- Anak sering membantah atau bilang "gak mau" untuk hal sederhana.
- Mama merasa harus "menang" supaya anak nurut.
- Situasi berubah jadi adu emosi karena sama-sama tegang atau marah.
- Anak jadi semakin keras kepala saat dikasih perintah.
- Ada rasa frustrasi atau lelah setiap menghadapi rutinitas yang sama.
Tenang Ma! Ini 10 Kalimat Ampuh saat Anak Ngeyel dan Susah Diatur

- Kenali tanda-tanda power struggle antara orangtua dan anak.
- 10 kalimat ampuh untuk hadapi power struggle dengan anak.
- Mengakhiri power struggle dengan empati dan ketegasan.
Anak tantrum, ngeyel, atau bilang “gak mau!” terus-menerus? Bisa jadi Mama sedang terjebak dalam power struggle dengan si Kecil. Sebagai orangtua, pasti ada momen ketika anak tidak mau mengikuti arahan dari hal kecil seperti menyikat gigi, sampai hal besar seperti pulang dari playground. Tiba-tiba suasana rumah jadi panas, dan yang terjadi bukan kerja sama, tapi adu argumen.
Inilah yang disebut power struggle, situasi saat orangtua dan anak saling bersikeras mempertahankan kehendak masing-masing.
Kalau tidak ditangani dengan cara yang tepat, power struggle bisa jadi kebiasaan yang mengganggu koneksi emosional antara orangtua dan anak.
Tapi tenang, Ma! Berikut Popmama.com berikan 10 kalimat ampuh saat anak ngeyel dan susah diatur.
Kenali Tanda Terjebak Power Struggle

Sebelum tahu cara mengatasi power struggle, penting untuk mengenali dulu tanda-tandanya. Berikut beberapa sinyal umum bahwa Mama dan anak sedang dalam power struggle. Hal ini biasa juga dikenal sebagai perebutan kekuasaan di saat anak dan orangtua bersikeras mempertahankan kehendaknya masing-masing, sehingga terjadi ribut antara yang paling berkuasa di situasi itu.
Jika Mama merasa salah satu (atau semuanya) pernah terjadi, itu wajar. Anak-anak masih belajar mengelola emosi dan mengenali batas. Sehingga orangtua perlu membimbing dan bukan mendominasi.
1. "I can see you're upset. Let's take a break and try again soon."

“Aku lihat kamu sedang kesal. Ayo istirahat dulu, nanti kita coba lagi.”
Kalimat ini mengajarkan anak bahwa perasaan mereka diakui dan dimengerti, sekaligus memberi kesempatan untuk menenangkan diri sebelum menghadapi situasi yang membuat frustrasi. Anak belajar bahwa tidak apa-apa merasa marah atau kesal, tapi penting untuk berhenti sejenak dan kembali dengan kepala lebih dingin agar masalah bisa diselesaikan lebih efektif.
2. "I'm here to help you, not to fight with you."

“Aku di sini untuk bantu kamu, bukan untuk berdebat.”
Dengan mengatakan ini, Mama menekankan bahwa tujuan interaksi bukan untuk menang atau kalah, melainkan untuk mendukung anak. Anak merasa aman dan didengar, sehingga ia lebih terbuka untuk menerima bantuan dan bekerja sama.
Kalimat ini membangun rasa kepercayaan dan hubungan positif antara orangtua dan anak saat menghadapi konflik.
3. "We can handle this together."

“Kita bisa atasi ini bareng-bareng.”
Kalimat ini mengajarkan anak bahwa mereka tidak sendirian menghadapi masalah. Dengan membangun rasa kebersamaan, anak belajar bahwa solusi bisa dicapai melalui kolaborasi dan komunikasi.
Hal ini juga memperkuat keterampilan sosial dan kemampuan anak untuk meminta bantuan ketika menghadapi kesulitan.
4. "Your feelings are okay. Your actions still need to be safe."

“Perasaanmu nggak apa-apa, tapi tindakanmu tetap harus aman.”
Di sini, Mama memvalidasi perasaan anak tanpa menolak emosinya, tapi tetap menekankan batasan yang aman. Anak belajar bahwa semua perasaan itu wajar, namun tindakan harus bertanggung jawab.
Ini membantu anak membedakan antara emosi yang alami dan perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain.
5. "You have a choice. You can do it now or in five minutes — which do you prefer?"

“Kamu punya pilihan. Mau lakukan sekarang atau lima menit lagi?”
Memberikan anak pilihan dalam situasi tertentu mengajarkan mereka konsep tanggung jawab dan kontrol diri. Anak belajar untuk membuat keputusan sendiri dan merasakan konsekuensinya dalam batasan yang aman.
Cara ini juga mengurangi rasa terpaksa dan meminimalkan konflik karena anak merasa dihargai.
6. "It’s my job to keep you safe, even when you're upset."

“Tugasku menjaga kamu tetap aman, bahkan saat kamu marah.”
Kalimat ini menegaskan peran orangtua sebagai pelindung, tanpa menolak emosi anak. Anak memahami bahwa batasan dan aturan bukan bentuk hukuman, tapi cara orangtua menjaga keselamatan mereka. Ini mengajarkan anak menghargai aturan sambil tetap merasa dicintai.
7. "I won’t argue with you, but I’m still listening."

“Aku nggak mau berdebat, tapi aku tetap mendengarkan.”
Dengan kalimat ini, Mama menunjukkan kesabaran dan kemampuan mendengarkan tanpa ikut terbawa emosi anak. Anak belajar bahwa mereka bisa mengekspresikan perasaan tanpa memaksa orang lain ikut marah atau berdebat, sehingga anak mulai memahami konsep komunikasi yang sehat.
8. "Let’s pause for a moment and take some deep breaths."

“Ayo kita jeda sebentar dan tarik napas dalam-dalam.”
Kalimat ini mengajarkan anak strategi menenangkan diri secara praktis. Anak belajar untuk mengontrol emosi, menarik napas dalam-dalam, dan memberi waktu pada diri sendiri sebelum bertindak. Keterampilan ini sangat berguna untuk mengatasi frustrasi, kemarahan, atau ketidakpuasan sejak usia dini.
9. "I love you, and the answer is still no."

“Aku sayang kamu, tapi jawabannya tetap tidak.”
Dengan mengungkapkan kasih sayang sekaligus menegakkan batasan, anak memahami bahwa aturan dan cinta bisa berjalan beriringan. Anak belajar menerima keputusan yang tidak sesuai keinginannya tanpa merasa ditolak secara pribadi, sehingga membangun rasa aman dan disiplin yang sehat.
10. "We can talk more when we’re both calm."

“Kita bisa ngobrol lagi nanti saat kita berdua sudah tenang.”
Kalimat ini mengajarkan anak pentingnya komunikasi setelah emosi mereda. Anak belajar menunda percakapan sampai siap mendengar dan berdiskusi dengan kepala dingin, sehingga konflik dapat diselesaikan dengan lebih efektif. Ini juga melatih anak untuk mengelola emosi sendiri sebelum berdialog dengan orang lain.
Mengakhiri power struggle bukan soal siapa yang lebih kuat atau siapa yang menang. Anak-anak akan lebih mendengarkan saat mereka merasa dimengerti, dihargai, dan dicintai bahkan di saat mereka sedang tidak setuju.
Dengan menggunakan 10 kalimat ampuh saat anak ngotot dan susah diatur penuh empati dan ketegasan ini, Mama tidak hanya meredakan konflik, tapi juga mengajarkan anak cara mengelola emosi dan konflik secara sehat.



















