Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

7 Bahaya Anak Mengonsumsi Susu Kental Manis, Penting untuk Diperhatikan!

Susu kental manis
Freepik/azerbaijan_stockers
Intinya sih...
  • Susu kental manis terlalu manis tapi minim giziSusu kental manis mengandung 40-50% gula dengan sedikit nutrisi penting seperti protein, kalsium, dan vitamin.
  • Meningkatkan risiko anak ketergantungan gulaKebiasaan konsumsi rasa manis bisa menyebabkan ketergantungan gula yang berisiko obesitas dan diabetes.
  • Anak bisa stunting dan gizi burukKurangnya nutrisi penting dalam susu kental manis dapat menyebabkan stunting dan gizi buruk pada anak usia di bawah lima tahun.

Ma, susu kental manis sering kali dianggap sebagai susu yang bisa dikonsumsi anak setiap hari. Rasanya yang manis, harganya yang terjangkau, dan rasanya yang enak membuat banyak orangtua menjadikannya sebagai minuman harian atau campuran makanan si Kecil.

Namun, tahukah Mama? Di balik rasanya yang lezat, susu kental manis sebenarnya tidak dirancang untuk dikonsumsi sebagai pengganti susu atau asupan utama anak, lho. Kandungan gulanya yang sangat tinggi dan rendahnya nutrisi penting justru bisa menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kesehatan anak.

Beberapa ahli gizi dan lembaga resmi seperti BPOM dan Kementerian Kesehatan bahkan telah mengeluarkan peringatan mengenai penggunaan susu kental manis, khususnya untuk bayi dan anak-anak.

Kali ini Popmama.com akan membahas seputar bahaya anak mengonsumsi susu kental manis yang bisa jadi edukasi buat Mama dan Papa.

1. Susu kental manis terlalu manis tapi minim gizi

makanan dan susu kental manis
Freepik/jcomp

Susu kental manis memang terasa lezat dan sering disukai anak-anak karena rasanya yang sangat manis. Tapi jangan terkecoh ya, Ma.

Di balik rasanya yang nikmat, susu kental manis ternyata mengandung sekitar 40 hingga 50 persen gula, sementara kandungan nutrisi penting seperti protein, kalsium, dan vitamin sangat sedikit.

Alih-alih menyehatkan, konsumsi rutin susu kental manis justru bisa menyebabkan kelebihan gula dalam tubuh tanpa manfaat gizi yang seimbang.

2. Meningkatkan risiko anak ketergantungan gula

Anak menyantap ice cream
Freepik

Tingginya kadar gula dalam susu kental manis bisa membentuk kebiasaan makan manis sejak dini lho, Ma.

Anak-anak yang terbiasa mengonsumsi rasa manis cenderung sulit menerima makanan dengan rasa alami, seperti buah atau sayur.

Menurut dr. Rita Ramayulis, meskipun dikonsumsi sedikit, dampaknya tetap seperti anak yang mengonsumsi gula.

Jika dibiarkan, kebiasaan ini bisa berkembang menjadi ketergantungan gula yang berisiko berlanjut hingga dewasa dan memicu berbagai masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes, hingga gangguan metabolisme.

3. Anak bisa stunting dan gizi buruk

Mother and daughter visiting pediatrician
Freepik/pressfoto

Susu kental manis sering disalahartikan sebagai pengganti susu yang menyehatkan, padahal kandungan nutrisinya sangat rendah.

Jika dikonsumsi rutin sebagai sumber gizi utama, anak bisa mengalami kekurangan nutrisi penting yang dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya, seperti protein, kalsium, dan vitamin.

Kondisi ini dapat meningkatkan risiko gizi buruk, bahkan stunting, terutama pada anak usia di bawah lima tahun.

BPOM pun telah menegaskan bahwa susu kental manis tidak boleh diberikan kepada balita karena tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi harian mereka.

4. Meningkatkan risiko anak obesitas

Anak laki-laki sedang makan kentang
Freepik

Kandungan gula yang sangat tinggi dalam susu kental manis membuat asupan kalori anak jadi berlebihan, terutama jika dikonsumsi setiap hari.

Kalori kosong dari gula ini tidak dibarengi dengan asupan nutrisi yang cukup, sehingga tubuh anak menyimpan kelebihan energi sebagai lemak.

Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan kelebihan berat badan hingga obesitas lho, Ma. Anak yang mengalami obesitas sejak dini.

5. Menyebabkan kerusakan gigi pada anak

Kerusakan gigi pada anak
Freepik/pvproductions

Kadar gula yang tinggi dalam susu kental manis sangat mudah menempel di gigi anak, terutama jika dikonsumsi langsung sebagai minuman atau dicampur dalam makanan tanpa dibersihkan dengan baik.

Gula ini menjadi makanan bagi bakteri di mulut yang menghasilkan asam dan merusak enamel gigi. Jika dibiarkan, anak bisa mengalami gigi berlubang, nyeri, hingga infeksi.

Risiko ini semakin besar jika konsumsi susu kental manis tidak diimbangi dengan kebiasaan menyikat gigi secara rutin.

6. Menyebabkan tumbuh kembang anak terganggu

Anak laki-laki dan teddy bear
Freepik

1000 hari pertama kehidupan anak adalah periode emas untuk tumbuh kembang, baik secara fisik maupun mental.

Pada masa ini, anak membutuhkan asupan gizi yang lengkap dan seimbang, seperti protein, kalsium, zat besi, dan berbagai vitamin untuk mendukung pertumbuhan tinggi badan, berat badan, perkembangan otak, serta sistem kekebalan tubuhnya.

Jika susu kental manis dijadikan sumber utama asupan, padahal kandungan nutrisinya tidak memadai dan kadar gulanya sangat tinggi, maka kebutuhan gizi anak tidak akan terpenuhi.

Akibatnya, pertumbuhan bisa terhambat, anak lebih mudah sakit, dan kemampuan belajarnya pun bisa terganggu.

Itulah mengapa penting bagi orang tua untuk memahami peran gizi seimbang dan tidak menggantinya dengan produk yang terlihat praktis namun tidak bernutrisi.

7. Mengganggu pola makan sehat sejak dini

Anak susah makan sayur
Freepik

BPOM dan Kementerian Kesehatan telah menegaskan bahwa susu kental manis bukanlah susu, melainkan krimer dengan kadar gula tinggi dan kandungan gizi yang sangat rendah.

Sayangnya, banyak Mama dan Papa yang keliru karena pengaruh iklan yang menggambarkan produk ini seolah-olah sehat untuk anak.

Akibatnya, anak bisa terbiasa dengan rasa manis dan menolak makanan bernutrisi seperti buah, sayur, atau susu segar.

Jika pola makan ini terus dibiarkan, anak berisiko mengalami gangguan kesehatan dan kesulitan membentuk kebiasaan makan sehat hingga dewasa.

Nah, itulah informasi mengenai bahaya anak mengonsumsi susu kental manis. Yuk, terapkan hidup sehat dengan tidak memberikan susu kental manis yang berlebihan pada anak.

Share
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us