tepat dan penuh kasih, bukan semata karena orang tersebut dikatakan tidak normal belaka.

Seperti diungkapkan dr. Jiemi, "Menyedihkan sekali karena kepercayaan-kepercayaan yang keliru, kita kehilangan potensi besar."

Sebagai seorang psikiatri, dr. Jiemie mengaku sedih ketika melihat banyak masyarakat yang beranggapan kondisi gangguan mental sebagai kondisi mistis.

Padahal, jika mendapat penanganan yang tepat dan cepat, pasien gangguan mental ini bisa lebih cepat kembali hidup normal seperti semula.

"Yang seharusnya seseorang bisa normal, atau minimal mendekati normal, menjadi kehilangan harapan untuk dapat menjadi normal selamanya," tambahnya menjelaskan.

4. Pengobatan untuk Skizfroneia

Pengobatan Skizofrenia memerlukan pendekatan menyeluruh yang menggabungkan beberapa metode perawatan secara bersamaan. Menurut WHO, penanganan yang berhasil biasanya melibatkan obat-obatan medis, terapi psikologis, dukungan keluarga, dan program komunitas.

Setelah proses pemeriksaan, biasanya dokter bisa meresepkan obat yang dapat mengendalikan gejala seperti halusinasi dan delusi, meski efeknya baru terlihat setelah beberapa minggu konsumsi rutin.

Selain obat, terapi psikologis juga bisa membantu penderita memahami dan mengelola gejala yang dialami, mengembangkan cara sehat menghadapi stres, serta melatih kemampuan bersosialisasi.

Jadi, berobat ke psikolog atau psikiater itu bukanlah aib, melainkan langkah tepat dan penuh keberanian untuk pulih, sama halnya seperti memeriksakan diri ke dokter saat tubuh kita sakit.

Selain segala jenis pengobatan medis, dukungan dari keluarga juga menjadi kunci penting dengan menciptakan lingkungan rumah yang mendukung dan belajar berkomunikasi secara efektif.

Yang paling penting, penanganan sedini mungkin memberikan hasil terbaik. Dengan kombinasi perawatan yang tepat dan berkelanjutan, banyak penderita Skizofrenia dapat kembali menjalani kehidupan yang produktif dan bermakna.

"Menyedihkan sekali karena kepercayaan-kepercayaan yang keliru, kita kehilangan potensi besar. So, jangan dianggap sederhana apa yang kita percaya bahwa pertolongan medis memang masih dianggap tabu," tutup dr. Jiemie menekankan.

Share
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Big Kid

See More

Beasiswa Ki Hajar Dewantara: Belajar di Sekolah Internasional Gratis!

10 Nov 2025, 16:25 WIBBig Kid