7 Cara Menciptakan Rumah yang Membuat Anak Merasa Aman

- Anggota keluarga saling meminta maaf untuk mengajarkan tanggung jawab dan empati.
- Tidak ada panggilan nama yang merendahkan untuk membantu anak merasa dihargai dan percaya diri.
- Tidak ada hukuman fisik atau verbal, fokus pada pendekatan positif dan mendukung.
Ketika anak berada di rumah, Mama tentu ingin mereka merasa aman dan nyaman. Namun, ada kalanya anak menunjukkan reaksi seperti marah tiba-tiba, menolak berbagi, atau kesulitan mengekspresikan perasaan. Hal ini bisa membuat orangtua merasa bingung atau khawatir.
Reaksi seperti itu bukan berarti anak “nakal” atau “salah”. Lingkungan rumah yang kurang mendukung bisa memengaruhi bagaimana anak mengekspresikan emosi.
Agar Mama bisa menciptakan rumah yang mendukung kenyamanan emosional anak, Popmama.com merangkum tujuh cara menciptakan rumah yang membuat anak merasa aman.
Disimak, ya, Ma!
1. Anggota keluarga saling meminta maaf

Di rumah yang aman secara emosional, setiap anggota keluarga tidak ragu meminta maaf ketika melakukan kesalahan. Mama yang mengakui kesalahan dan meminta maaf di hadapan anak mengajarkan si Kecil tentang tanggung jawab dan empati.
Dengan begitu, anak pun belajar bahwa mengakui kesalahan adalah hal yang wajar, sehingga hubungan di rumah menjadi lebih hangat dan penuh pengertian.
2. Tidak ada panggilan nama yang merendahkan

Rumah yang aman secara emosional bebas dari panggilan nama yang kasar atau merendahkan. Ketika Mama dan anggota keluarga lain menghormati anak dalam berbicara, si Kecil belajar bahwa setiap orang berhak diperlakukan dengan hormat.
Lingkungan seperti ini membantu anak merasa dihargai, nyaman mengekspresikan perasaan, dan lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain.
3. Tidak ada hukuman

Di rumah yang aman secara emosional, anak tidak diberikan hukuman fisik maupun verbal. Mama dan anggota keluarga fokus mengajarkan konsekuensi dari perilaku dengan cara yang positif dan mendukung.
Pendekatan ini membuat anak lebih memahami kesalahan tanpa merasa takut atau malu, sehingga proses belajar dan tumbuh kembangnya berjalan dengan lebih sehat secara emosional.
4. Anak bebas mengekspresikan perasaan

Di rumah yang aman secara emosional, anak dapat mengekspresikan perasaan seperti marah, sedih, atau senang tanpa takut dimarahi. Mama dan anggota keluarga memberi ruang bagi anak untuk mengungkapkan emosi dengan tenang dan penuh pengertian.
Dengan lingkungan seperti ini, anak belajar mengenali dan mengelola perasaannya, sehingga kesehatan emosionalnya terjaga sejak dini.
5. Pendapat setiap anggota keluarga diperhitungkan

Setiap anggota keluarga, termasuk anak, merasa pendapatnya didengar dan diperhitungkan. Mama dan anggota keluarga lain menghargai gagasan dan perasaan anak, sehingga si Kecil merasa dihargai dan penting. Kebiasaan ini membantu anak belajar menghargai pendapat orang lain, sekaligus membangun rasa percaya diri sejak kecil.
6. Perilaku tidak dianggap ‘buruk’

Anak tidak diberi label “buruk” hanya karena tingkah lakunya. Mama dan anggota keluarga melihat perilaku anak sebagai cara mereka berkomunikasi, bukan cerminan pribadi yang negatif.
Dengan pendekatan ini, anak merasa aman untuk bereksperimen, belajar dari kesalahan, dan mengekspresikan diri tanpa takut dihakimi.
7. Tidak saling menyalahkan perasaan

Anggota keluarga tidak menyalahkan satu sama lain atas perasaan yang muncul. Mama dan anggota keluarga memahami bahwa setiap emosi wajar dan butuh ruang untuk diungkapkan.
Lingkungan seperti ini membuat anak merasa diterima apa adanya, sehingga tumbuh kembang emosionalnya lebih sehat dan harmonis.
Dengan menerapkan tujuh cara menciptakan rumah yang membuat anak merasa aman, Mama bisa membangun lingkungan yang hangat, nyaman, dan mendukung tumbuh kembang emosional si Kecil. Rumah yang aman bukan hanya membuat anak bahagia, tetapi juga membantu mereka belajar percaya diri dan empati sejak dini.









-M4H7b1ZhTVkhBHuYLMD96ShifBhBZlhx.jpg)





-1wsWdZd1rcbwN90evtaWGFfo5d3OKThF.png)


