5 Alasan Mengapa Mama Tak Boleh Selalu Turuti Keinginan Anak

Naluri sebagai orangtua, Mama tentu selalu ingin yang terbaik dalam membahagiakan anak-anaknya. Tak jarang dalam setiap kesempatan, Mama berusaha untuk menuruti keinginan anak, mulai dari membelikan mainan hingga jajanan.
Selain karena untuk membahagiakan si Kecil, menuruti setiap keinginannya juga mencegah anak menjadi tantrum dan ngambek, yang bisa membuat Mama kewalahan saat jalan-jalan.
Padahal dengan tidak selalu memberikan apa yang diinginkan, ada beberapa pelajaran yang bisa Mama tanamkan pada anak sejak usia dini lho!
Berikut ini Popmama.com telah merangkum 5 alasan mengapa Mama tak boleh selalu turuti keinginan anak. Yuk coba cermati alasannya ya Ma!
1. Sering menolak dan mengamuk apabila menerima "tidak"

Anak-anak yang sering dituruti keinginannya, tidak tahan bila diberi tahu "tidak". Tak hanya marah, mereka juga bisa mengamuk, atau mengalami kehancuran total saat Mama memberi tahunya tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
Namun ingatlah bahwa ada banyak alasan lain bagi anak-anak untuk mengalami temper tantrum juga, termasuk penyakit mental atau kesulitan mengomunikasikan perasaan mereka.
Jika Mama khawatir anak mengamuk karena dimanjakan, waspadai tanda-tanda peringatan lainnya.
2. Tidak dapat menghadapi kenyataan

Jika anak tumbuh dengan sangat dimanjakan, ia tidak akan terpapar pada realitas dunia yang kejam. Inilah yang mungkin bisa menyebabkannya tidak akan mampu menghadapi dunia.
Seperti menjadi korban bullying, depresi, kehilangan kepercayaan dirinya, tidak akan bisa menunjukkan potensi penuhnya, bahkan mungkin tidak mau repot-repot bekerja keras.
Ketika ini terjadi, Mama akhirnya tidak menyadari penyebab masalahnya dan bertanya-tanya apakah anak memiliki masalah psikologis.
Padahal sebenarnya pola asuh yang terlalu sering menuruti keinginan anak adalah akar penyebab masalahnya.
3. Tumbuh menjadi anak yang jarang merasa puas terhadap apa yang dimiliki

Ketika sejak kecil Mama sering membelanjakan anak mainan atau barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, tak menutup kemungkinan anak akan tumbuh dengan jarang merasa puas terhadap apa yang dimiliki dan apa yang telah diberikan kepadanya.
Meski sudah memiliki banyak pakaian dan mainan, anak yang dituruti secara berlebihan seringkali akan terus meminta lebih. Jika ketidakpuasan itu dibarengi dengan kurangnya rasa terima kasih, ada kemungkinan besar anak menjadi manja.
4. Jarang atau tidak pernah mengucapkan 'Terima kasih'

Setiap kali Mama memberikan mainan baru untuk anak, apakah ia mengucapkan 'terima kasih' dengan tulus?
Dilansir dari Best Life, konon, jika si Kecil tidak mengungkapkan rasa terima kasih bahkan ketika diminta, itu adalah indikator bahwa ia telah tumbuh menjadi anak manja.
Ini menandakan anak merasa berhak atas apa yang dilakukan untuknya dan hal-hal yang diberikan kepadanya.
Padahal seperti yang Mama ketahui, mengajarkan kesantunan adalah sebuah hal penting, terutama untuk menunjukkan kesopanan serta menghargai pemberian dari orang lain.
5. Tidak memahami mana kebutuhan dan keinginan

Di usia dewasa ini, Mama tentu memahami bahwa selalu menuruti keinginan hati, terkadang tak sejalan dengan keuangan yang dimiliki.
Selalu menuruti keinginan anak tanpa melihat apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau tidak, bisa menimbulkan kebiasaan boros pada anak. Mungkin ini masih tak dirasakan langsung oleh anak yang masih mendapatkan uang secara rutin dari orangtuanya.
Namun ini akan mulai terasa bila anak sudah remaja dan belajar hidup mandiri. Maka dari itu, setiap anak perlu mempelajari keterampilan hidup yang berharga untuk membedakan kebutuhan dan keinginan sejak dini.
Dengan tidak selalu memenuhi keinginan anak, itu juga akan mengurangi kekecewaan dan frustrasi ketika keinginannya tidak selalu terpenuhi.
Nah itulah 5 alasan mengapa Mama tak boleh selalu turuti keinginan anak. Pada akhirnya, jika seorang anak selalu dituruti keinginannya, ia hanya akan menjadi lebih sulit untuk dihadapi seiring bertambahnya usia.
Inilah mengapa penting untuk mengajari anak perbedaan antara apa yang benar dan apa yang salah sejak dini. Ini dapat membantunya mengembangkan kepribadian yang baik di masa depan.



















