Dampak Luka Batin Orangtua di Masa Lalu pada Anak, Bisa Fatal!

Tanpa disadari, pengalaman masa kecil orangtua bisa membentuk cara mereka membesarkan anak, lho.
Tumbuh dalam lingkungan yang menuntut untuk selalu kuat, dilarang menangis, atau tidak boleh banyak bicara, bisa meninggalkan luka yang terbawa hingga dewasa.
Ketika menjadi orangtua, luka tersebut muncul kembali dalam bentuk pola asuh, misalnya sulit mendengarkan anak tanpa menyela, merasa lelah saat anak menangis, atau menuntut anak untuk cepat pulih tanpa memahami emosinya.
Luka batin yang belum selesai ini dapat memengaruhi hubungan dengan anak. Jika tidak disadari dan disembuhkan, luka lama berisiko menurun dan berdampak pada perkembangan emosi anak.
Penting bagi orangtua untuk mengenali pola ini agar dapat membangun hubungan yang lebih sehat dan penuh empati.
Berikut Popmama.com akan membahas apa saja dampak luka batin orangtua di masa lalu pada anak agar Mama dan Papa lebih peka terhadap perasaan anak.
1. Anak bisa merasa dikekang

Saat kecil, orangtua yang pernah merasa sendiri dan tidak punya sosok pelindung. Pengalaman itu membuat mereka ingin menjaga anak sekuat mungkin agar tidak merasakan hal yang sama.
Namun, pola asuh yang terlalu protektif justru bisa membuat anak merasa terkekang. Anak jadi takut mengambil keputusan, ragu mencoba hal baru, dan merasa tidak dipercaya.
Lama kelamaan, hal ini bisa menghambat rasa percaya diri anak dan membuatnya sulit belajar dari pengalaman sendiri.
2. Anak takut salah dan mudah stres

Ada orangtua yang sejak kecil tumbuh dengan tekanan untuk selalu jadi yang terbaik. Sering dibandingkan dengan saudara atau teman, dituntut untuk tidak pernah gagal, dan merasa hanya dihargai saat berhasil.
Luka seperti ini bisa terbawa hingga dewasa dan tanpa sadar memengaruhi cara memperlakukan anak lho, Ma.
Saat menjadi orangtua, luka itu muncul dalam bentuk ekspektasi tinggi. Anak dituntut untuk selalu berhasil, tidak boleh malas, harus cepat paham, dan terus memenuhi standar yang mungkin tidak sesuai usianya.
Tanpa disadari, hal ini bisa membuat anak takut salah, mudah stres, dan kehilangan rasa percaya diri. Anak merasa dirinya tidak cukup baik, bahkan ketika sudah berusaha keras.
3. Anak menjadi haus validasi di luar rumah

Beberapa orangtua tumbuh di lingkungan yang kaku secara emosional. Dimana mereka jarang dipeluk, tidak pernah dipuji, dan sering merasa kesepian.
Tanpa disadari, pengalaman ini membentuk cara mereka mengekspresikan kasih sayang. Saat menjadi orangtua, muncul rasa canggung untuk memeluk, memuji, atau menyatakan cinta secara terbuka.
Padahal, anak sangat membutuhkan kehangatan emosional dari orangtuanya. Jika hal ini tidak terpenuhi, anak bisa tumbuh dengan perasaan kurang dicintai.
Anak pun menjadi haus validasi dari luar, mencari pengakuan lewat orang lain, dan merasa nilainya tergantung pada pendapat orang lain, bukan dari rasa percaya diri yang tumbuh dari rumah.
4. Anak ikut memendam emosi

Sebelum menjadi orangtua, beberapa orang tumbuh dalam lingkungan yang tidak memberi ruang untuk menunjukkan perasaan.
Ketika semakin dewasa, Mama dan Papa secara langsung menyembunyikan emosi dan menganggap bahwa menunjukkan perasaan adalah hal yang salah.
Pengalaman ini bisa terbawa hingga dewasa dan memengaruhi cara mendampingi anak, lho.
Saat anak menangis atau kecewa, orangtua yang memendam luka semacam ini sering memberi respons seperti "gak usah nangis terus" Padahal, anak sedang butuh didengarkan dan dipahami.
Jika hal ini terjadi terus-menerus, anak bisa tumbuh dengan kebingungan terhadap emosinya sendiri. Ia jadi terbiasa menekan perasaan, dan kesulitan mengekspresikan apa yang sebenarnya ia rasakan.
5. Anak tidak mampu menyelesaikan permasalahannya

Orang yang terbiasa melihat konflik tapi diminta pura-pura semuanya baik-baik saja bisa tumbuh dengan anggapan bahwa konflik harus dihindari.
Saat menjadi orangtua, ketakutan ini membuat mereka sulit jujur, lebih memilih diam, dan enggan membicarakan perbedaan.
Akibatnya, mempunyai anak yang tidak tahu cara menyelesaikan masalah secara sehat dan bisa tumbuh dengan pola komunikasi yang tertutup atau meledak saat ada konflik.
Nah, itulah informasi mengenai dampak luka batin orangtua di masa lalu pada anak yang bisa berakibat fatal di masa depan. Semoga bermanfaat ya, Ma!