Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Cegah Obesitas, Pemerintah Singapura Larang Anak Main Gadget pas Makan

toddler eating.jpg
Freepik

Selain cegah obesitas, Singapura ingin anak-anak punya waktu interaksi dengan orangtua

Pemerintah Singapura baru-baru ini mengeluarkan panduan ketat yang perlu orangtua terapkan untuk membatasi screen time pada anak-anaknya.

Dalam aturan tersebut, anak-anak dilarang menggunakan gadget saat makan dan membatasi penggunaan layar sesuai dengan usianya.

Demi kepentingan anak agar tumbuh lebih optimal, berikut Popmama.com rangkumkan alasan pemerintah Singapura terapkan aturan pembatasan gadget pada anak.

1. Mencegah anak terkena penyakit obesitas

obesity kid.jpg
Freepik/jcomp

Salah satu alasan pemerintah Singapura menetapkan aturan pembatasan gadget pada anak saat makan adalah untuk mencegah terjadinya penyakit obesitas usia dini.

Sudah banyak ahli dan penelitian terdahulu yang mengaitkan adanya penyebab obesitas karena penggunaan gadget. Salah satunya karena bisa mengurangi aktivitas fisik, sehingga kurang adanya pergerakan untuk membakar kalori.

Selain itu, studi dalam Pediatrics Journal (2019) menemukan bahwa anak yang menonton TV sambil makan lebih mungkin mengonsumsi junk food dan dikaitkan dengan kebiasaan ngemil tidak sehat yang bisa mempercepat kenaikan berat badan.

Anak yang terlalu lama terpapar layar juga bisa mengganggu pola tidur lho, Ma. Hal ini lantaran cahaya biru pada gadget bisa menekan produksi melatonin atau hormon pengatur tidur, sehingga anak sulit tidur nyenyak. 

2. Ajang promosi interaksi keluarga

family time.jpg
Freepik/tirachardz

Dalam peraturan yang dibagikan pemerintah Singapura sebagai bagian dari inisiatif “Grow Well SG”, aturan utama yang ditujukan adalah agar fokus anak tidak terpecah karena perangkat digital, baik gadget maupun TV.

Aturan ini dibuat juga bertujuan tak hanya untuk membentuk kebiasaan sehat sejak dini, tapi juga sebagai ajang promosi interaksi keluarga agar terbebas dari layar gadget, baik saat makan maupun family time.

Pemerintah Singapura mendorong agar seluruh orangtua mengganti screen time dengan kegiatan bonding, seperti bercerita atau bermain di luar. Mendukung aturan tersebut, penelitian dari Harvard Medical School juga menunjukkan adanya interaksi langsung akan lebih efektif mendukung perkembangan kognitif dan emosional anak.

Jadi, bukan semata untuk membentuk kebiasaan baik anak agar terhindar dari penyakit obesitas sejak dini, tapi pembatasan screen time juga bisa membantu orangtua agar lebih banyak waktu bersama dengan anaknya.

3. Anjuran batasan layar sesuai usia

screen time.jpg
Freepik

Lebih lanjut, pemerintah Singapura juga merekomendasikan anjuran batasan layar sesuai usia yang sebelumnya telah dirilis oleh organisasi kesehatan dunia atau WHO.

Dalam pedoman yang dianjurkan WHO tersebut, pemerintah Singapura ingin setiap anak yang usianya masih di bawah 18 bulan tidak diperbolehkan terpapar layar sama sekali.

Untuk usia 18 bulan - 6 tahun, anak hanya diperbolehkan menonton konten edukatif dengan maksimal waktu 1 jam per hari. Di usia anak 7-12 tahun, maksimal screen time adalah 2 jam per hari di luar sekolah.

Dengan menerapkan anjuran yang telah disarankan WHO ini, diharapkan para orangtua bisa menekankan pentingnya aktivitas fisik untuk tumbuh kembang anak yang lebih optimal.

Berkaca dari kebijakan baru Singapura di atas, tentunya ini semua bisa menjadi pengingat bagi kita para orangtua untuk lebih bijak mengatur screen time anak. 

Nggak hanya di negara Singapura, tapi hal serupa juga bisa diterapkan bagi semua orangtua di seluruh penjuru dunia untuk membangun kebiasaan baik sejak dini dan meningkatkan interaksi antara anak dan orangtua.

Yuk, mulai terapkan pada si Kecil di rumah, Ma!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us