Baca artikel Popmama lainnya di IDN App

Cara Luthfi Clash of Champions 2 Tembus KAIST, Universitas Top Korea

luthfi coc 5.jpg
Instagram.com/luthfibimaputra
Intinya sih...
  • Luthfi pindah ke KAIST setelah kuliah di ITB dan mendapat beasiswa penuh
  • Tips Luthfi untuk mendapat beasiswa: fokus pada pelajaran yang disukai dan persiapkan diri sejak awal
  • Luthfi mengambil double major di Matematika dan Electrical Engineering serta belajar bahasa Korea secara otodidak

Luthfi menjadi salah satu peserta Clash of Champions yang berhasil menarik perhatian. Dalam episode tujuh acara Ruangguru tersebut, bisa dibilang Luthfi adalah sosok yang ‘menggendong’ timnya karena mampu memecahkan sejumlah soal sulit. 

Saat ini, Luthfi sedang menempuh kuliah di KAIST (Korea Advanced Institute of Science and Technology) mengambil dua jurusan sekaligus, yaitu Mathematics and Electrical Engineering.

Ternyata, ada tips yang dilakukan Luthfi untuk bisa berkuliah di salah satu universitas terbaik di Korea Selatan tersebut.

Berikut Popmama.com siap membahas cara Luthfi Clash of Champions 2 tembus KAIST melansir dari laman Ruangguru. 

1. Sempat berkuliah satu semester di dalam negeri hingga memutuskan pindah ke KAIST

luthfi coc 4.jpg
Instagram.com/luthfibimaputra

Sebelum resmi menjadi mahasiswa KAIST, ternyata Luthfi pernah menempuh kuliah satu semester di dalam negeri, tepatnya di ITB. Namun, ia memutuskan untuk pindah ke KAIST karena mendapat beasiswa penuh di sana. 

“Saya daftar KAIST di spring semester. Jadi untuk mengisi kekosongan saya kuliah dulu di ITB STEI-K 1 semester, jaga-jaga juga kan misal nggak diterima,” kata Luthfi. 

2. Tips mendapat beasiswa ala Luthfi COC 2

luthfi coc 2.jpg
Instagram.com/luthfibimaputra

Luthfi mendapat beasiswa penuh dari KAIST. Syarat beasiswa yang ia peroleh yakni harus bisa menjaga IPK minimal 3.0 dari 4.30. Menurut Luthfi, perjuangan utamanya ada di proses masuk karena seleksi yang begitu ketat. 

“Iya, saya kuliah di KAIST pakai beasiswa dari kampusnya langsung. Semua mahasiswa internasional yang lolos ke KAIST memang otomatis ditawari beasiswa ini, asal bisa jaga IPK di atas ambang batas tertentu (kalau nggak salah minimal 3.0). Jadi perjuangan utamanya justru di proses masuknya, karena seleksinya ketat banget,” katanya. 

“Waktu itu saya berhasil masuk dan sekarang IPK-ku 3.82 dari 4.30, padahal saya ambil double major di Mathematics dan Electrical Engineering. Tips saya sih, fokus aja di pelajaran yang kamu suka, karena itu bikin belajarnya lebih ringan dan hasilnya lebih maksimal,” lanjutnya. 

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, Luthfi menyarankan untuk fokus pada pelajaran yang disukai. Dengan begitu, proses belajar akan terasa lebih ringan. 

Bagi yang ingin mendapatkan beasiswa penuh seperti Luthfi, ia menyarankan untuk menyiapkan diri sejak awal. Pelajar juga perlu tahu sekiranya kampus dan program mana yang ingin dituju. 

“Buat yang mau daftar beasiswa, yang paling penting itu serius nyiapin diri dari awal dan tahu kampus atau program yang kamu tuju, karena banyak beasiswa yang sebenarnya nggak terlalu ribet asal kamu cocok sama kriterianya,” ungkapnya. 

3. Alasan Luthfi mengambil double major di KAIST

luthfi coc 1.jpg
Instagram.com/luthfibimaputra

Luthfi memutuskan untuk mengambil dua jurusan sekaligus alias double major. Awal mula keputusan Luthfi ini adalah karena KAIST menyediakan program mahasiswa untuk mengambil dua jurusan sekaligus. 

Tak ingin membuang kesempatan begitu saja, Luthfi akhirnya memanfaatkan hal tersebut demi bisa mengekplor lebih banyak minat di bidang teknik. Pada akhirnya, ia memilih jurusan Matematika dan Electrical Engineering. 

“Iya, saya ambil double major di Matematika dan Electrical Engineering. Alasannya? Karena KAIST memang ngasih kesempatan buat ambil dua jurusan, jadi saya manfaatin aja sekalian eksplor minat di bidang teknik. Awalnya saya konsultasi dulu ke senior, dan dari semua opsi, elektro kelihatan paling menarik,” ceritanya. 

Menurut Luthfi, double major membuat kita memiliki dua pondasi ilmu yang lebih kuat. Kita juga memiliki fleksibilitas lebih jika suatu saat ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. 

“Apalagi pas di mata pelajaran fisika dasar, nilai terbaik saya justru di bagian elektronya sampai dapet nilai 100 terus! Dari situ saya jadi makin yakin. Lagipula, punya dua pondasi ilmu yang kuat bakal kasih fleksibilitas lebih kalau suatu saat mau lanjut ke jenjang S2, terutama di bidang teknik,” lanjutnya.

4. Belajar bahasa Korea secara otodidak

luthfi coc 3.jpg
Instagram.com/luthfibimaputra

Menempuh pendidikan di KAIST membuat Luthfi harus belajar bahasa Korea. Tapi, ternyata Luthfi mulai belajar masuk Korea tepat setelah dirinya diterima di kampus tersebut, lho. 

Sebab, awalnya tidak ada syarat untuk harus bisa bahasa Korea saat akan masuk KAIST. Namun, bahasa Korea tetap menjadi syarat kelulusan dari KAIST. 

Alhasil, Luthfi belajar secara otodidak untuk bisa bahasa Korea. Ia belajar dengan cara baca Manhwa, membaca buku, dan mengobrol bersama teman. 

“Baru mulai belajar setelah masuk KAIST, kok. Walaupun tidak ada syarat bisa bahasa Korea untuk masuk KAIST, ternyata itu menjadi syarat kelulusan. Alhasil, saya belajar otodidak aja lewat baca Manhwa dan ngobrol dengan kawan tentunya. Selain itu, saya juga belajar secara formal lewat buku-buku peninggalan senior,” ungkapnya. 

Itu dia cara Luthfi Clash of Champions 2 tembus KAIST. Keren banget, Luthfi!

Share
Editorial Team