7 Tanda Balita Belum Siap Diajarkan Potty Training

Pastikan untuk tidak memaksa si Kecil apabila ia belum siap belajar potty training ya!

5 Juni 2022

7 Tanda Balita Belum Siap Diajarkan Potty Training
inhabitat

Seiring bertambahnya usia anak, salah satu fase baru yang akan dihadapi Mama adalah mengajarkan anak potty training. Ini merupakan fase penting di mana balita akan melatih kemampuan dirinya untuk buang air besar atau kecil di toilet.

Beberapa orangtua umumnya mulai mengajarkan anak potty training segera setelah balita bisa berjalan, sementara yang lain menunggu sampai prasekolah.

Sayangnya bagaimanapun, mencari tahu tidak selalu mudah, dan usia ketika anak-anak siap untuk melatih toilet dapat sangat bervariasi. Terlebih lagi, tidak ada satu waktu yang cocok untuk setiap anak.

Meskipun begitu, ada beberapa tanda balita belum siap diajarkan potty training yang bisa Mama perhatikan. Berikut Popmama.com telah merangkum tujuh diantaranya. Yuk simak!

1. Belum adanya kesadaran popok yang basah dan kotor

1. Belum ada kesadaran popok basah kotor
Unsplash/Rob Hayman

Jika Mama berpikir tentang kapan harus melatih toilet pada seorang balita, perhatikan tanda-tanda ketika si Kecil mulai merasa tidak nyaman dengan popok kotor dan mencoba melepaskannya.

Umumnya ketika balita tidak nyaman memakai popok dalam waktu lama, ia akan terus memperbaiki atau memainkan atau mencoba melepasnya sesekali.

Apalagi jika popoknya kotor, Mama bisa mendengarnya menjerit atau menangis karena alasan utama di baliknya bisa jadi ruam popok.

Namun jika Mama tidak melihat adanya kesadaran popok yang basah atau kotor pada balita, ia mungkin tidak menunjukkan minat dalam potty training.

2. Belum memiliki kendali atas gerakan ususnya

2. Belum memiliki kendali atas gerakan ususnya
everymum.ie

Salah satu kemampuan yang perlu dikuasai balita untuk potty training adalah memastikannya menjaga popok agar tetap kering selama beberapa jam.

Kita semua perlu menahan buang air besar atau kecil setidaknya selama satu menit sebelum mencapai kamar kecil. Sehingga balita juga perlu belajar memiliki kendali atas gerakan ususnya.

Tetapi untuk anak yang tidak dapat mengontrol buang air besar dan kecil, ia akan tetap basah dan kotor sepanjang waktu. Hal ini tentu belum menunjukkan minat pada latihan pispot, terlebih lagi ketika gerakan usus si Kecil yang belum dapat diprediksi.

Jika balita tetap kering setelah tidur, itu merupakan indikasi bahwa ia dapat menahannya sampai mencapai toilet. Di sinilah Mama mendapatkan sinyal hijau untuk mengajarkan anak potty training.

Editors' Pick

3. Tidak menunjukkan minat atau menolak duduk di kursi toilet

3. Tidak menunjukkan minat atau menolak duduk kursi toilet
pottytrainingdaze.com

Tak dapat dimungkiri bahwa balita tidak selalu bersemangat dalam hal potty training.

Tetapi jika Mama memiliki pertanyaan tentang kapan harus berhenti berlatih menggunakan toilet, dilansir dari Miniklub Pareting, Mama dapat berhenti melakukannya saat balita tidak menunjukkan minat atau sama sekali tidak ingin menggunakan kursi toiletnya.

Misalnya, si Kecil harus bisa duduk di kursi toilet atau toilet duduk dengan nyaman. Sebaliknya, jika ia menolak untuk duduk, inilah saatnya Mama menghentikan pelatihan.

4. Takut menggunakan toilet

4. Takut menggunakan toilet
Freepik/Ruslan_ivantsov

Takut dengan toilet adalah hal yang umum di antara anak-anak, bahkan jika mereka sudah tahu bagaimana cara mengontrol buang air kecil atau bagaimana menggunakan toilet.

Jatuh di dudukan toilet dewasa atau bahkan mendengar proses pembilasan, bisa membuat seorang balita takut.

Jika ini yang terjadi, berikan ia waktu untuk membiasakan diri dengan proses tersebut, dengan membuatnya menyenangkan. Misalnya Mama dapat menempatkannya di kursi dengan pakaian terlebih dahulu, lalu membuka pakaiannya.

Biarkan anak duduk sendiri dan mendapatkan keseimbangan di kursi selama beberapa menit. Jika menemukan hambatan dalam langkah apa pun, ulangi langkah sebelumnya untuk membuatnya nyaman.

Lalu, ajak anak untuk menyiram toilet bahkan saat tidak menggunakannya. Sehingga ia bisa terbiasa mendengarnya dan mengetahui cara kerjanya. Dengan ini, anak akan menghilangkan rasa takutnya.

5. Merasa gelisah ketika duduk di kursi toilet

5. Merasa gelisah ketika duduk kursi toilet
Freepik/Odua

Membuat anak duduk di kursi toilet bisa menjadi tantangan bagi setiap orangtua. Namun salah satu syarat penting untuk potty training adalah kemampuan anak untuk duduk dengan sabar beberapa saat, sampai ia selesai dengan aktivitas toiletnya.

Ketika anak merasa tidak nyaman, Mama dapat mengalihkan kegelisahan anak dengan membacakan buku untuknya atau membuatnya menonton kartun favoritnya.

Jika Mama masih menemukan si Kecil yang tidak mau duduk di kursi toilet untuk sementara waktu, cobalah untuk beristirahat karena ini adalah tanda-tanda anak belum siap untuk potty training.

6. Tidak menanggalkan pakaian sendiri

6. Tidak menanggalkan pakaian sendiri
New Kids Center

Salah satu tanda kognitif penting dari kesiapan untuk potty training adalah membuka pakaian sendiri.

Si Kecil harus bisa menurunkan celananya sendiri sebelum ia duduk di kursi toilet. Namun tentu saja, Mama masih perlu membantunya bila anak menggunakan celana jeans ketat.

Tapi setidaknya celana longgar atau celana dalam, adalah tanda kesiapan. Jika ini masih menjadi masalah bagi anak, disarankan agar Mama menunda pelatihan toilet dulu ya!

7. Baru saja atau sedang mengalami sembelit

7. Baru saja atau sedang mengalami sembelit
Freepik/stockprovider

Anak yang mengalami sembelit tentu akan lebih sulit belajar buang air besar. Ketika kotoran menjadi keras, banyak anak merasa sulit untuk mengeluarkannya. 

Dilansir dari Romper, jika seorang anak mengalami rasa sakit saat buang air besar di toilet, ia mungkin akan ragu untuk mencobanya lagi. Sehingga, jika balita baru saja atau sedang mengalami sembelit, jangan memaksanya untuk potty training.

Nah itulah tanda balita belum siap diajarkan potty training. Secara keseluruhan, potty training membutuhkan kesabaran dan tidak selalu menjadi proses yang mudah. Kemunduran adalah normal, dan tidak setiap balita akan menunjukkan perkembangan yang sama. 

Jika Mama menemukan tanda-tanda di atas, pastikan untuk tidak memaksa anak mengikuti pelatihan ini. Karena tak menutup kemungkinan balita akan menunjukkan stres melalui air mata, amukan, atau apa pun di antaranya.

Baca juga:

The Latest