Cari tahu, 7 Penyebab Anak Sulit Bersaing dan Berprestasi di Sekolah

Pastikan orangtua tidak mengabaikan penyebab ini ya jika ingin anak berhasil di masa depan!

2 Mei 2022

Cari tahu, 7 Penyebab Anak Sulit Bersaing Berprestasi Sekolah
Freepik/gpointstudio

Proses belajar anak menjadi fase penting yang harus diperhatikan dengan baik oleh para orangtua. Hal ini tidak hanya sebatas pada proses belajar yang dilakukan anak di rumah, tetapi juga proses belajar yang terjadi di sekolah.

Tak dapat dimungkiri bahwa proses belajar di sekolah terkadang selalu melibatkan persaingan di dalamnya. Meski bersaing sering dikaitkan dengan hal negatif, persaingan juga bisa meningkatkan motivasi pada anak selama prosesnya positif.

Sayangnya, tak semua anak memiliki kemampuan untuk dapat bersaing dengan baik di kelas, bahkan ada beberapa anak yang justru cenderung kurang berprestasi di sekolah jika dibandingkan dengan teman-temannya sekelasnya.

Lantas apa yang menyebabkan anak sulit berprestasi dan bersaing di kelas?

Berikut Popmama.com telah merangkum 7 penyebab anak sulit bersaing dan berprestasi di sekolah. Segera cari tahu dan atasi ya Ma!

1. Merasa tidak nyaman dengan suasana belajar di kelas

1. Merasa tidak nyaman suasana belajar kelas
Freepik/Gpointstudio

Hal pertama yang menjadi penyebab dari sulitnya anak dalam bersaing di sekolah ternyata bersumber dari suasana kelas yang dimilikinya.

Setiap sekolah atau bahkan kelas memang memiliki suasannya tersendiri. Hal ini ditentukan oleh banyak hal, dari cara pengajaran setiap gurunya, kurikulumnya, hingga teman-teman sekelas.

Tidak semua anak merasa nyaman dengan suasana kelas yang diikutinya. Beberapa di antaranya justru cenderung merasa kebingungan dalam mengikuti sesi yang ada sehingga tidak dapat memaksimalkan potensi belajar dengan baik.

2. Sering dibanding-bandingkan oleh orangtua dan guru

2. Sering dibanding-bandingkan oleh orangtua guru
Freepik/peoplecreations

Sebagai permulaan, penting untuk diingat bahwa tidak ada anak yang sama di dunia ini. Semua anak lahir dengan kelebihan dan kekurangannya tersendiri.

Orangtua atau guru mungkin boleh saja memiliki ekspektasi tinggi mengenai perkembangan anak, namun sejatinya hal tersebut tak selalu sesuai dengan realitasnya.

Banyak anak yang akhirnya harus menerima fakta untuk dibandingkan-bandingkan oleh orangtua dan gurunya di sekolah, sehingga memberikan kekecewaan tersendiri.

Kekecewaan inilah yang membuat mereka semakin sulit untuk bangkit dan bersaing di kelas.

Editors' Pick

3. Gaya belajar yang tidak cocok

3. Gaya belajar tidak cocok
Freepik/Pressfoto

Anak yang berbeda memiliki gaya belajar yang berbeda. Beberapa anak bisa maksimal belajar dengan gaya belajar visual, beberapa dengan mendengar, dan beberapa anak lainnya dengan praktikum.

Jika guru anak mama di sekolah menekankan gaya belajar yang tidak sesuai dengan cara anak belajar, maka tak menutup kemungkinan hal ini dapat mengakibatkan kurangnya fokus dan pemahaman anak, hingga ia merasa tak percaya diri untuk bersaing di kelas.

4. Memiliki kepercayaan diri yang rendah

4. Memiliki kepercayaan diri rendah
Freepik/DCStudio

Sedikit dibahas pada poin sebelumnya, kepercayaan diri adalah modal utama yang akan membentuk karakter positif pada anak.

Hal ini tentu saja menjadi tanggung jawab penuh bagi orangtua untuk memastikan bahwa anak-anaknya memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Sayangnya, tak semua anak mudah memperoleh kepercayaan diri. Ada beberapa anak yang justru cenderung mudah minder.

Biasanya, anak-anak dengan kepercayaan diri rendah sering disebabkan karena banyak faktor, mulai dari pola didik yang keliru dari orangtua, sering dibanding-bandingkan, atau memiliki persepsi buruk atas dirinya sendiri.

Melalui hal tersebut, anak akan semakin sulit untuk bersaing secara sehat dengan teman-temannya di kelas.

5. Tidak mendapatkan tidur atau nutrisi yang tepat

5. Tidak mendapatkan tidur atau nutrisi tepat
Freepik

Tahukah Mama bahwa pola tidur dan makan anak sangat berpengaruh pada prestasi anak di sekolah?

Dilansir dari Oxford Learning, jika anak tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup, yaitu delapan hingga sepuluh jam sehari yang direkomendasikan setiap malam, ia tidak akan memiliki energi yang dibutuhkan untuk berkonsentrasi di kelas.

Tak hanya itu, melewatkan sarapan adalah penyebab utama kurangnya fokus di kelas. Jika anak menuju ke kelas dengan perut yang lapar ditambah energi yang rendah, ia akan lebih cenderung terganggu daripada siap belajar dan bersaing dengan teman-teman di kelas.

6. Menjadi korban bullying di sekolah

6. Menjadi korban bullying sekolah
Pexels/Mikhail Nilov

Tak dapat dimungkiri lagi bahwa perundungan atau bullying menjadi salah satu hal yang sulit sekali diberantas, bahkan dengan sistem sekolah yang sudah canggih sekalipun.

Kasus perundungan tak mesti berat, apalagi sampai melibatkan fisik. Hal ini terjadi karena perundungan juga bisa disebabkan karena kasus-kasus sepele, seperti saling mengolok-olok.

Jika perundungan yang dimaksud sudah termasuk fase yang berlebihan, dampaknya bisa cukup serius pada kondisi mental anak.

Korban perundungan akan sulit untuk beraktivitas di kelas dan hal ini membuat mereka cenderung mudah merasa tak mampu jika harus bersaing dengan teman-temannya yang lain.

7. Mengalami kesulitan belajar

7. Mengalami kesulitan belajar
Freepik

Jika anak tampak terus menerus sulit berprestasi, seperti sulit bersaing di kelas, mengalami gangguan belajar, atau nilai buruk, dan Mama telah mengesampingkan penyebab lain dalam daftar ini, mungkin sudah saatnya untuk melihat kemungkinan kesulitan belajar.

Dalam beberapa kasus, anak-anak ini mungkin mengalami kesulitan belajar seperti ADD, ADHD, atau Disleksia. Atau anak mungkin juga memiliki masalah pendengaran seperti CAPD (Central Auditory Discrimination Disorder).

Masing-masing permasalahan dapat diatasi dengan bantuan tutor, ahli kesehatan, dan rencana pembelajaran, sehingga anak dapat meningkatkan fokusnya, bersaing dengan sehat, dan berhasil di kelas

Nah itulah beberapa penyebab anak sulit bersaing dan berprestasi di sekolah. Ketika ini terjadi, Mama sebagai orangtua tentunya harus menjadi sosok pertama yang sigap dalam melihat hal seperti ini pada anak.

Jangan sampai membiarkan anak merasa kesulitan dalam mengatasi permasalahannya sambil menuruti ekspektasi berlebihan dari orangtua. Bimbing dan bantu anak dalam proses belajarnya, ya!

Baca juga:

The Latest