Jangan Sampai Salah! Kenali Tingkatan Tantrum pada Anak Sesuai Usia

Tantrum merupakan salah satu bentuk ekspresi emosi yang umum terjadi pada anak, terutama di usia balita. Namun, tidak semua tantrum memiliki intensitas yang sama. Beberapa anak mungkin hanya menunjukkan tanda-tanda frustrasi ringan, sementara yang lain bisa mengalami ledakan emosi yang lebih besar.
Memahami tingkatan tantrum sangat penting bagi orangtua agar dapat merespons dengan tepat dan membantu anak mengelola emosinya dengan lebih baik. Lantas, apa saja tingkatan tantrum pada anak, dan bagaimana cara menanganinya?
Berikut Popmama.com telah merangkum informasi seputar tahapan tantrum pada anak sesuai usia yang dikutip dari laman Instagram Dokter Spesialis Anak, dr. S.Tumpal Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A @dr.andreas.spa. Simak informasinya di bawah ini.
1. Usia di bawah 3 tahun

Di usia ini, anak masih mengandalkan ekspresi fisik untuk menunjukkan emosinya. Mereka bisa menangis keras, menggigit, memukul, menendang, menjerit, melengkungkan punggung, menjatuhkan badan ke lantai, atau melempar barang ketika merasa frustasi. Hal ini terjadi karena keterbatasan mereka dalam berkomunikasi.
Cara menangani:
- Tetap tenang dan hindari bereaksi dengan marah atau berteriak.
- Alihkan perhatian anak ke aktivitas lain untuk meredakan emosinya.
- Beri pelukan atau sentuhan lembut untuk menenangkannya jika memungkinkan.
- Gunakan kata-kata sederhana untuk membantunya mengungkapkan perasaan, seperti "Kamu marah karena mainannya diambil, ya?"
- Jika anak melakukan tindakan berbahaya seperti menggigit atau memukul, segera hentikan dengan tegas tetapi tetap tenang.
2. Usia 3-4 tahun

Di usia prasekolah, anak mulai memahami lebih banyak kata-kata, tetapi masih sulit mengendalikan emosinya. Tantrum pada usia ini bisa berupa mengentakkan kaki, berteriak, memukul, membanting pintu, atau merengek untuk mendapatkan perhatian. Mereka juga mulai menunjukkan sikap keras kepala dan menolak aturan.
Cara menangani:
- Tetap konsisten dengan aturan yang telah dibuat agar anak memahami batasan.
- Jangan langsung menuruti keinginannya saat tantrum agar ia tidak belajar menggunakan tantrum sebagai senjata.
- Ajari anak cara mengekspresikan emosinya dengan kata-kata, misalnya "Kalau marah, kamu bisa bilang ‘Aku nggak suka’, ya."
- Jika tantrum terjadi di tempat umum, ajak anak ke tempat yang lebih tenang agar ia bisa menenangkan diri tanpa banyak distraksi.
- Beri apresiasi ketika anak mulai bisa mengendalikan emosinya, misalnya dengan pujian seperti "Kamu hebat sudah bisa tenang sendiri!"
3. Usia di atas 5 tahun

Di usia ini, tantrum lebih bersifat verbal daripada fisik. Anak-anak mungkin mulai memaki, menyumpah, mengkritik dengan kata-kata tajam, atau bahkan melakukan tindakan destruktif seperti memecahkan barang dan mengancam. Tantrum pada tahap ini sering kali berkaitan dengan keinginan untuk mendapatkan kendali atau menentang aturan yang diberikan orangtua.
Cara menangani:
- Jangan terpancing emosi atau membalas kata-kata kasar anak dengan kemarahan.
- Beri jeda waktu (time-out) agar anak bisa menenangkan diri dan berpikir sebelum bertindak lebih jauh.
- Ajari anak cara mengatasi kemarahan dengan metode yang lebih positif, seperti mengambil napas dalam-dalam atau menulis perasaan di buku harian.
- Diskusikan penyebab tantrum setelah anak tenang, dan ajarkan cara menyelesaikan masalah dengan lebih baik.
- Jika anak mulai menunjukkan perilaku berbahaya seperti mengancam atau merusak barang, beri konsekuensi yang tegas namun tetap mendidik, misalnya dengan mengurangi waktu bermain gadget.
Itulah informasi mengenai tingkatan tantrum pada anak sesuai usia. Dengan pendekatan yang sabar, konsisten, dan penuh kasih sayang, tantrum bisa dikelola dengan lebih baik sehingga anak dapat belajar mengontrol emosinya secara lebih sehat.