Kapan dan Bagaimana Cara Mengajarkan Privasi Tubuh pada Anak?

Ketahui efek negatif yang akan mereka dapatkan saat Mama tidak mengenalkan pentingnya privasi tubuh!

3 Desember 2021

Kapan Bagaimana Cara Mengajarkan Privasi Tubuh Anak
Unsplash/leo rivas

Ketika anak masih kecil, wajar rasanya jika Mama tidak berpikir dua kali untuk mengganti pakaian di depannya.

Bahkan Mama dan si Kecil kerap mandi bersama di setiap kesempatan.

Meskipun Mama merasa sah-sah saja bertelanjang di hadapan anak, namun nyatanya Mama tidak bisa melakukan hal tersebut pada anak ketika ia sudah mulai berbicara, bisa mengajukan pertanyaan dan sudah dapat lebih jeli terhadap segala hal di sekitarnya.

Jika anak sudah bisa melakukan hal-hal tersebut, maka ada baiknya jika Mama mengajarkan pentingnya privasi tubuh padanya, baik privasi tubuh Mama ataupun privasi tubuhnya sendiri.

Namun, yang menjadi pertanyaan, bagaimana dan usia berapa tepatnya Mama harus berhenti bertelanjang di depan anak dan mengajarkan privasi tubuh pada mereka?

Lalu, apa saja efek psikologis pada mereka jika masih terpapar hal tersebut?

Berikut penjelasan selangkapnya dari Popmama.com!

1. Sampai kapan orangtua boleh bertelanjang di depan anak

1. Sampai kapan orangtua boleh bertelanjang depan anak
Unsplash/jessica to oto o

Beberapa psikolog menyebutkan bahwa sebaiknya orangtua menghentikan kebiasaanya bertelanjang di depan anak saat usianya mencapai 3-5 tahun. 

Namun, batas usia ini bisa bervariasi tergantung kepada nilai-nilai maupun budaya yang dipegang oleh masing-masing keluarga, serta bisa saja lebih cepat sebelum anak berusia 3 tahun.

Ketika anak mulai mengerti saat orangtua mengajarkannya tentang anggota tubuh pribadi yang sebaiknya tidak diperlihatkan saat berganti pakaian ataupun tidak boleh disentuh oleh sembarang orang, maka saat itulah Mama juga harus menghentikan kebiasaan bertelanjang di depan anak.

Tak hanya itu, ketika anak mulai mengunci pintu toilet saat ia sedang buang air kecil, ataupun saat ia memberikan respon saat melihat bagian tubuh orangtua atau oranglain, maka hal tersebut juga menjadi tanda bahwa ia sudah siap diajarkan mengenai privasi tubuh.

2. Bagaimana cara mengajarkan anak mengenai privasi tubuh

2. Bagaimana cara mengajarkan anak mengenai privasi tubuh
Unsplash/rhone

Mengajarkan anak mengenai privasi tubuh bukanlah hal yang sulit, berikut tahapan yang dapat Mama terapkan pada mereka:

  • Menutup pintu

Jangan pernah ragu untuk menutup dan mengunci pintu kamar mandi. Tidak apa-apa jika mereka menangis sejenak. 

Biasakan pada mereka untuk mengetuk pintu terlebih dahulu dan menunggu respon hingga Mama membolehkannya masuk.

  • Ajarkan apa yang boleh dilakukan di muka umum dan yang tidak

Jelaskan padanya bahwa ada hal-hal yang boleh dipakai di depan orang lain dan yang tidak.

Memakai sepatu tidak apa-apa jika dilakukan di depan orang lain, namun tidak untuk memakai pakaian dalam. 

Mencuci tangan tidak apa-apa dilakukan di depan orang lain, namun tidak saat ia sedang buang air kecil. 

  • Menjelaskan bagian-bagian tubuh pribadi

Cara yang baik untuk mengajari anak-anak agar dapat menghormati tubuhnya adalah dengan mengajarkan mereka tentang norma kesopanan. 

Tidak perlu repot menjelaskan area tubuh mana saja yang tidak boleh dilihat orang, Mama hanya cukup menjelaskan bahwa area yang tertutup pakaian renang merupakan area pribadi tubuhnya yang tidak boleh diperlihatkan atau disentuh oleh orang lain.

3. Efek psikologis bagi anak

3. Efek psikologis bagi anak
Unsplash/kelly sikkema

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang masih terpapar ketelanjangan orangtua antara usia 6 sampai 11 tahun menunjukkan sikap permisif tentang seks dan lebih cenderung terlibat dalam hubungan seksual yang kasual.

Hasil dari penelitian yang sama juga menunjukkan bahwa anak laki-laki yang berusia tiga sampai lima tahun yang secara teratur melihat orangtua mereka telanjang sebenarnya memiliki citra diri yang lebih positif tentang tubuh mereka.

Nah, itulah 3 fakta yang perlu Mama ketahui untuk mengajarkan privasi tubuh pada anak.

Sebenarnya kunci utama yang perlu Mama lakukan adalah memberikan contoh terlebih dahulu pada mereka. Setelah itu, ajarkan ia secara perlahan namun pasti.

Jangan tunggu sampai ia terpapar dampak negatifnya ya, Ma!

Baca juga:

The Latest