7 Gangguan Pencernaan pada Anak Balita

Gangguan pencernaan adalah masalah yang sering terjadi pada balita lho, mengapa ya?

11 Mei 2022

7 Gangguan Pencernaan Anak Balita
Freepik/Wavebreakmedia

Gangguan pencernaan adalah masalah yang sering terjadi pada balita. Ketika asupan dan perawatan yang diberikan tidak sesuai.

Hal ini yang sering kali menyebabkan pencernaan anak balita terganggu. Apalagi ini termasuk menjadi hal yang sulit diketahui bagi Mama karena si Kecil belum bisa untuk mengutarakan keluhan yang sedang ia rasakan.

Alhasil, Orangtua harus mampu menanggapi dengan cepat kondisi anak.

Oleh karena itu, kali ini Popmama.com akan membahas mengenai beberapa gangguan pencernaan pada anak balita, hal ini penting bagi Mama untuk mengetahuinya. Yuk langsung saja disimak di bawah ini ya, Ma.

1. Konstipasi atau sembelit

1. Konstipasi atau sembelit
trustcarehealth.com

Sembelit atau konstipasi merupakan salah satu gangguan pencernaan yang sering terjadi pada anak. Normalnya anak-anak termasuk balita BAB tiga kali seminggu. Namun, jika anak BAB-nya tiga hari sekali atau bahkan seminggu sekali dan terlihat harus mengejan atau berusaha keras untuk mengeluarkan tinja maupun kotorannya si Kecil sudah termasuk menderita konstipasi atau sembelit.

Biasanya salah satu penyebabnya dikarenakan terlalu banyak makanan yang rendah serat dan ia tidak minum cukup air ataupun cairan lain.

Tetapi, Mama jangan khawatir jika si Kecil mengalami konstipasi karena gangguan pencernaan ini, Karena gangguan pencernaan ini masih tergolong sangat normal sekali ya, Ma. Mama bisa atasi dengan memberikan makanan yang kaya akan serat dan penuhi kebutuhan cairan anak setiap harinya. Tetapi jika sembelit anak berlangsung selama dua minggu atau lebih itu disebut sembelit kronis dan Mama perlu untuk menemui dokter ya. 

2. Diare

2. Diare
Freepik/jcomp

Diare atau yang biasa kita sebut dengan mencret adalah salah satu gangguan pencernaan yang umum terjadi pada anak bayi dengan beragam penyebabnya. Sebagai orangtua, Mama pastinya khawatir melihat si Kecil yang rewel karena terus buang air. Biasanya, diare pada batita berlangsung selama 2-8 hari.

Diare dapat membuat anak lebih sering buang air besar dari biasanya dengan konsistensi feses yang cair. Tidak hanya mencret, tetapi balita juga mengalami gejala diare seperti, mual, muntah, kadang demam. Faktor penyebab umum dari diare ini adalah adanya Infeksi virus, bakteri, dan parasit.

Bila anak sudah mengalami diare selama lebih dari 7 hari, sebaiknya Mama membawa anak ke dokter ya. Selain itu, Jika kondisi diare yang dialami balita disertai dengan tanda-tanda dehidrasi, demam selama lebih dari 3 hari atau lebih dari 38,8 derajat celcius, terdapat darah pada tinja atau tinja berwarna hitam, artinya si Kecil harus segera mendapatkan penanganan medis.

Editors' Pick

3. Intoleransi Laktosa

3. Intoleransi Laktosa
Shutterstock/A3pfamily

Intoleransi laktosa adalah kondisi saat tubuh si Kecil tidak mampu mencerna laktosa (gula alami dalam susu sapi dan produk olahannya). Perlu diingat bahwa intoleransi laktosa bukanlah alergi ya, Ma. Karena alergi pada bayi dapat dicegah sejak dini. Tetapi balita dengan kondisi ini tidak menghasilkan cukup laktosa, sehingga laktosa yang tidak tercerna itu bergerak ke usus besar di mana ia difermentasi oleh bakteri.

Anak mungkin saja memiliki gejala yang tidak menyenangkan setelah makan atau minum produk susu. Gejalanya seperti kembung, diare, kentut, mual dan nyeri perut setelah 30 menit hingga 2 jam. Hal ini disebabkan karena kurangnya enzim laktase dan malabsorbsi laktosa.

Cara mengatasinya adalah menghindari munculnya gejala dengan mengatur asupan makanan. Misalnya Mama bisa membatasi konsumsi makanan yang mengandung laktosa atau hanya mengonsumsi makanan bebas laktosa ya.

4. Gastroesophageal reflux disease (GERD)

4. Gastroesophageal reflux disease (GERD)
Healthline.com

Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah kondisi ketika makanan yang dikonsumsi oleh si Kecil naik kembali ke kerongkongan yang menyebabkan anak muntah. Jika si Kecil mengalami GERD, maka gumoh atau muntahnya akan berkaitan dengan penurunan berat badan, rewel, sering menangis saat makan, atau adanya gangguan napas termasuk bersin dan batuk.

Lalu, bagaimana cara mengatasinya ya, Ma? setelah minum susu atau makan, jangan lupa untuk menyendawakan si Kecil. Tegakkan posisi tubuh anak selama 30 menit setelah makan dan sebaiknya gunakan pola makan small frequent feeding atau makan sedikit tapi sering. 

5. Radang Usus Buntu

5. Radang Usus Buntu
Freepik/Kwanchaichaiudom

Appendicitis atau radang usus buntu merupakan kondisi peradangan yang terjadi pada usus buntu atau apendiks. Usus buntu merupakan organ berbentuk kantong kecil dan tipis, berukuran sepanjang 5 hingga 10 cm yang terhubung pada usus besar. Radang usus buntu kadang sulit untuk dikenali oleh para orangtua. Sekilas, gejala yang ditimbulkan mungkin mirip dengan flu perut.

Gejala yang paling umum biasanya berupa sakit di bagian perut, demam, dan muntah. Pada kasus yang jarang terjadi usus buntu juga bisa menyebabkan diare. Nyeri perut pada radang usus buntu biasanya terjadi secara tiba-tiba. Awalnya di tengah atau di ulu hati lalu berpindah ke kanan bawah, bertambah nyeri ketika digerakkan, batuk, menarik napas atau bersin.

Anak yang lebih besar mungkin bisa memberitahu Mama tentang keluhan sakit yang dirasakannya, tetapi pada usia balita, mungkin hanya tangisan yang bisa anak lakukan untuk membuat Mama mengerti rasa sakit yang sedang ia rasakan.

Mama harus segera hubungi dokter jika anak sudah menunjukkan gejala radang usus buntu seperti, kehilangan selera makan, sakit berat di bagian perut, demam tingkat rendah, perut kembung, mual dan muntah, diare dalam jumlah sedikit disertai lendir.

Radang usus buntu merupakan kondisi gawat darurat yang memerlukan tindakan operasi segera apabila sudah dipastikan lho, Ma! Jadi Mama harus perhatikan betul nih si Kecil.

6. Alergi Makanan

6. Alergi Makanan
Pinterest.com/REDBOOKMagazine

Alergi makanan adalah salah satu gangguan pencernaan yang paling umum pada anak-anak lho, Ma. Alergi makanan adalah reaksi tubuh terhadap makanan tertentu. Alergi makanan berbeda dengan intoleransi makanan. Untuk gejalanya sama, tetapi kondisi ini tidak mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.

Biasanya, seorang anak yang mengalami reaksi alergi makanan pasti pernah mengalaminya sekali sebelumnya. Saat hal tersebut terjadi, Antibodi IgE bereaksi dengan makanan dan melepaskan histamin yang membuat anak merasakan gatal-gatal, asma, dan gatal di mulut. Gejala lainnya yaitu kesulitan bernapas, sakit perut, hingga muntah dan diare.

Pada kondisi ini, orangtua harus benar-benar memperhatikan asupan makanan dan minuman anak. Selain itu, Mama juga mungkin akan membutuhkan diskusi dengan dokter untuk mengetahui tindakan lanjutan yang harus dilakukan. 

7. Kolik

7. Kolik
Freepik

Ketika anak sudah kenyang dan tidak ada tanda-tanda yang seharusnya membuat ia menangis, tetapi ia terus menangis kemungkinan balita ini mengalami kolik lho, Ma. Lalu sebenarnya pengertian dari Kolik itu sendiri apa sih, Ma? Kolik adalah kondisi ketika anak menangis terus-menerus tanpa alasan yang jelas.

Umumnya kolik ini terjadi pada beberapa minggu awal setelah anak lahir dan berhenti sampai usia 4  bulan. Saat terkena kolik, ia biasanya akan menangis hingga lebih dari 3 jam sehari selama 3 hari dalam satu minggu, setidaknya terjadi 3 minggu berturut-turut.

Nah, itulah beberapa gangguan pencernaan pada anak balita yang perlu Mama ketahui. Apabila anak mengalami beberapa gangguan pencernaan tersebut ajaklah ia berkomunikasi serta lakukan penanganan yang tepat.

Jika penyakit anak tidak kunjung reda segeralah bawa anak ke rumah sakit agar dapat langsung ditangani dengan baik. Untuk menghindari hal ini jangan lupa untuk selalu memberikan pola dan gaya hidup yang sehat ya, Ma!

Baca juga

The Latest