Sindrom Asperger pada Anak: Gejala, Penyebab, dan Penanganan

Kenali lebih jauh sindrom Asperger yang bisa terjadi pada anak balita, Ma

21 Mei 2021

Sindrom Asperger Anak Gejala, Penyebab, Penanganan
Freepik/user18526052

Dalam series Move to Heaven, Geu Ru (Tang Joong Sang) sang pemeran utama mengalami sindrom Asperger. 

Sindrom Asperger adalah gangguan neurologis atau saraf yang tegolong ke dalam gangguan spektrum autisme. Gangguan spektrum autisme (autism spectrum disorder) atau yang lebih dikenal dengan penyakit autisme merupakan gangguan pada sistem saraf yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Hal tersebut pun tergambarkan di dalam series Move to Heaven. Di mana Geu Ru sangat baik saat  berkomunikasi dengan sang Papa, Jeong Woo (Ji Jin-Hee), namun cukup canggung dan pendiam dengan orang lain.

Dalam kesehariannya, Geu Ru dan Jeong Woo menjalankan usaha pembersihan barang-barang di tempat kejadian perkara (TKP) milik orang-orang yang telah meninggal. Mereka membereskan barang jenazah bersama-sama dan menyerahkannya pada keluarga yang berduka.

Suatu ketika sang Papa meninggal dunia karena terserang penyakit. Hal tersebut membuat Geu Ru berduka dan berakhir hidup sendirian.

Kondisi tersebut tak berjalan lama. Tiba-tiba Sang Koo, paman Geu Ru datang ke rumahnya dan mengatakan bahwa kini ia adalah wali Geu Ru.

Perbedaan sifat di antara mereka berdua membuat keduanya canggung saat sedang bersama. Selain itu, Geu Ru yang memiliki sindrom Asperger cukup sulit untuk mulai berinteraksi dengan pamannya. 

Namun, seiring berjalannya waktu keduanya mulai akrab dan menjalankan kembali usaha Move to Heave bersama-sama. 

Kira-kira apalagi ya hal-hal yang berkaitan dengan sindrom Asperger? Simak informasi yang sudah Popmama.com rangkum berikut ini yuk, Ma!

1. Gejalan sindrom Asperger

1. Gejalan sindrom Asperger
Freepik/freepik

Walaupun dikatagorikan dalam spektrum autisme, sindrom Asperger memiliki gejala-gejala yang lebih ringan dibandingkan dengan autisme lainnya. Berikut beberapa gejala khas yang dialami oleh penderita sindrom Asperger:

1. Sulit berinteraksi

Penderita sindrom Asperger cenderung canggung dalam melakukan interaksi sosial, baik dengan keluarga maupun orang lain. Selain itu, penderita pun agak sulit untuk melakukan kontak mata saat diajak berkomunikasi. 

2. Tidak ekspresif

Penderita sindrom Asperger jarang menampilkan ekspresi wajah atau gerakan tubuh yang berkaitan dengan ungkapan emosinya. Misalnya, ketia penderita sedang bahagia mereka tetap memasang tampang yang datar, tidak menunjukkan senyuman di wajahnya atau gestur bahagia lainnya. 

Begitupun disaat penderita dalam kondisi sedih. Sampai merasa sedihyang mendalampun ia biasanya tidak akan menunjukkan air matanya. 

Hal tersebut pun tergambarkan dalam film Move to Heaven, di mana Geu Ru merasa sedih ditinggal selamanya oleh sang ayah namun ia tidak menangis dan masih dalam mimik wajah seperti biasanya.

Penderita sindrom ini juga akan berbicara dengan nada yang datar-datar saja, seperti robot yang berbicara.

3. Kurang peka

Saat berinteraksi dengan orang lain, penderita sindrom Asperger hanya berfokus menceritakan diri sendiri serta tidak punya ketertarikan dengan apa yang dimiliki oleh lawan bicara. 

Penderita pun bisa menghabiskan waktunya berjam-jam untuk membahas hobi yang mereka senangi seperti hobinya, makanan dan minuman favoritnya, hewan kesukaannya, dan hal lainnya yang dapat menyenangkan hatinya. 

4. Obsesif, repetitif, dan kurang menyukai perubahan

Setelah melakukan kegiatan rutin secara berulang-ulang (repetitif), biasanya penderita tidak menerika perubahan. 

Contoh sederhana yang paling terlihat ialah saat ia mengonsumsi makanan. Penderita Asperger biasanya akan memakan makanan yang sama secara berulang. 

Dalam series Move to Heaven, Geu Ru memakan telur buatan papanya secara rutin. Hingga akhirnya sang papa meminta Geu Ru untuk belajar memasak telur sendiri, supaya ketika Papanya tak ada ia tetep bisa memakan telur mata sapi seperti biasa. 

5. Gangguan motorik

Seseorang yang menderita sindrom Asperger ini mengalami keterlambatan dalam perkembangan motoriknya jika dibandingkan dengan anak seusianya. 

Mereka mungkin akan merasa kesulitan saat melakukan kegiatan-kegiatan biasa, seperti menangkap bola, mengendarai sepeda, atau memanjat pohon.

Gejala ini dapat Mama perhatikan saat anak-anak sedang beraktivitas. Misalnya saat mereka bermain bersama dengan teman-temannya.

6. Gangguan fisik atau koordinasi

Kondisi fisik penderita sindrom Asperger tergolong lemah. Salah satu tandanya dapat dilihat dari cara ia berjalan. Penderita sindrom Asperger cenderung kaku dan mudah goyah.

Ini juga gejala yang paling mudah untuk dideteksi. Mama hanya perlu memperhatikan gerak-gerik anak secara lebih seksama. 

2. Penyebab Sindrom Asperger

2. Penyebab Sindrom Asperger
Freepik/Zinkevych

Sama seperti sindrom autisme, sindrom Asperger pun belum diketahui penyebab aslinya hingga saat ini. 

Namun, para ahli memercayai bahwa kelainan genetik yang diturunkan berperan dalam terjadinya gangguan spektrum autisme dan juga sindrom Asperger.

Dalam beberapa kasus, sindrom Asperger juga diduga dipicu oleh:

  • Infeksi saat kehamilan
  • Terpapar faktor yang menyebabkan perubahan bentuk pada janin.

Pada tahun 1999, kandungan thimerosal pada beberapa vaksin diduga dapat mengakibatkan anak menderita penyakit autisme, hingga kemudian hampir seluruh vaksin diproduksi tanpa kandungan zat kimia ini. 

Akan tetapi, pada tahun 2004 dugaan tersebut dipatahkan karena thimerosal tidak terbukti menyebabkan penyakit autisme terhadap anak. Sebab, walaupun thimerosal tidak digukana lagi dalam pembuatan vaksin penderita autisme tetap bertambah. 

Editors' Pick

3. Cara mencegah sindrom Asperger pada anak

3. Cara mencegah sindrom Asperger anak
Freepik/freepic.diller

Karena sindrom ini termasuk kedalam sektrum autisme, maka cara pencegahannya pun tak berbeda jauh dengan sindrom autisme pada umumnnya. 

Mama dapat mencegahnya sejak melakukan program kehamilan hingga anak mama lahir. Berikut ini beberapa cara mencegah anak menderita Asperger:

1. Hal yang harus dilakukan saat melakukan program kehamilan

Inilah fase perencanaan, di mana Mama dan Papa sedang mengusahakan kehamilan. Berikut cara pencegahan yang dapat dilakukan agar anak tidak menderita sindrom Asperger:

  • Mengonsumsi suplemen yang mengandung asam folat untuk menjaga sistem saraf.
  • Terapkan gaya hidup sehat, mulai dari makan yang sehat dan bernutrisi dan istirahat yang cukup. Hindari begadang dulu ya Ma saat program kehamilan
  • Jika kamu mengonsumsi alkohol sebelumnya, stop minum alkohol saat program kehamilan.
  • Tidak merokok dan bebas dari obat-obatan tanpa resep dokter kandungan.

2. Hal yang harus dilakukan saat mengandung 

Berikut ini hal-hal yang dapat Mama lakukan saat masa kehamilan untuk mencegah sindrom Asperger pada anak:

  • Lakukan kontrol kehamilan atau pemeriksaan prenatal selama kehamilan. Konsisten memeriksakan kesehatan mama dan kandungan secara rutin.
  • Lakukan pemeriksaan atau cek darah untuk mengetahui Ibu hamil pernah atau tidak atau sedang terpapar infeksi virus TORCH (Toxoplasma, Rubela, Citomegalovirus, Herpes atau Hepatitis).
  • Mengonsumsi makanan bernutrisi dan gizi seimbang, seperti sayuran hijau, buah, daging, ikan, telur, biji-bijian, susu ibu hamil, dan lainnya.
  • Hindari stres dengan cara berpikir positif selama kehamilan.
  • Mengonsumsi suplemen atau vitamin prenatal yang diresepkan oleh dokter kandungan dengan teratur.
  • Cukup minum air putih agar terhindar dari dehidrasi.
  • Menjaga gaya hidup, istirahat yang cukup dan bebas dari paparan asap rokok.
  • Melakukan olahraga ringan secara rutin. Mama bisa melakukan berenang, senam kehamilan, jalan kaki di pagi hari atau mengikuti kelas prenatal saat pertengahan kehamilan.
  • Waspadai perdarahan akibat gangguan pada plasenta yang berdampak pada terganggunya suplai oksigen dan nutrisi ke bayi. Ini dapat mengganggu perkembangan saraf otak janin. Pada dasarnya perdarahan bisa menyebabkan bayi lahir prematur dan bayi lahir dengan berat kurang. Kondisi seperti ini menambah risiko bayi lahir dengan autisme.
  • Hindari pencetus alergen yang bisa membuat alergi kambuh, seperti udara dingin, debu, makanan berlemak, seafood, bulu binatang, serbuk bunga, udara panas, dan lainnya.
  • Jaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan sekitar.
  • Selalu cuci tangan pakai sabun, membersihkan peralatan makan dan bahan makanan dengan baik.
  • Membatasi pengonsumsian gluten dan kasein pada saat kehamilan trimester pertama.

3. Hal yang harus diperhatikan saat proses presalinan 

Hal yang harus diperhatikan saat melahirkan agar anak tidak menderita sindrom Asperger adalah sebagai berikut: 

  • Memastikan bahwa aliran darah ke oksigen dan ke seluruh tubuh bayi sekaligus otak tidak terganggu.
  • Perhatikan gangguan saluran cerna pada bayi baru lahir. Jika saluran cerna si Kecil terganggu secara berkepanjangan maka berisiko mengganggu fungsi otak sehingga dapat memengaruhi perkembangan dan perilaku si Kecil.
  • Memberikan ASI pada si Kecil dimulai dari Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
  • Perhatikan tumbuh kembang si Kecil, terutama jika ia mengalami kesulitan kenaikan berat badan, memiliki kelainan bawaan, mengalami gangguan saraf, dan lainnya.

4. Diagnosis sindrom Asperger

4. Diagnosis sindrom Asperger
Freepik/Dragonimages

Gejala sindrom Asperger yang paling mudah terdeteksi oleh orangtua adalah kesulitan anak dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang di sekitarnya.

Namun, penderita sindrom Asperger sering kali mendapatkan diagnosis yang keliru dari para ahli. Biasanya dokter akan menganggan penderita mengalami attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), yaitu gangguan jangka panjang yang menyebabkan anak sulit berkonsentrasi dan terlalu aktif (hiperaktif).

Untuk mencegah kekeliruan ini, dokter akan memeriksa anak secara mendalam dalam hal interaksi sosial seperti perhatian saat berkomunikasi, penggunaan bahasa, ekspresi wajah saat berbicara, serta koordinasi otot dan perilaku. Setelah melakukan lebih mendalam, dokter dapat akan mendiagnosis keadaan anak dengan lebih tepat.

5. Penanganan sindrom Asperger

5. Penanganan sindrom Asperger
Freepik/Pch.vector

Seperti autisme, terjadinya sindrom Asperger pada anak tidak bisa diobati hingga membuatnya sembuh seratus persen. Akan tetapi, beberapa usaha masih bisa dilakukan untuk meningkatkan potensi dan kemampuan penderita.

Penanganan sindrom Asperger akan difokuskan untuk menangani tiga gejala utama yakni minimnya kemampuan komunikasi, kebiasaan obsesif-repetitif, hingga lemahnya kondisi fisik.

Bentuk penanganan ini diberikan melalui terapi yang berupa:

  • Terapi bahasa, bicara, dan sosialisasi. Penderita sindrom Asperger sebenarnya pandai dalam menguasai bahasa dan berbicara. Hanya saja, kemampuan ini tidak mampu dilakukan kepada orang lain. Terapi ini mencoba untuk membiasakan penderita berbicara kepada orang lain, melakukan kontak mata ketika berinteraksi, serta membahas topik yang juga diinginkan oleh lawan bicara.
  • Terapi fisik. Terapi fisik atau fisioterapi bertujuan melatih kekuatan anggota-anggota tubuh. Sejumlah latihan rutin yang bisa diterapkan ialah lari, melompat, naik-turun tangga, atau bersepeda.
  • Terapi okupasi. Terapi yang cukup lengkap dengan menggabungkan latihan fisik, kognitif, dan pancaindra. Terapi ini bertujuan untuk memperbaiki sekaligus meningkatkan kemampuan kognitif, fisik, sensorik, motorik, serta memperkuat kesadaran dan penghargaan kepada diri.
  • Terapi perilaku kognitif. Terapi perilaku kognitif memberikan pengajaran kepada anak mengenai cara-cara untuk mengungkapkan perasaannya dan bergaul dengan teman sebaya atau orang-orang di sekitarnya. Penderita akan dilatih untuk mengendalikan rangsangan yang diterima indera-indera tubuh, rasa takut, cemas, keinginan, penolakan, dan ledakan emosi.

6. Obat yang dapat dikonsumsi oleh penderita Asperger

6. Obat dapat dikonsumsi oleh penderita Asperger
Pexels/Anna Shvets

Selain melakukan terapi, penderita juga bisa mengonsumsi obat-obatan tertentu untuk membantunya supaya selalu dalam keadaan baik-baik saja. 

Namun, tidak boleh sembarang memberi obat ya, Ma. Lakukan konsultasi pada dokter terlebih dahulu supaya mendapatkan obat yang sesuai dengan keadaan anak mama. Selain itu, konsultasi ke dokter pun akan membantu Mama menentukan dosis yang pas. 

Berikut ini obat-obatan yang biasa diberikan:

  • Aripiprazole. Obat ini bisa membantu meredakan keinginan untuk marah pada penderita.
  • Olanzapine. Untuk menekan sifat terlalu aktif (hiperaktif), biasanya penderita  akan diberi obean Olanzapine ini.
  • Risperidone. Obat ini membantu penderita untuk engurangi perasaan gelisah dan sulit tidur (insomnia).
  • Antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Obat ini mampu mengurangi keinginan untuk melakukan kegiatan berulang-ulang yang sering dialami oleh penderita. 

7. Stimulan untuk anak yang menderita sindrom Asperger

7. Stimulan anak menderita sindrom Asperger
Freepik/Tirachardz

Pertama, Mama dapat berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter untuk menceritakan  kendala yang dialami oleh anak mama. Biasanya dokter akan menjelaskan keadaan anak secara detail. Setelah itu, Mama bisa menentukan cara menstimulan apa yang cocok dengan anak mama. 

Cara menstimulan yang biasanya dilakukan adalah terapi bermain, menggambar, atau bermusik.

Berikut ini ada beberapa aktivitas yang dapat Mama gunakan untuk menstimulan anak jika menderita sindrom Asperger:

1. Permainan mengingat nama untuk meningkatkan keterampilan sosialnya

Permainan ini dapat mengajarkan anak untuk lebih berani memperkenalkan diri dan melatihnya mempelajari nama orang lain. 

Mama dapat melibatkan dengan seluruh anggota keluarga atau beberapa anak yang berada di sekitar rumah untuk bermain bersama. 

Untuk mengawali permainan, Mama dapat memulainya terlebih dahulu. Mulailah dengan mengucapkan nama sendiri, contoh "Nama saya Mama Siti". Lalu setelah itu tunjuk orang lain intuk memperkenalkan namanya kemudian mintalan mengulangi nama Mama. Misalnya "Nama saya Dinda. Nama Mama, Mama Siti."

Lakukan kegiatan perkenalan tersebut hingga seluruh anggota yang berpartisipasi dalam permainan menyebutkan namanya. 

Dengan melakukan permainan ini, diharapkan anak mama akan lebih mudah untuk berinteraksi dengan orang lain.

2. Membuat stampel dari tumbuh-tumbuhan untuk melatih sensorik anak 

Untuk melakukan permainan ini, Mama dapat mencari batang daun pisang dan cara air. 

Potong menjadi beberapa bagian batang daun pisang, lalu mintalah anak mama masukkan ujung batang tersebut ke dalam cat air yang sudah dituang pada pallete. Selanjutnya mintalah anak Mama untuk menempelkannya pada kertas putih yang sudah Mama siapkan.

3. Melakuan aktivitas yang menenangkan 

Latih anak dengan permainan dasar yang menenangkan. Misalnya;

  • Hitung sampai satu sampai sepuluh atau ucapkan alfabet selambat mungkin
  • Dengarkan musik yang menenangkan dan perhatikan instrumen yang berbeda
  • Buat daftar lima barang berbeda yang dapat dilihat di sekitar ruangan
  • Cobalah peregangan atau latihan yoga sederhana dan fokuskan pada perasaan tubuh 
  • Pegang sesuatu yang dapat diraba seperti sepotong tanah liat.

Itulah beberapa informasi mengenai sindrom Asperger. Kini, Mama dapat mulai merawat anak dan melatihnya melakukan berbagai aktivitas menarik. Hal tersebut guna mencegah anak mama menderita sindrom ini.

Selain itu, Mama juga dapat memperhatikan anak dengan gejala-gejala di atas. Apakah anak mama menderita sindrom Asperger atau tidak.

Jika iya, yuk dampingi dirinya dan ajak mereka melakukan pengobatan. Bagaimanapun keadaan anak mama, kehadiran Mama sangat dibutuhkan oleh mereka. Jadi, jangan pernah tinggalkan anak sendirian ya, Ma. Semangat terus ya mendampingi si Kecil!

Baca juga:

The Latest