Tinja yang keras atau kotoran yang terjebak di dalam usus buntu sehingga menghalangi saluran.
Lendir, cairan usus, atau pembengkakan kelenjar getah bening yang menekan dan menyumbat.
Infeksi parasit di usus juga bisa menyebabkan gangguan ini.
Infeksi bakteri atau virus yang membuat usus buntu meradang dan membengkak.
Faktor lain bisa berupa pembesaran jaringan limfoid yang umum terjadi pada anak-anak.
Kadang juga bisa disebabkan oleh cedera pada perut.
Ini Penyebab Usus Buntu pada Anak, Waspada Memilih Jajanan!

Kini, semakin banyak penyakit yang tidak menular pada anak-anak. Salah satunya adalah usus buntu, karena biasanya usus buntu ini menyerang orang dewasa.
Ternyata, penyebab penyakit usus buntu pada anak terjadi karena gaya hidup anak-anak saat ini semakin tidak baik. Pencernaan pada anak belum terbentuk secara sempurna, hal ini mengakibatkan banyak anak yang terkena usus buntu.
Seperti dalam sebuah video yang diunggah di Instagram oleh akun @dr.trias_sp.anak. Dirinya membagikan sebuah pengalaman, yaitu memiliki pasien berusia 4 dan 6 tahun yang sudah mengalami penyakit usus buntu.
Ternyata, kedua pasien tersebut mengalami penyakit usus buntu karena terlalu sering mengonsumsi makanan tidak sehat seperti mie instan, makanan cepat saji, dan jajanan pinggir jalan tanpa mengimbanginya dengan makanan yang mengandung serat.
Dalam unggahan tersebut juga pemiliki akun mengingatkan Mama sebagai orangtua, untuk jangan terlebih dahulu mengenalkan jajanan dan mie instan pada anak usia di bawah 10 tahun.
Untuk lebih lengkapnya, Popmama.com merangkum informasi mengenai usus buntu pada anak. Yuk, mari simak artikel berikut ini.
Penyebab Usus Buntu pada Anak

Penyebab utama usus buntu pada anak adalah penyumbatan pada usus buntu (apendiks), yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
Sumbatan ini dapat berupa tinja yang mengeras (fecalit), pembesaran jaringan limfoid, atau infeksi. Sumbatan ini juga menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada usus buntu.
Penyebab penyumbatan tersebut bisa bermacam-macam, antara lain:
Ketika saluran usus buntu tersumbat, bakteri akan berkembang biak dan memicu peradangan yang disebut apendisitis. Jika tidak segera ditangani, usus buntu bisa pecah, menyebabkan infeksi serius yang berbahaya bagi anak.
Selain itu, kurang konsumsi makanan berserat juga bisa menyebabkan tinja keras dan meningkatkan risiko penyumbatan ini.
Gejala Usus Buntu pada Anak

Gejala usus buntu pada anak bisa bervariasi, tetapi beberapa tanda umum yang perlu Mama waspadai adalah:
Nyeri perut: Biasanya dimulai di sekitar pusar dan dalam beberapa jam berpindah ke bagian kanan bawah perut. Rasa sakit ini makin terasa saat anak bergerak, batuk, atau disentuh di area tersebut.
Demam: Anak bisa mengalami demam ringan hingga tinggi, terutama jika usus buntu sudah pecah.
Mual dan muntah serta hilangnya nafsu makan sering menyertai kondisi ini.
Perut bengkak atau kembung juga bisa terjadi, apalagi pada anak yang lebih kecil.
Perubahan buang air besar seperti diare atau sembelit.
Detak jantung lebih cepat dari biasanya.
Pada kasus tertentu, anak bisa merasa sakit saat buang air kecil, yang kadang disalahartikan sebagai infeksi saluran kemih.
Penting untuk Mama perhatikan adalah jika anak menunjukkan gejala-gejala di atas, terutama nyeri perut yang semakin parah dan disertai demam, segera bawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Usus buntu yang pecah bisa sangat berbahaya, jadi deteksi dini dan penanganan medis sangat penting.
Pengobatan Usus Buntu pada Anak

Usus buntu pada anak biasanya diatasi dengan dua cara utama, yaitu operasi dan pengobatan antibiotik. Berikut penjelasannya:
Operasi apendektomi
Operasi pengangkatan usus buntu (apendektomi) merupakan penanganan utama untuk usus buntu pada anak. Ada dua jenis operasi yang sering dilakukan:Laparoskopi: Operasi minimal invasif dengan beberapa sayatan kecil di perut untuk mengangkat usus buntu menggunakan alat khusus dengan kamera. Keuntungannya adalah pemulihan lebih cepat dan risiko komplikasi lebih rendah.
Operasi terbuka: Operasi dengan sayatan lebih besar, biasanya dilakukan jika usus buntu sudah pecah atau keadaan anak kurang memungkinkan laparoskopi. Dokter akan membersihkan area infeksi dan mengangkat usus buntu.
Pengobatan antibiotik
Pada kasus usus buntu yang masih ringan atau pada beberapa kondisi tertentu, dokter bisa memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi dan peradangan tanpa operasi.Anak akan menerima antibiotik melalui infus di rumah sakit dan lanjut dengan antibiotik oral di rumah selama beberapa hari. Namun, jika kondisi memburuk atau usus buntu berulang, maka tindakan operasi tetap diperlukan.
Drainase nanah (jika usus buntu pecah)
Jika usus buntu anak sudah pecah dan terjadi abses (penumpukan nanah), dokter mungkin akan melakukan prosedur drainase untuk mengeluarkan nanah terlebih dahulu, kemudian operasi pengangkatan usus buntu dilakukan setelah infeksi berkurang.Perawatan pasca operasi
Setelah operasi, anak biasanya akan dirawat di rumah sakit selama beberapa hari untuk pemantauan, mendapatkan obat antibiotik lanjutan dan obat pereda nyeri.Mama juga perlu membantu anak menjaga pola makan yang baik dan menghindari makanan yang kurang sehat selama masa pemulihan.
Makanan yang Perlu Dihindari saat Anak Mengalami Usus Buntu

Untuk mencegah terjadinya memperparah penyakit usus buntu pada anak, sebaiknya Mama menghindari memberikan beberapa makanan dan mengedukasi anak untuk menghindarinya juga. Berikut adalah makanan yang memperparah usus buntu.
Makanan pedas: Makanan pedas, terutama yang mengandung biji cabai atau paprika, dapat memicu iritasi pada usus dan meningkatkan risiko penyumbatan.
Makanan tinggi lemak: Makanan tinggi lemak, seperti makanan cepat saji dan daging merah, membutuhkan waktu lebih lama untuk dicerna dan dapat menyebabkan sembelit, yang pada gilirannya dapat memperparah radang usus buntu.
Makanan yang sulit dihancurkan: Makanan yang sulit dihancurkan, seperti biji-bijian atau serat kasar, dapat menyumbat usus buntu dan menyebabkan peradangan.
Makanan tinggi gula: Makanan tinggi gula dapat menyebabkan sembelit dan meningkatkan risiko infeksi, termasuk radang usus buntu.
Makanan yang mengandung garam tinggi: Makanan dengan kadar garam tinggi dapat mengiritasi usus dan memperburuk kondisi usus buntu.
Makanan yang Disarankan untuk Anak yang mengalami Usus Buntu

Agar kondisi anak tidak semakin parah apabila sedang mengalami usus buntu, sebaiknya Mama memberikan makanan berikut ini:
Makanan cair dan mudah dicerna: Seperti sup kaldu, sup bening, jus apel tanpa ampas. Makanan ini membantu menjaga hidrasi dan mudah diterima oleh perut anak.
Protein rendah lemak: Daging ayam tanpa kulit, ikan kukus, tahu, tempe, atau telur rebus. Protein sangat penting untuk membantu proses pemulihan luka dan menjaga stamina tubuh anak.
Sayuran yang dimasak: Berikan sayuran yang sudah dimasak matang (seperti wortel, labu, zucchini) agar mudah dicerna. Hindari sayuran mentah, terutama yang berserat kasar.
Hidrasi yang cukup: Pastikan anak minum air putih yang cukup setiap hari untuk menunjang proses pemulihan mereka.
Rempah penunjang: Beberapa sumber menyarankan bahan alami seperti buttermilk, jahe (hangat, bukan pedas), dan air seduhan biji fenugreek sebagai tambahan untuk menenangkan pencernaan dan mengurangi radang, jika anak bersedia dan sudah mengenal bahan tersebut.
Nah Ma, itulah gejala, penyebab, dan cara menangani usus buntu pada anak. Hindari anak dari makanan instan dan cepat saji karena pencernaan anak belum terbentuk sempurna.



















