Tips Atur Keuangan Persiapan Anak Masuk Sekolah ala Rista Zwestika

- Tips meliputi evaluasi kondisi keuangan, pemahaman kebutuhan anak, libatkan anak untuk diskusi, siapkan dana darurat dan tabungan, serta manfaatkan promo yang ada.
- Siapkan dana darurat dan tabungan, manfaatkan promo belanja perlengkapan sekolah sesuai anggaran yang telah dibuat.
- Walau menggunakan promo untuk menghemat, tetap utamakan kualitas barang.
IKEA Indonesia menghadirkan Back to School 2025 dengan berbagai promo menarik untuk produk edukatif seperti meja belajar, kursi ergonomis, dan solusi penyimpanan. Ini bertujuan membantu orangtua menciptakan ruang belajar yang fungsional, nyaman, dan sesuai kebutuhan anak tanpa membebani anggaran.
Dalam sebuah konferensi pers di IKEA, Jakarta Garden City, pada Kamis (19/6/2025), Rista Zwestika Reni selaku Financial Planner berbagi tips mengatur keuangan menjelang anak masuk sekolah.
Kembali ke sekolah sering kali menjadi momen yang menantang secara finansial bagi banyak keluarga. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk lebih cermat dan terencana dalam menyiapkan dana pendidikan anak.
Nah, dalam aritkel ini Popmama.com telah merangkum terkait deretan tips atur keuangan persiapan aak masuk sekolah ala Rista Zwestika secara lebih detail.
Yuk, disimak tipsnya!
Deretan Tips Atur Keuangan Persiapan Anak Masuk Sekolah ala Rista Zwestika
1. Evaluasi kondisi keuangan bersama dengan pasangan

Menjelang anak baru masuk sekolah atau kenaikan kelas, langkah pertama adalah evaluasi keuangan keluarga secara menyeluruh. Ajak pasangan duduk bersama dan bahas apa saja kebutuhan anak ke depan.
"Tips cerdas kembali ke sekolah yang pertama, evaluasi keuangan. Evaluasi bareng-bareng, 'Gimana nih anak udah mau naik kelas 3 SMP, tahun depan dia bakal SMA, apa yang dilakukan saat ini, masuk mulai bimbel,' ini bisa panjang," ucap Rista.
Misalnya, jika anak akan naik ke jenjang SMA, pikirkan dari sekarang biaya bimbel, perlengkapan, dan keperluan lainnya. Evaluasi ini penting agar tidak ada pengeluaran yang tiba-tiba mengejutkan.
"Tinjau ulang, 'Eh pendapatan kita berapa tahun ini? Pengeluaran kita kemana ya?.' Karena biasanya setiap tahun udah naik, berarti kelasnya juga naik, tambahannya juga pasti naik. Kemudian sisihkan dananya," jelas Rista.
Setelah itu, tinjau ulang pendapatan dan pengeluaran selama setahun terakhir. Apakah ada yang bisa dikurangi agar bisa dialihkan untuk dana pendidikan?
2. Pahami kebutuhan anak

"Pahami kebutuhan anak. Contoh, kasus anak saya, masuk 3 SMP 'Apa ya kebutuhan anak saya ketika masuk kelas 3 SMP? Oh iya, tahun depan dia akan SMA berarti butuh les,' bagaimana dia bisa masuk SMA yang bagus karena nanti lulus, itu mulai lagi dengan ujian bukan berdasarkan jarak, tapi nilai," ucap Rista.
Setiap jenjang pendidikan punya kebutuhan yang berbeda. Misalnya anak kelas 3 SMP kemungkinan akan membutuhkan bimbingan belajar untuk persiapan masuk SMA.
"Selanjutnya, 'Oh iya, karena dia capek, dia harus tempatnya duduknya yang nyaman untuk belajar di rumah, oh dia butuh lampu penerangan yang bagus,' pahamin kebutuhan anak kita itu apa," jelas Rista.
Selain itu, bisa jadi anak membutuhkan meja belajar yang nyaman, atau lampu yang terang untuk menunjang proses belajarnya di rumah.
Pahami kebutuhan ini agar dana yang disiapkan benar-benar sesuai. Jika tahu apa yang harus dipenuhi, perencanaan anggaran akan jauh lebih efektif.
3. Libatkan anak untuk diskusi

Anak-anak, bahkan yang masih TK atau SD, tetap bisa diajak diskusi soal kebutuhan sekolah. Tanyakan apa yang mereka inginkan dan perlukan.
Diskusi ini melatih anak mengungkapkan pendapat sekaligus belajar bertanggung jawab atas pilihannya. Ini juga membantu orangtua memahami prioritas dari sudut pandang anak.
"Biasakan anak-anak itu diajak diskusi. Model anak sekarang tidak bisa 'Kamu ini ya, kamu begini ya, kamu harus ini ya' mohon maaf udah nggak bisa," ucap Rista.
Dengan melibatkan anak sejak awal, mereka akan lebih menghargai setiap keputusan finansial keluarga. Ini bagian penting dalam pendidikan karakter dan keuangan sejak dini.
"Ajak diskusi mau apa. Walaupun dia masih SD, TK, masih kecil. Artinya anak mulai sekarang diajarkan untuk mengungkapkan apa kemauannya dan belajar bertanggung jawab, sehingga kalau ada apa-apa itu merupakan pilihannya, dan bisa ditanggung oleh anak sendiri," jelas Rista.
Perlu diingat bahwa ketika melibatkan anak dalam diskusi ini, sesuaikan pembicaraan dengan usia mereka, apabila masih Sekolah Dasar, coba buka pembahasan terkait kebutuhan mereka. Apabila sudah menginjak usia remaja dan dirasa sudah cukup dewasa, mama dan papa bisa membahas sedikit tentang keuangan.
4. Mulai siapkan dana darurat untuk keamanan keuangan

Dana darurat sering kali diabaikan, padahal sangat penting jika terjadi hal tak terduga. Sayangnya, hanya sekitar 30% masyarakat Indonesia yang memiliki dana darurat.
Tanpa dana ini, banyak keluarga akhirnya terpaksa berutang saat keuangan terguncang. Maka dari itu, dana darurat harus menjadi bagian dari perencanaan keuangan sekolah anak.
Idealnya, dana darurat disiapkan secara rutin, meski dengan jumlah kecil. Yang penting, tersedia saat dibutuhkan, tanpa harus menggoyang anggaran utama.
"Yang kedua, siapkan dana darurat karena faktanya, hanya 30% masyarakat Indonesia yang punya dana darurat, sisanya darurat dananya. Makanya ngutang lagi, ngutang lagi," ucap Rista.
5. Selain dana darurat, tabungan juga harus disiapkan

Menabung tidak harus langsung besar, yang penting konsisten. Sisihkan Rp50 ribu, Rp100 ribu, atau lebih per bulan sesuai kemampuan.
"Papa, Mama, konsisten menabung dan menyisihkan, berapa pun itu nilainya. Misalnya 50 ribu ya silahkan, 100 ribu silahkan, misalnya 200 ribu atau 1 juta silahkan aja. Masukin ke dalam investasi, ada reksadana pasar uang, atau deposito. Yang aman, jangan tempat-tempat beresiko," jelas Rista.
Lama-lama akan terkumpul dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan mendesak. Uang ini bisa ditempatkan di investasi yang aman seperti reksadana pasar uang.
Atau bisa juga disimpan di tabungan atau deposito agar lebih terkontrol. Hindari menempatkan dana di investasi berisiko tinggi yang tidak cocok untuk keperluan pendidikan.
6. Manfaatkan promo yang ada

Belanja perlengkapan sekolah bisa jauh lebih hemat jika memanfaatkan promo. Tapi penting untuk tetap mengikuti anggaran yang telah dibuat. Apabila anggaran untuk suatu kebutuhan itu memang sudah ada, manfaatkan promo yang ada untuk kebutuhan itu, bukan membuat kebutuhan baru.
Jangan tergoda beli barang promo yang murahan dan cepat rusak. Karena barang seperti ini bisa menimbulkan biaya tambahan dalam jangka panjang.
"Yang terakhir, manfaatkan promo. Boleh nggak kita beli promo? Nggak masalah, yang penting memang sudah dianggarkan, sudah sesuai dengan kebutuhan, dan uangnya ada nih," ucap Rista.
Pilih promo untuk barang yang memang sudah direncanakan dan dibutuhkan. Selain itu, sangat penting tidak hanya tergoda dengan promo, kualitas tetap jadi hal penting juga. Uang lebih dari promo bisa disisihkan ke dana darurat atau tabungan.
"Tapi jangan juga beli promo yang barangnya murahan tapi tidak ada kualitasnya. Bisa jadi dua atau tiga bulan pemakaian rusak dan harus keluar uang lagi. Jadi tetap utamakan juga dari sisi kualitasnya," jelas Rista.
Itulah rangkuman terkait deretan tips atur keuangan persiapan anak masuk sekolah ala Rista Zwestika. Dengan perencanaan yang matang, kebutuhan sekolah anak bisa terpenuhi tanpa harus mengorbankan kestabilan keuangan keluarga.